webnovel

I FEEL ALONE - Pamer Pacar

Beberapa menit berlalu, beberapa suap makanan sudah masuk ke perut gue. "Mau sesuatu lagi?" tanya dia setelah gue selesai mengelap mulut gue dengan tissue.

"Enggak gue udah kenyang," jawab gue jujur. Gue memang sudah kekenyangan sekarang.

"Mau pulang atau nongkrong dulu?" tanya dia lagi. Gue mengedarkan pandangan gue ke sekitar. Gue memperhatikan suasana Caffe yang sudah semakin ramai.

"Gue pengen pulang aja, di sini udah ramai. Gue gak suka keramaian," jawab gue jujur. Gue memang tidak suka akan keramaian.

"Ya udah," ucap dia. Gue hanya mengangguk. Dia memanggil pelayan di sini dan kemudian membayarnya.

"Makasih Mba," ucap dia setelah selesai membayar.

"Sama-sama Mas," jawab pelayan itu yang kemudian pergi menjauh.

"Yu?" ajak dia yang kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Tumben ngajak, biasanya juga langsung pergi?" tanya gue jujur.

"Hmm." Lah dia kenapa? Pertanyaan gue barusan benar kan? Dia kan biasanya langsung pergi tanpa mengajak gue terlebih dahulu? Kenapa sekarang dia malah berdehem? Aneh.

Gue berjalan mengikuti langkahnya keluar dari Caffe ini. Dia terus melangkah sampai akhirnya dia kembali masuk ke mobilnya. Gue ikut masuk. Dia melajukan mobilnya meninggalkan area Caffe ini.

Gue asyik memandangi pemandangan yang sudah hampir larut malam. Dia terus mengemudikan mobilnya mengelilingi kota ini. Gue asyik memandangi lampu bangunan yang sudah menyala dengan terang.

Gue asyik menyaksikan berbagai warna dari lampu itu. Lampu yang terlihat oleh gue seakan kerlap-kerlip karena Reynard mengemudikan mobilnya dengan santai. Jadi, gue bisa menyaksikan berbagai lampu yang berlalu dan berbeda warna.

"Ikut gue," ucap dia tiba-tiba.

Gue sedikit merasa kaget saat mendengar ucapan dia. Untuk apa dia mengajak gue untuk ikut sama dia coba? Sedari tadi juga gue terus-terusan bersama dengan dia dan bahkan sekarang gue sedang berada di dalam mobilnya. Ya kali gue mau loncat keluar dari mobilnya.

"Dari tadi juga gue ngikut sama lo," ucap gue malas. Ini seharian gue terus-terusan bersama dengan dia, dia tidak menyuruh gue balik atau apa kek. Dia terus muter-muter saja. Sebenarnya ini orang lagi mencari apaan sih bingung gue?

Dia tersenyum tipis saat sudah mendengar jawaban dari gue. Dia kembali fokus terhadap jalanan. Saat gue menyadari dia yang kembali fokus sama jalanan, gue juga kembali fokus pada pemandangan di samping. Gue kembali asyik memandangi pinggir jalan ini.

"Ngapain lo ke sini?" tanya gue saat sampai di sebuah jalanan yang lurus panjang dan sepi. Kalau sepih sih pasti karena sekarang sudah larut malam.

Inilah dia, menyebalkan! Dia tak menjawab pertanyaan dari gue, dia hanya menoleh dan kemudian langsung keluar dari mobilnya. Gue ikut keluar dari mobilnya.

Dia terus melangkah dan berjalan untuk menghampiri beberapa orang yang ada di depan mobil yang sudah terparkir rapi di pinggir jalanan itu. Gue terus mengikuti ke mana kakinya melangkah. Gue berpikir sejenak saat dia berjalan menghampiri mereka.

Gue kira mereka itu adalah teman-temannya, karena kalau mereka semua bukan teman-temannya ngapain dia malam-malam mengajak gue ke sini dan sekarang dia dengan santainya berjalan menghampiri mereka?

"Hallo bro," sapa salah satu dari mereka.

Mereka begitu menyambut kedatangan Reynard. Ekspresi mereka semua terlihat begitu bahagia saat tahu kalau Reynard datang sekarang. Mereka satu persatu menyalami Reynard, Reynard membalas jabatan tangan dari mereka.

