webnovel

Rahasia Manis

H-3 Pemilihan Ketua BEM...

Hari ini masa tenang sebelum hari pemilihan ketua BEM Fakultas Ekonomi dimulai. Ardilo dan calon wakilnya, Ervan, sibuk mempersiapkan diri. Walaupun pada masa tenang mereka nggak boleh lagi kampanye, tapi mereka menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi pada hari H nanti.

Ardilo yang sudah menyatakan perasaannya pada Taera rasanya lega banget. Walaupun entah kapan Taera akan memberikan jawabannya, Ardilo sudah berjanji dia akan setia menunggu tanpa berpaling.

Saat itu mahasiswa akuntansi tingkat dua sedang ada pergantian jam kuliah. Sedangkan Ardilo ada di depan tempat fotocopyan memperhatikan Taera yang sedang bercanda dengan Stefa. Rasanya memperhatikannya saja udah membuatnya bahagia. Ada perasaan ingin segera menjadikan Taera kekasih hatinya. Mendadak Ardilo membayangkan betapa indahnya pacaran dengan Taera nanti.

"Bang... " ada seseorang yang memanggil Ardilo. Tapi Ardilo sibuk melamun.

"Bang..." ulang seseorang itu.

Ardilo kemudian tersadar dari lamunannya. Ternyata ada Dino yang sedari tadi berdiri disampingnya sambil memanggilnya.

"Eh... Dino. Ada apa, Din?" tanya Ardilo.

"Ngelamunin siapa sih, bang? Dari tadi dipanggil nggak nyahut-nyahut," tanya Dino balik.

"Ah... enggak. Gue nggak ngelamunin siapa-siapa," jawab Ardilo berbohong.

"Yang bener? Kok kayaknya indah banget gitu yang dibayangin? Jangan-jangan lo ngelamun yang enggak-enggak lagi," komentar Dino.

"Enak aja. Gue lagi ngelamun.. ngelamunin nanti pas masa pemilihan ketua BEM. Iya gue ngelamunin itu. Serius deh," jelas Ardilo ngeles.

"Yakin menang lo, bang? Saingan lo ini punya banyak pendukung lho," kata Dino bercanda. Padahal memang kenyataan sih. Pendukung Putra dan Dino memang nggak kalah banyak dengan pendukungnya Ardilo dan Ervan.

"Ya... kan udah usaha, Din. Pasrahkan sama Yang Maha Kuasa aja. Siapapun yang jadi ketua dan wakil ketua BEM Fakultas Ekonomi nanti, kita harus saling mendukung," kata Ardilo kemudian tersenyum.

"Gue sekarang ngerti kenapa cewek-cewek pada suka sama lo, bang," kata Dino menganalisa.

"Kenapa emangnya?" tanya Ardilo kepo.

"Lo kalau ngasih jawaban atau kalau lagi ngomong emang bikin hati adem sih. Bikin orang berbunga-bunga aja bawaannya, bang," puji Dino kemudian cekikikan.

Ardilo tertawa kecil. Saat itu Taera dan Stefa lewat di depan mereka. Keduanya hanya menyapa dengan menganggukkan kepalanya kepada Ardilo karena saat itu masih ada Dino yang sedang ngobrol dengannya. Sebenarnya dalam hati ingin sekali Ardilo menahan Taera sejenak dan mengajaknya ngobrol. Ngobrol dengan Taera adalah salah satu penambah energi bagi Ardilo selain makanan sumber karbohidrat.

"Lo nyapa siapa, bang?" tanya Dino kemudiam celingukan melihat kanan kiri. Taera dan Stefa yang sudah berjalan melewati mereka tentu saja Dino tidak menyadarinya.

"Adik tingkat," jawab Ardilo ngeles. Dia masih belum ingin orang-orang tahu bahwa dia dekat dengan Taera. Apalagi setelah Ardilo menyatakan perasaannya. Pasti orang-orang akan heboh kalau mengetahui hal ini.

"Yee.... mentang-mentang kakak tingkat terkenal. Ya udah, gue balik dulu bang. Habis ini mau ada kelas lagi," pamit Dino.

"Iya. Yang rajin ya kalau belajar," kata Ardilo. Dino hanya memberi isyarat OK. Tak lama setelah itu, Serry datang.

"Ardi, tadi gue lihat Taera jalan lewat depan lo. Kok lo diem aja sih?" tanya Serry.

"Ya gimana, ada Adio tadi di depan gue. Kalau gue nyapa Taera, ntar dia curiga. Kan gue nggak enak sama dia soalnya dia belum ngasih jawaban ke gue. Ntar belum apa-apa udah pada heboh orang-orang kayak kemarin pas gue makan bareng dia di kantin," jelas Ardilo.

Serry mencoba mengerti. "Iya juga sih. Dia pasti takut digosipin sama lo."

