Xavier Zhan melakukan hal yang biasa ia lakukan di ruang kerja Edward Gevanno. Setidaknya hal itulah yang sudah ia lakukan secara rutin selama seminggu ini.
Edward Gevanno dengan begitu lekatnya memperhatikan semua gerak-gerak Xavier Zhan. Seakan kedua matanya tak bisa terlepas dari laki-laki manis yang sedang menata bunga di vas kesayangan miliknya.
Setelah selesai merangkai bunga, Xavier Zhan berbalik menatap Edward Gevanno dan tersenyum. "Sudah selesai, Tuan." Ucapnya sopan.
"Makan siang bersama?" Ajak Edward Gevanno langsung.
"Huh?" Xavier Zhan bingung. Tepatnya ia masih belum bisa mencerna dengan baik tawaran yang keluar dari bibir Edward Gevanno.
"I invite you to lunch together with me, this afternoon." Ucap Edward Gevanno seakan memperjelas maksudnya.
"Tapi, Tuan.."
"Edward Gevanno. Thats my name. Aku 25 tahun, dan.."
Xavier Zhan merasa kalau Edward Gevanno menunjuk kearahnya untuk mengetahui usianya saat ini.
"Saya.. 31 tahun." Kata Xavier Zhan pelan.
Terkadang usia kepala tiga menjadi momok sendiri bagi Xavier Zhan. Ia secara tidak langsung merasa kalau dirinya semakin tua di saat usianya bertambah di setiap tahunnya.
Edward Gevanno tersenyum lebar, "Kalau begitu Kak Vier bisa memanggilku, Edward." Ujar Edward Gevanno dengan santainya.
Xavier Zhan masih merasa heran sekaligus bingung. Ia belum pernah mengenal Edward Gevanno sebelum ini. Namun ia yakin kalau Edward Gevanno bukanlah orang yang bisa bersikap seramah dan semanis ini pada orang yang baru ia kenal. Apalagi Xavier Zhan merasa kalau Ia tak melakukan kebaikan yang bergitu besar selain menata bunga di vas milik laki-laki itu setiap harinya. Hal itupun ia lakukan karena Edward Gevanno telah membayarnya untuk bunga yang harus ia tata setiap hari.
"Jadi bagaimana, Kak Vier bersedia makan siang denganku hari ini? Kak Vier ge bisa memilih tempatnya, I don't mind." Ujar Edward Gevanno kembali mengingatkan Xavier Zhan akan ajakannya tadi.
"Baiklah, Saya bersedia."
Edward Gevanno tersenyum. Setidaknya ini akan menjadi langkah awalnya untuk bisa berbicara lebih dekat dengan Xavier Zhan.
*****
Edward Gevanno dan Xavier Zhan makan siang di salah satu cafe dekat dengan kantor Edward Gevanno. Duduk saling berhadapan, hanya sibuk menikmati makan siang yang ada di hadapan mereka, tanpa adanya pembicaraan yang terjadi satu sama lain. Kecanggungan yang terjadi lama-lama mulai terbuyarkan di saat Edward Gevanno memulai pembicaraan di antara mereka.
"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Tanya Edward Gevanno yang membuat Xavier Zhan menatap ke arahnya.
"Huh? Hm.. Aku akan kembali ke toko roti." Jawabnya pelan
"Bukannya kembali ke toko bunga?" Tanya Edward Gevanno bingung.
Xavier Zhan tersenyum pelan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Edward Gevanno.
"Bukan. Toko Bunga itu milik Kak Maria.
"Kak Maria?"
"Namanya Maria Dale."
Edward Gevanno mengangguk, "Dia siapa?"
"Teman Saya."
"Hanya teman?"
"Sahabat tepatnya."
"Hanya sahabat. kamu yakin?" Tanya Edward Gevanno memastikan.
Xavier Zhan mulai heran kenapa seorang Edward Gevanno harus menanyainya namun lebih terlihat seperti menginterogasinya.
"Tentu saja, Saya dan Kak Maria hanya sahabat." Jawab Xavier Zhan akhirnya.
"Apa ada sahabat yang lainnya?"
"Tentu saja ada. Tapi.. kalau boleh saya tahu, kenapa Anda menanyakan pertanyaan seperti ini?" Tanya Xavier Zhan balik.
"Aku ingin tahu." Jawab Edward Gevanno singkat dan jelas.
Sangat terlihat jelas di matanya kalau ia begitu ingin tahu segalanya tentang laki-laki yang menarik perhatiannya yang saat ini sedang duduk makan siang bersamanya.
Sedikitpun Edward Gevanno tidak ingin melewatkan kesempatan dan waktu yang bisa ia dapatkan saat ini. Bukan Edward Gevanno namanya jika ia akan membuang-buang waktu berharga yang bisa dapatkan saat ini.
Dan mendengar kalau ada sahabat yang berarti orang lain yang dekat dengan Xavier Zhan selain keluarga laki-laki itu, membuat Edward Gevanno perlahan mulai cemas. Jika ia berniat ingin tahu segalanya, maka itu berarti Segala-galanya.
"Hanya ada 2 orang sahabat yang Saya miliki. Yang pertama adalah Kak Maria dan yang kedua adalah Albert."
"Albert?"
