webnovel

Part_04

Asrama

Eville pov

"Tidak ada Wilson rasanya sepi ya... di mana sih kamar nomor 63, kok dari tadi nggak kelihatan? Tempat ini benar-benar luas."gumamku.

Kulangkahkan kakiku dan terus menelusuri tiap nomor di pintu kamar sampai akhirnya terlihatlah kamar bernomor 63. Aku berhentikan langkah tepat di depan kamar tersebut, sejenak ku pandang nomor kamar yang berhadapan kamarku.

Benar saja kata Wilson, kamar yang berhadapan dengan kamarku adalah kamar nomor 73, kamar Wilson dan teman-temannya.

"Aku bisa ke sana nanti."gumamku lagi.

Aku pun berbalik dan mengetuk pintu kamarku. Tak lama pintu terbuka dan aku langsung melotot begitu tampak gadis berambut merah yang begitu familiar bagiku.

"Chesta?!"tanyaku senang dan tak percaya. Sahabat kecilku bersama Wilson yang tidak ku ketahui kabarnya setelah pindah rumah, kini ada di hadapanku!

"Iya ini aku, Eville!!"kami berpelukan sebentar untuk melepaskan rindu. "Oh, Aku merindukanmu Aku sudah mengira kalau Eville yang sekamar denganku adalah kamu, walaupun di mading hanya ditulis Eville Mezalina S."sambungnya tersenyum.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, "Ah, aku tidak memperhatikan nama teman sekamarku tadi.."

Chesta menghela napas, "Kamu ini memang begitu. Oh, iya, apa kabar Wilson? Dia juga sekolah di sini 'kan?"ocehnya yang diakhiri dengan pertanyaan.

"Dia baik, itu kamarnya."ucapku seraya menunjuk kamar nomor 73.

"Wow, baguslah. Kita bisa ke sana nanti--"pandangannya bergantian ke koperku sekarang, "--Ah, aku lupa, ayo masuk! Kopermu biar aku yang bawa."ucapnya mengambil alih koperku.

"Terima kasih."ucapku mengikutinya masuk.

"Sama-sama."dia meletakkan koperku di depan ranjang kosong yang kini menjadi milikku lalu duduk diranjangnya sendiri.

Aku membuka koper dan langsung memasukkan pakaianku ke dalam lemari juga meletakkan barang-barang kecil lainnya di atas meja samping ranjang.

"Bagaimana keseharianmu waktu tinggal di rumah barumu itu, Ches?"tanyaku yang telah selesai membereskan barang.

"Baik. Kalian berdua juga begitu 'kan?"aku mengangguk, "Kamu tidak banyak berubah tapi kamu sungguh bertambah cantik dari terakhir kali kita bertemu pada liburan musim panas tahun lalu. Bagaimana itu bisa, hei? Kamu pasti hidup dengan baik, Wilson benar-benar selalu bersamamu ya?"

Aku tertawa, "Kamu terlalu berlebihan, Ches. Apa juga hubungannya itu dengan Wilson?"

"Tentu saja ada, kamu masih menyukai Wilson 'kan? Apa mungkin banyak hal yang kulewatkan selama satu tahun terakhir ini? Mungkin kalian sudah berpacaran tanpa memberitahuku?"tanyanya sembari menaik turunkan alis, menggodaku.

"E-eh? Ke-kenapa kamu malah menanyakan itu Ches?"ucapku malu dengan wajah yang memerah tentunya.

"Hahaha, wajahmu lucu kalau malu begitu--"Chesta menunjuk wajahku yang memerah, "--Sudahlah dari wajahmu saja sudah ketahuan kok, mengaku aja."godanya.

"Chestaa, jika kamu menggodaku lagi akan kuterbangkan kamu."ucapku menyeringai.

Chesta langsung cemberut dia akan mual jika berada di tempat tinggi. "Ampun deh. Kamu galak, aku jadi kesel, padahal 'kan aku nggak salah."

Karena gemas aku mencubit kedua pipinya. "Kamu lucu banget."tuturku.

"Huuh, Eville jahat! Sakit tau."rengeknya.

Eville end pov

Tok...tok...tok...

Bunyi ketukan pintu membuat Eville menghentikan aksi mencubit pipi Chesta. Keduanya sempat bermain batu gunting kertas untuk menentukan siapa yang membuka pintu dan Eville yang kalah. Jadi gadis berambut pirang itu membuka pintu ketika mulai terdengar suara memanggil dari luar.

Seorang gadis berambut putih sebahu tersenyum kikuk begitu pintu terbuka lebar. "Halo semua."sapanya.

"Kamu pasti Florenci?"ujar Chesta dari balik punggung Eville, sempat membuat gadis berambut putih kaget sebab kepalanya muncul tiba-tiba di atas bahu Eville.

"Iya, boleh aku masuk?"gugup Floren.

"Tentu saja, silahkan."ucap Eville memberi jalan.

Floren pun masuk dan meletakkan barang-barangnya diatas kasur yang tersisa.

"Semuanya sudah berkumpul, ayo kita memperkenalkan diri kita!"ajak Chesta.

"Kita duduknya di karpet aja!"tambah Eville disertai anggukan keduanya.

"Baiklah.. karena aku yang pertama kali tiba di sini, aku yang mulai duluan ya. Namaku Chesta Meirvha Amrcen, panggil aja Chesta atau Ches. Keturunan dewa dewi."ucap Chesta tersenyum lebar.

"Aku Eville Mezalina Scarlett, panggil aja Eville atau Vill. Keturunan dewa dewi."ucap Eville tersenyum manis.

"Namaku Florenci Angela Smith, panggil Floren atau Flo. Keturunan dewa dewi."ucap Floren tersenyum menawan.