Reynard masih bersikap seperti orang dingin pada umumnya. Tak banyak perubahan yang terlihat dari Reynard, meski sekarang dia sedang bersama dengan teman-temannya.

Gue salut lihat mereka yang bisa begitu akrab dengan Reynard. Gue yakin Reynard punya sisi positif yang lainnya, makanya mereka bisa begitu welcome terhadap Reynard atau mungkin saja mereka sudah terbiasa dengan sikap dingin seorang Reynard?

"Udah lama gak ke sini?" tanya salah satu dari mereka.

"Wih sekalinya ke sini lo bawa cewek, mau pamer pacar lo?" sahut teman yang lainnya. Dia hanya memberikan respons berupa sebuah senyuman. Dia sampai saat ini belum mengeluarkan satu kalimat pun dari mulutnya.

What? Pacar? Gue tidak salah dengar kalau barusan orang itu bilang kalau gue pacarnya dia? Apa gue bakalan kuat kalau jadi pacar manusia beku kayak dia? Yang ada nanti gue mati kedinginan kalau pacaran sama manusia es ini.

Ok, jangan memikirkan pacar gue dan dia gak mungkin pacaran. Orang itu hanya bilang pacar karena Reynard bawa cewek saja. Orang itu belum tahu gue dan mungkin saja orang itu hanya sedang bercanda. Gue gak boleh memikirkan kalimat itu terlalu lama.

"Kenalin gue Doni," ucap orang yang punya nama Doni itu sambil mengulurkan tangannya ke arah gue.

"Peyvitta," ucap gue kikuk. Gue menjawab sapaannya dengan kikuk, karena gue merasa terkejut akan perlakuan cowok in yang begitu ramah ke orang baru.

"Ardan," ucap orang yang sedang berjalan ke arah gue.

Setelah dua orang yang bersalaman dengan gue, mereka hampir satu-persatu maju dan mengulurkan masing-masing tangannya. Ah benci gue, banyakan banget.

Kenapa harus pada kenalan sih? Gue harus bagaimana sekarang? Gak mungkin juga kan kalau gue menolak ajakan salaman dari mereka? Mereka saja bersikap begitu ramah pada gue, masa gue mau membalas keramahan mereka dengan kesombongan gue? Kan gak lucu kalau seperti itu.

"Udah gak usah salaman semua," ucap Reynard dengan nada yang datar.

Mereka yang belum bersalaman dengan gue hanya melirik ke arah Reynard dan kemudian tersenyum ke arah gue. Mereka mengurungkan niatnya untuk bersalaman dengan gue. Huh selamat gue, akhirnya gue tidak perlu menjabat tangan mereka satu persatu.

"Wih bigboss marah," ucap salah satu dari mereka sambil tertawa kecil melirik ke arah Reynard.

Reynard sekarang sedang memasang ekspresi yang sedikit kesal. Gue tidak tahu apa yang membuat dia bisa merasa begitu kesal saat ini. Apa mungkin karena terlalu banyak cowok yang bersalaman dengan gue? Gue gak tahu itu dan gue juga tidak mau memedulikan masalah itu.

"Mau balapan gak lo?" tanya Ardan pada Reynard.

"Udah siap kalah lo?" tantang balik Reynard.

Ternyata Reynard se-friendly ini ya? Gue baru tahu. Sikap dia saat berada di sekolah berbeda dengan sikapnya saat bersama dengan mereka, tapi sikap dia sama gue jauh lebih berbeda lagi. Dia sangat-sangat dingin. Sebel gue.

"Jangan ke mana-mana. Gue mau balapan," bisik dia.

"Lo pikir gue mau ke mana?" tanya gue ketus.

Dia hanya tersenyum tipis dan berjalan kembali ke arah mobilnya. Dia memarkirkan mobilnya ke tempat start. Beberapa dari mereka juga berjalan dari sini. Mereka berjalan dan masuk ke mobilnya masing-masing. Mereka yang akan balapan malam ini memarkirkan mobilnya di garis start.

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius.

Peyvitta sama Reynard udah semakin akrab nih? gimana kedepannya? akankah mereka?

tunggu terus ya next chapternya!

bbye!

Van_Pebriyancreators' thoughts
Siguiente capítulo