webnovel

D U A B E L A S

Hari berganti hari, perlahan cerita juga menuju ke halaman selanjutnya, Lisa melangkah gontai menuju pintu utama rumahnya, ini sudah seminggu dari aksi mogok untuk bertemu dengan bundanya, namun Salsa selalu memaksanya kembali karena dua hari yang lalu Jennie jatuh sakit, dia ingin bertemu dengan Lisa katanya, dan alhasil dia disini sekarang.

Namun di depan pintu bukan sambutan yamg di terimanya melainkan tamparan dari seorang Nobani, Lisa terkesiap, dia mengusap lirih pipi sebelah kanannya, bahkan dia tidak tau apa yang membuat ayahnya itu melakukan ini kepadanya.

Kadang di luar akal sehatnya, Nobani menarik rambut Lisa dengan kuat, menyalurkan rasa kesal yang tak terbendung di hatinya, kenyataannya Jennie hampir saja kehilangan bayinya karena tidak ingin makan dan berulang kali ingin kabur dari rumah untuk menemui Lisa, bahkan dirinya sudah merendahkan harga dirinya untuk menyuruh anak bungsunya ini pulang melalui Ali namun Lisa seakan menutup mata dengan semua permintaan itu.

Dan Jennie sekarang terbaring tak berdaya akibat beberapa kali pendarahan dan ditambah lagi kondisi hatinya yang memburuk.

"Anak gak tau di untung, gara-gara kamu istri saya hampir kehilangan bayinya, berlutut kamu"

"Ampun yah, ampun"

Selanjutnya hanya cambukan ikat pinggang yang menjelaskan bagaimana amarah itu bekerja di dalam hatinya, dia kehilangan akal sehatnya, seharusnya ini semua bukan salah Lisa, dia hanya ingin Shani punya waktu lebih banyak dengan bundanya tanpa harus ada dia diantara mereka.

"Ayah ampu.....unnnnn"

Sementara tak jauh dari tempat itu, Sheno terpaku melihat perlakuan keji ayahnya kepada kakak pertamanya itu, air mata itu tak hentinya mengalir dari sana, namun dia tidak punya kekuatan untuk menolong, dia takut kalau dia ikut campur hukuman Lisa akan jauh lebih buruk.

"Maafin Sheno kak"

Tak puas disitu saja, Noban menarik kasar Lisa menuju kamar mandi tamu, mengguyur tubuh itu dengan air, membenamkan kepala Lisa lama di dalam bak mandi yang bahkan tak bisa menampung semua tubuhnya di dalam sana, Noban menekan hebat kepala itu dam menahannya agar Lisa tak bisa berontak di dalam sana.

Lisa dengan susah payah mengeluarkan kepalanya dari sana, nafasnya lama-lama bisa habis jikavterus terbenam di dalam air ini, namun sepertinya dia harus menyerahkan takdirnya hari ini, dia sudah lelah.

Tubuh itu melemas, seiring tak ada lagi perlawanan dari wanita itu, Noban melepaskan cengkramannya, membiarkan tubuh itu di dalam sana, meninggalkan Lisa sendirian, untuk kesekian kalinya.

Selepas kelergiannya, Sheno berlari kencang menuju kamar mandi, menarik kasar tubuh itu, hatinya menjerit melihat luka lebam dan wajah yang hampir membiru karena kehabisan oksigen, dengan cepat Sheno memberikan bantuan CPR kepada Lisa, demi tuhan dia tak ingin Lisa meninggalkannya saat ini.

"Kak.. bertahanlah Sheno mohon"

Lagi dan lagi berulang kali Sheno memberikan nafas buatan kepada Lisa, membutuhkan waktu lama untuk membuatnya pulih, tak sedikit air yang keluar dari mulutnya, dilihat dari betapa kejamnya seorang ayah menghukum anaknya hingga seperti itu.

"Alhamdulillah kak, makasih"

Sheno langsung memeluk Lisa dengan erat, tuhan mengabulkannya, tuhan menyelamatkan Lisanya.

"Makasi kak"

Masih dengan nafas yang tersengal-sengal, Lisa tersenyum begitu lebar menyamarkan rasa sakit di hatimya, dia beruntung masih punya Sheno di hidupnya, entah apa jadinya jika dia sendiri dan mati karena hal konyol seperti ini.