"Sekarang kita resmi berteman ya.."ucap Chesta senang.

"Iya."balas Eville dan Floren ikut senang.

"Teman-teman, besok kita pergi cari tongkat sihir di VA shop terus cari hewan pembantu ya?"ajak Eville.

"Bisa/boleh."

"Aku ingin lihat VA-Phone dulu sekaligus main game."ucap Eville yang telah berdiri dan mengambil VA-Phone dari dalam lemarinya.

"Ah, aku belum membereskan barangku."ucap Floren mulai membereskan barang-barangnya.

"Aku ingin tidur aja deh.."gumam Chesta membaringkan tubuhnya dikasurnya.

"Ches, jangan tidur dulu dong.. ayo kita main dulu. Kamu masih suka bermain game, 'kan? Ayo bantu aku."ajak Eville menggoyangkan tubuh Chesta.

"Wah, kalian sepertinya sudah lama kenal, ya?"tebak Floren.

"Iya, kami sahabat dari kecil, Flo."jawab Chesta yang telah mengubah posisinya menjadi duduk.

Floren hanya ber'oh'ria. Lalu mereka bertiga membaca keterangan kelas yang ada pada masing-masing VA-phone mereka.

Inilah keterangannya:

_Tentang kelas_

Kelas di VA terdiri dari kelas 1-3. 1 kelas berisi 32 murid.

Di kelas 1, yang dipelajari adalah dasar sejarah dan cara bersenjata, cara bertarung, dan mengendalikan kekuatan tingkat dasar, serta sihir paling dasar. Di kelas 2, yang dipelajari adalah sihir, kekuatan, dan senjata, dan bertarung tingkat menengah.

Dan di kelas 3, yang dipelajari adalah semua sihir, kekuatan, dan senjata tingkat akhir, serta membuat sesuatu menggunakan kekuatan.

Masing-masing kelas dibagi menjadi 5, yaitu kelas A, B, C, dan D.

Kelas A: kelas untuk murid terbaik.

Kelas B: kelas untuk murid yang kekuatannya rata-rata.

Kelas C: kelas untuk murid yang kekuatannya di bawah rata-rata.

Kelas D: kelas untuk murid yang kekuatan dan kemampuannya di bawah rata-rata.

.

Kamar 63

"Eville, cepatlah! Kita akan terlambat!"ucap Chesta tak sabar dari luar.

"Sabar ih! Sebentar lagi ini!"balas Eville yang tengah mengikat dua rambutnya.

"Eville!!! Ini udah jam 9, Vill!"ucap Chesta yang memainkan tali tasnya, suaranya sengaja dikeraskan semakin berjalannya waktu. "Eville!!"

"Teman-teman, jangan terlalu berisik. Aku khawatir anak-anak yang lain bisa terganggu."Floren menyahut.

"Iya.. aku udah nih, yuk pergi!"Eville keluar dengan tas selempang kecil bewarna biru langit.

------Skip------

VA Shop

Perempuan sekitar 20 tahunan berpakaian gelap dengan dua taring tajam dimulutnya menghampiri Eville dkk.

"Hallo, aku Mery, penjaga VA shop. Apa yang kalian butuhkan, anak-anak?"ucapnya ramah.

"Hei bukankah dia seorang vampir?"tanya Chesta. Gadis berambut merah itu sempat bergidik ngeri.

Mery tersenyum maklum. "Tidak perlu takut, aku tidak akan menghisap darah kalian kok. Kami para vampir yang ada hanya menghisap darah hewan, kami juga bisa makan makanan manusia. Jika kami berbahaya, tentunya VA tidak akan membiarkan kami."jelasnya.

"Apa boleh kami memanggilmu kakak?"tanya Eville.

"Sebenarnya umurku sudah 112 tahun sih. Tapi boleh kok dipanggil kak, kan masih muda juga."

"Wah, 112 tahun masih muda.. vampir enak ya awet muda."ucap Chesta kagum, dari mimiknya sepertinya ia juga iri.

"Tidak juga Ches. Coba kamu bayangkan, kamu vampir dan orang yang kamu cintai adalah orang biasa, lalu kamu akan tersiksa melihatnya mati."sambar Eville.

"Kamu kebanyakan menonton drama ya?"

Eville langsung kesal. "Ih! Kamu ini nggak bisa membayangkannya ya Ches? Ini kisah cinta yang penuh rasa."

Chesta bergidik. "Kamu menonton film apa sih? Apa orang tuamu tau?"

Merry tertawa. "Yang namanya cinta itu nggak bisa dipaksa, jadi kita terima aja apa pun yang bakal terjadi nanti. Balik ke diri kita yang harus menanggapinya dengan baik."ia lalu menggeleng sebelum pembicaraan mereka melenceng. "Ah ya, apa yang bisa kakak bantu?"

"Ehm, kami ingin mendapatkan tongkat sihir, bagaimana ya caranya?"tanya Floren.

"Oh, ayo ikuti aku--"mery berjalan mendekati lemari khusus tongkat sihir, "--Kalian hanya perlu mengucapkan 'magic' dan tongkat yang pas akan menghampiri kalian. Silahkan dicoba.."

"Magic."ucap Eville, Floren, dan Chesta serempak. Kemudian 3 tongkat terbang mendekati mereka dan langsung ditangkap Eville dkk.

"Selamat kalian semua telah mendapatkan tongkat sihir dan 3 tongkat itu legendaris."

"Legendaris? Wow, apa maksudnya?"tanya Eville penasaran. Gadis pirang itu tanpa sadar bahkan mengerjapkan matanya berulang kali.

****

Siguiente capítulo