"Entah kenapa gue enggak bisa percaya sama ucapan lo." Bara maju melindungi Citra. Wanitu itu hanya menurut, mengekor di belakang Bara.
"Lo siapa?" Bryan malah mendorong Bara dan menjauhkannya dari Citra.
"Yang jelas gue enggak mau lo menyakiti Icit lagi," balas Bara songong.
"Icit? Sok akrab." Bryan mencibir. Ia mendecih menatap muak pada Bara.
"Gue lebih tahu Icit daripada lo. Jika lo tahu Icit dengan baik. Apa makanan kesukaannya?" Bara menantang menunjukkan wajah pongah.
Bryan terdiam. Hening. Memang ia tidak mengetahui apa makanan kesukaaan Citra. Pria itu mati gaya. Kali ini merasa kalah.
"Lo diam berarti enggak tahu apa-apa." Bara tersenyum mencibir. Tatapan matanya meremehkan Bryan.
"Jangan banyak ngomong lo. Lo hanya orang asing yang hadir dalam kehidupan kami."
"Dari awal lo asing bagi Icit. Sampai kapan pun gue enggak akan biarin lo menyakiti Icit lagi."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com