"Ya udah lah kalau gitu. Kita ke kelas aja," ajak Ardilo.

Serry mengangguk setuju kemudian mengambil tasnya dan pergi ke kelas bersama Ardilo dan teman-temannya.

***

Taera tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi. Dia melihat Ardilo yang sedang ngobrol dengan Dino, teman sekelasnya. Sebenarnya dia ingin menyapa Ardilo. Tapi dia nggak mau menunjukkan kedekatannya dengan Ardilo kepada siapapun. Taera masih merahasiakan kejadian kemarin. Saat Ardilo menyatakan perasaannya pada Taera. Dia masih ingin menyimpannya sendiri, menjadi sebuah rahasia manis. Namun, mendadak dia menjadi galau karena perasaannya.

"Lo kenapa? Daritadi kayak ngelamun mulu," tanya Stefa yang duduk disampingnya. Stefa dapat melihat Taera yang tampak sedang gelisah. Seperti ada masalah besar yang sedang dipikirkannya.

"Enggak. Gue gapapa kok. Gue cuma kepikiran tugas aja," jawab Taera ngeles.

"Tumben lo mikirin tugas? Biasanya kan lo mikirin drama mulu?" tanya Stefa meragukan.

"Gini gini sebenarnya gue tuh mahasiswa rajin. Cuma nggak banyak orang tahu aja. Bahkan gue bisa ngalahin lo tahu," canda Taera.

"Yee... dasar sombong. Oke, kita saingan ya pas kuis nanti. Kalau nilai gue lebih bagus daripada lo, lo harus traktir gue makan siang selama seminggu," kata Stefa menantang.

"Enak aja. Bangkrut dong gue kalau kalah ntar, " kata Taera mendadak panik sendiri.

Stefa tertawa, "Makanya jangan sok-sokan."

"Gue kan cuma bercanda," kata Taera kemudian manyun. Membuat Stefa menjadi gemas.

Stefa kemudian mencubit pipi Taera, "Lucu banget sih sahabat gue satu ini."

***

Selesai kuliah, Stefa pulang duluan karena harus mengantar Yania untuk pulang ke kostannya karena sedang sakit perut. Taera juga ingin langsung pulang ke kostan, mahasiswa kupu-kupu seperti Taera tak betah bila lama-lama di kampus kalau nggak ada kegiatan yang nggak perlu.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Taera. Dia otomatis menoleh.

"Halo, Taera ya?"

Taera yang bingung siapa gadis cantik yang menyapanya ini kemudian tersenyum, "Iya. Maaf siapa ya?"

"Kenalin, gue Serry. Mahasiswa Manajemen tingkat tiga. Gue sahabatnya Ardilo."

Mendengar nama Ardilo membuat Taera mendelik kaget, kenapa bisa sahabatnya menemui dirinya.

"Oh, iya. Ada apa ya kak Serry?" tanya Taera sopan.

"Gapapa. Gue cuma pengen kenalan sama calon pacarnya Ardilo," jawab Serry dengan ramah.

Taera makin bingung. Tahu darimana kakak ini kalau Ardilo udah nembak dia. Tapi dia kemudian berpikir. Mungkin saja kak Serry adalah sahabat dekat Ardilo.

"Tenang aja, Ardilo cuma cerita ke gue kok. Gue juga nggak akan cerita ke siapa-siapa. Oh ya, ini ID chat gue. Kali aja lo pengen curhat soal Ardilo ke gue," kata Serry kemudian memberikan secarik kertas.

"Oh...iya kak. Makasih atas bantuannya. Tapi aku belum jadian sama kak Ardilo," kata Taera.

"Iya gue tahu kok. Ya kali aja lo butuh saran atau sekedar pengen ngobrol sama gue. Gue juga pengen kenalan sama cewek yang udah bikin sahabat gue jatuh cinta," kata Serry kemudian tersenyum.

"Iya kak, gapapa kok. Nanti kalau ada keperluan aku chat kakak," kata Taera.

"Oke. Gue duluan ya. Hati-hati di jalan," kata Serry berpamitan kepada Taera.

Taera hanya mengangguk dan segera pulang ke kostannya. Selama perjalanan dia kepikiran perasaannya. Sungguh rasanya menahan perasaan bahagia ini sendirian itu tidak mudah.

Sesampainya di kostan, Taera nggak langsung makan. Dia mengambil laptopnya dan membuat sebuah blog anonim. Dia mendapatkan ide ini saat perjalanan pulang tadi. Dia mencurahkan segala perasaannya disana. Apa yang dia rasakan, apa yang dia pendam sendirian, semua tercurahkan.

Kemudian Taera teringat pada Serry yang berkenalan dengannya tadi. Haruskah dia bercerita pada Serry kalau dia sebenarnya bahagia karena Ardilo menembaknya?

Siguiente capítulo