"Albert Wayne." Xavier Zhan menyebutkan nama lengkap dari sahabat laki-lakinya.
"Laki-laki?"
Xavier Zhan hanya mengangguk membenarkan.
"Baiklah." Ucap Edward Gevanno akhirnya.
Dan seketika itu Xavier Zhan merasa bisa menghela nafas lega.
*****
Xavier Zhan masuk ke dalam toko rotinya. Ia kaget sekaligus tersenyum lebar melihat Maria Dale sedang mengambil beberapa potong roti.
"Kak Maria?!" Seru Xavier Zhan lalu segera menghampiri Maria Dale.
Mereka saling berpelukan sekilas seakan sudah lama sudah bertemu. Padahal setiap harinya Xavier Zhan selalu mengambil bunga yang akan ia bawa ke Gevanno House.
"Ada Apa?" Tanya Maria Dale sambil tersenyum heran
"Kenapa Kak Maria disini, apa tokonya tutup?"
Albert Wayne yang berada di meja kasir menghampiri Maria Dale dan Xavier Zhan.
"Kak Maria bilang dia ingin makan roti favoritnya. Karena tidak tahan, makanya dia datang ke sini." Ujar Albert Wayne menjelaskan.
Xavier Zhan melirik Maria Dale, "Aku bisa bawakan rotinya untuk Kak Maria, tanpa harus menutup toko. Atau.. Kak Maria bisa minta tolong bantuan Albert untuk mengirimkan lewat jasa pengiriman."
Maria Dale tersenyum dan menyentuh pundak Xavier Zhan.
"Tidak apa-apa. Ada roti lain juga yang menarik perhatianku. Lagipula aku juga tiba-tiba merindukan kalian berdua. Aku juga membawakan makan siang untuk Albert. Dia bilang kamu sudah makan siang bersama Mr. Edward Gevanno. Benarkah itu?"
Xavier Zhan mengangguk pelan. "Iya."
"Lihat Kak, dugaan kita berdua benar. Kalau CEO dari Gevanno House itu tertarik pada Kak Vier." Ujar Albert menimpali namun terkesan menggoda Xavier Zhan.
Maria Dale tertawa dan Xavier Zhan mendorong pelan sambil mempoutkan bibirnya karena merasa malu dan membuatnya terlihat lucu.
"Itu tidak mungkin," Xavier Zhan mencoba memungkirinya.
"Kenapa tidak Kak? Mr. Wang Yibo mengajakmu makan siang. bukankah itu hal yang spesial?"
"Dia hanya ingin berterima kasih padaku, Albert. Tidak ada hal spesial yang terjadi antara diriku dengan Edward."
"Lihat, bahkan Kak Vier memanggil Mr. Edward Gevanno tidak secara formal."
Albert Wayne dan Maria Dale saling tertawa satu sama lain. Mereka berdua seperti merasa menang karena telah berhasil membuat Xavier Zhan semakin tersipu malu.
"Dia lebih muda dariku 6 tahun. Dan dia tak ingin aku memanggilnya dengan embel-embel Mr ataupun tuan." Ujar Xavier Zhan mencoba menjelaskan secara sebiasa mungkin.
Maria Dale dan Albert Wayne hanya mengangguk dan ber oh ria. Namun tak bisa menyembunyikan senyuman mereka. Satu hal yang sama yang Maria Dale dan Albert Wayne fikirkan dan itu sama di fikiran mereka berdua.
Kalau seorang Edward Gevanno tidak akan membuang-buang waktunya untuk bersikap baik atau manis hanya karena dia telah menata bunga setiap hari di ruang kerjanya. Apalagi apa yang Xavier Zhan lakukan sudah di bayar secara adil.
Xavier Zhan menutup pintu depan toko rotinya. Albert Wayne telah pergi mendahuluinya sekitar 10 menit yang lalu karena ingin membeli kado untuk ulang tahun untuk Harry Wales yang tak lain adalah sepupunya.
ketika Xavier Zhan berbalik. Tubuhnya tak bergerak dan matanya seketika melebar ketika ia melihat sebuah mobil mewah terpakir di parkiran toko rotinya. Ia tak bisa mengendalikan rasa kagetnya ketika melihat Edward Gevanno turun dari mobil dan tersenyum manis padanya.
"Edward..?"
"Selamat sore Kak Vier." Sapa Edward.
Xavier Zhan segera menghampiri Edward Gevanno. "Apa yang kamu lakukan disini? Dan.. bagaimana kamu bisa tahu.."
Edward Gevanno menyela ucapan Xavier Zhan. Ia menarik tangan Xavier Zhan dan membuatnya masuk lalu duduk di dalam mobilnya.
"Tunggu.. Edward, kita mau kemana?" Tanya Xavier Zhan bingung dan sekaligus panik.
"Makan malam di rumah Kak Vier." Jawab Edward Gevanno sambil tersenyum lebar.
"APA?!"
"Ayo Jung, jalan sekarang." Perintah Edward Gevanno.
"Baik Boss."
Dan kemudian Jung mulai melajukan mobil meninggalkan toko roti Xavier Zhan. Hari ini Edward Gevanno akan menikmati malam makan malam pertama di rumah Xavier Zhan.
TBC 💚❤️