Bram mengambil sendok di mulutnya. Dia menatap Briel.
"Em ... Sebaiknya, kita pulang ke rumah saja, ya. Nanti, mami cemas karena mencari kita," ucap Bram.
"Tapi, Briel sudah berjanji saat Briel tak Sekolah, Briel akan menemui Kakek," ucap Briel. Seketika wajahnya menjadi muram, membuat Bram mau tak mau harus kembali mengalah pada anaknya itu. Sejujurnya, Bram malas sekali datang ke sana.
"Baiklah, tapi habiskan dulu ice creamnya, ya. Setelah itu, kita akan ke rumah Kakek," ucap Bram.
"Yeah;" Briel antusias, membuat Bram merasa heran.
'Kenapa dia selalu ingat pada papinya mendiang Anita? Pada papiku bahkan dia tak pernah mau datang,' batin Bram.
Ya, terkadang Bram heran pada Briel. Yang ada di pikiran Briel hanyalah kakeknya satu itu, alias papinya Anita. Bahkan rasanya, Briel tak pernah meminta mendatangi kediaman papi Bram. Sudah jelas papi Bram pun kakeknya Briel juga.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com