"Saya masih butuh menggunakan ini. Jangan kamu sentuh-sentuh lagi."
Zero memperbaiki bagian yang diraba-raba Putra tadi.
Tatapan tajam dari Putra langsung menghujam jantung pria itu.
"Ngapain loe masuk-masuk kamar ini?"
Zero mengangguk. "Maaf sebelumnya, saya tidak tahu kalau Kinan akan datang bersama kamu."
"Nama dia Mutiara, bukan Kinan."
Zero tersenyum. "Iya, maksud saya Mutiara."
Kinan melirik Zero dan Putra secara bergantian. Beruntung, saat ini, salah satu diantara dua pria ini adalah keluarganya. Jadi, Kinan tak perlu lagi cemas, Zero akan menyakiti adiknya.
Putra lalu menyingkirkan Zero dari hadapannya, dengan punggung tangan. Ia menuju ke atas ranjang dan langsung berbaring di sana.
"Saya ingin bicara."
Zero berucap pada Kinan. Ia akan mengajak keluar.
"Jangan bawa-bawa Kakak gue. Ngomong di sini aja. Gue juga mau denger."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com