"Jangan nangis, kakak baik-baik aja"

"Gak ada orang yang baik-baik aja setelah di aniaya kak"

"Sheno pelanin suara kamu nanti denger kan bunda baru pulang dari rumah sakit"

"Bunda gak bakal dengar kakak lupa kamar mereka kedap suara"

Lisa kembali mengulas senyum tipis, diavmelihat ketakutan dan amarah yang mencoba melebur menjadi satu di dalam diri Sheno, namun apa yang bisa dia lakukan, keluarga ini bukan tempatnya untuk pulang.

"Ganti baju ya kak, kakak pasti kedinginan"

"Shen... Kalau bunda tanya kakak kenapa, kamu bilang gak tau ya dek"

"KAK...

"Kakak gak papa, percaya sama kakak"

Untuk kesekian kalinya Sheno kecewa dengan dirinya sendiri, sampai kapan dia tidak bisa membela kakaknya di depan ayahnya sendiri, kenapa dia terlalu pengecut untuk ini semua.

"Makasih Shen, kakak sayang banget sama kamu"

"Kak please jangan pura-pura kalo kakak baik-baik aja, kakak bisa marah, kakak bisa bales ayah kalau kakak mau"

"Sayangnya kakak gak mau Shen, Om itu.... Om... Masih ayah kakak, dia berhak melakukan apapun sama kak...

"Gak dengan aniaya anaknya kayak gini juga kak"

"Hey hey tenang ya Shen, pelanin suara kamu, nanti Om denger"

"Bahkan dia aja gak bolehin kakak panggil dia ayah, semuanya gak masuk akal kak"

Lisa merengkuh lelaki itu ke dalak pelukannya, dia juga tidak mengerti mengapa tuhan memberikan teka-teki yang serumit ini dalam hidupnya, jalan takdir yang begitu menyedihkan dengan berjuta luka yang silih berganti untuk datang, dia lelah.

"Ada hal yang gak tuhan izinkan buat kita mengerti Shen, kamu, hidupmu, takdir mu,  semuanya abu-abu"

"Kak...

"Kakak gak papa"

"Nangis bukan berarti lemah kak"

Lisa mengangguk, mulai menjatuhkan air matanya, namun tak ada isakan berarti di sana, dia tak ingin menambah luka di hati adiknya, cukup hadirnya membuat Sheno dan Jennie menderita, dia tak ingin menambah cerita kelam lainnya di dalam sana.

"Pegang tangan kakak ya Shen, yakinin kakak buat jalanin ini semua, yakinin kakak gak sendiri"

"Pasti kak"

Mungkin benar cara tuhan membuat hidup seseorang jauh lebih berarti bukan perkara kau memiliki segala nya, bahkan hanya satu rangkulan kepedulian sudah layaknya dunia semesta, setidaknya itulah yang Lisa rasakan saat ini, tubuh bergetar Sheno masih terasa dalam pelukan nya, lelaki itu menangis sejadi-jadinya, menyalahkan dirinya dari apapun yang telah terjadi hari ini, Lisa bersyukur, dibalik sakitnya Sheno masih menjadi obat penawar yang ampuh untuknya, selamanya.

Mengusap beberapa lebam di pipinya, tersenyum tipis di balik itu semua, rasa di fisiknya tak jauh lebih besar dari pada luka yang menganga di hatinya, Lelaki itu sukses memupuk rasa benci yang bercambur dengan takut di dalam dirinya, bahkan Lisa masih 16 tahun, namun tekanan yang dia dapatkan menuntutnya dewasa sebelum umurnya, dia kecewa dengan kenyataan? Jawabannya iya, terkadang kemarahannya tak lagi tentu arah, dia merutuki takdir tuhan yang telah menitipkannya ke dalam keluarga yang jauh dari kata hanga.

"Kamu balik ya Shen kakak gak mau Om liat kamu"

"Kak..

"Kamu lebih berharga, kakak gak mau wajah ganteng adek kakak ini bonyok kena smackdown sama ayahnya sendiri"

"Kak, Sheno sayang kakak"

"Iya kakak tau"

"Jangan tinggalin Sheno"

"Berdo'a ya Shen, kakak gak tau kakak akan sekuat apa"

Siguiente capítulo