"Kamu jangan membantah Mama! Soal jodoh kamu harusnya serahkan kepadaku Oscar!" Greta menatap putranya dengan kilatan mata tajam. Pertengkaran antara ibu dan putranya itu lebih terlihat seperti dua orang musuh bebuyutan!
Lisa tidak dapat tidur dengan tenang. Perasaannya terganggu oleh perseteruan ibu dan putranya di lantai bawah. Wanita itu bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Lisa sengaja menguping perbincangan Greta dan Oscar. Ia mengerenyitkan dahi ketika mendengarkan kedua orang itu berbicara. Sepertinya mereka sedang berbincang dengan bahasa yang sangat asing di telinga Lisa!
Meskipun ia tidak paham, Lisa tetap memperhatikan kedua orang di ruang tamu itu dari lantai dua. Ia mencoba menerka - nerka apa yang sedang dibicarakan oleh Oscar dan ibunya.
"Ingatlah kejadian 5 tahun lalu Oscar! Jangan kamau lupakan itu!"
Lisa melihat wanita paruh baya itu menunjukkan kelima jarinya ke wajah Oscar. Ia menduga - duga, sesuatu terjadi kepada Oscar lima tahun lalu. Ataukah isyarat lima jari itu adalah 5 hari yang lalu? Lisa tidak tahu pasti tetapi ia yakin itu ada hubungannya dengan masa lalu Oscar.
"Mama tolong jangan menggangguku dan Lisa. Dia adalah istriku, menantumu ma!" seru Oscar dengan lantang. Pria itu mulai geram ketika meyakinkan ibunya untuk tidak ikut campur dengan urusan pribadinya.
"Ceraikanlah jalang itu Oscar! Kamu tidak pantas menikah dengannnya. Tidak hanya itu, dia tidak pantas menjadi salah satu anggota keluarga Petersson!" pekik ibunya.
"Lisa adalah istriku ma, titik! Mama tidak bisa memaksaku untuk menceraikannya!" jawab Oscar nyaring dan lantang dengan bahasa Inggris. Lisa mendengar kalimat itu dan hatinya terasa lega. Ia tersentuh dengan perkataan Oscar barusan. Setitik air mata perlahan menetes di pipinya. Meskipun Lisa bukan wanita berdarah Eropa, tetapi ia adalah istri sah Oscar dan Lisa mulai belajar untuk menerima kenyataan.
Greta semakin geram melihat putranya yang semakin bebal. Tidak disangka, putranya lebih memilih wanita rendahan itu daripada mendengarkan ibu kandungnya sendiri!
"Ingatlah 5 tahun lalu Oscar! Mantan pacarmu ketika kamu masih kuliah di Swedia! Dia orang Indonesia sama seperti istrimu itu! Coba kamu ingat kembali apa yang dilakukan olehnya padamu Oscar. Wanita itu tertarik denganmu karena dia menginginkan harta kekayaan keluarga Petersson. Masihkah kamu menyangkalnya Oscar!?"
"Jangan bawa - bawa nama Clara ke masalah pernikahanku dengan Lisa! Yang lalu sudah berlalu ma! Clara tidak bisa diperbandingkan dengan Lisa!"
Lisa terkejut mendengar nama Clara. Siapakah wanita itu? Hati Lisa semakin berdebar - debar. Jari jari lentiknya mulai gemetaran.
"Lalu mengapa kamu menikahi wanita itu Oscar?! Apa yang istimewa darinya?" tanya Greta sengit.
"Lisa sedang mengandung anakku ma! Aku tidak bisa menceraikannya dengan begitu saja, aku tidak bisa meninggalkannya seperti maumu!"
Mendengar kalimat putranya, mata Greta terbelalak kaget. Bibir tipisnya menganga, tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Kamu menikahinya karena jalang itu hami?!!" pekiknya dengan amarah menggebu. "Benar - benar memalukan! Kamu telah mencoreng nama baik keluarga Petersson!"
"Lihat kan, inilah mengapa Papa tidak memberitahu mama ketika aku akan menikah dengan Lisa. Mama pasti sudah menghadangku dan membiarkan Lisa terlantar tanpa suami!"
Greta mengambil napas dalam - dalam, menghembuskannya dengan perlahan. Ia kembali duduk di sofa. Kedua matanya terpejam, ia mencoba menenangkan diri setelah mendengar perkataan putranya yang memalukan. "Mama tidak setuju kamu menikah dengan pelacur itu! Anak yang dikandung pelacur itu adalah anak haram, aku tidak sudi menjadi neneknya!"
Greta menatap putranya dengan tatapan dingin dan kejam. "Setelah anak itu lahir, aku ingin kau segera menceraikannya! Beri dia uang yang banyak agar ia mau meninggalkanmu. Orang seperti Lisa hanya menginginkan uang keluarga kita saja Oscar! Camkan itu!"
"Mama tidak seperti Greta yang kukenal! Sejak kapan Mama jadi kejam dan tidak berperasaan seperti ini? Mama tega membiarkan Lisa terlantar menjadi seorang orang tua tunggal? Mama tega membuat putramu ini menjadi seorang duda tak beranak?"
"Oh jadi kamu lebih memilih mencoreng nama baik keluarga Petersson daripada membuang jalang itu jauh jauh? Baiklah kalau itu yang kamu inginkan!"
"Aku harap Mama bercanda saat ini!" sergah Oscar kesal.
"Mama bersungguh - sungguh! Demi nama baik keluarga Petersson, Mama tidak akan mau menerima keberadaan Lisa di keluarga Petersson. Tidak akan pernah!" Wanita paruh baya berambut emas itu melangkah ke pintu keluar dan pergi. Ruang tamu mendadak hening dan canggung. Oscar masih duduk di sofa ruang tamu dan merenung.
Sejenak ia berpikir, apakah ia lebih baik mendengarkan perintah ibunya dan menceraikan Lisa setelah anak mereka lahir? Tetapi dalam perjanjian pernikahan, hak asuh anak jatuh pada tangannya sepenuhnya. Ia tidak ingin anaknya kelak ditolak oleh Greta dan hidup dalam derita. Pikiran Oscar sangat acakadut, kedatangan ibunya dalam kehidupannya mengganggu kehidupan rumah tangganya.
Dari lantai dua, Lisa kembali ke kamarnya ketika Oscar beranjak dari sofa dan menaiki anak tangga. Lisa kembali ke tempat tidur dan berpura - pura membaca buku. Percakapan sengit antara Greta dan Oscar membuat benaknya semakin tidak tenang. Bagaimana jika Oscar benar - benar menceraikannya? Bagaimana jika ibu mertuanya membencinya seumur hidup dan membuat dirinya tersiksa selama masih bersama dengan Oscar?
Sesaat kemudian, Oscar datang dan menghampiri Lisa yang tengah membaca buku di atas tempat tidur. Ia menatap istrinya dengan wajah cemas. Pria itu meletakkan tasnya di dekat pintu dan menggantung jasnya di sebuah gantungan dekat kamar mandi.
Lisa bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan menghampiri Oscar dengan langkah gontai. Wajah wanita itu terlihat sangat kuyu. Kedua matanya meneteskan air mata. Ia memeluk suaminya dengan erat. Wangi parfum mahal Oscar memenuhi indra penciumannya.
Lisa rindu akan aroma parfum Oscar. Tiga bulan ini suaminya jarang pulang. Malam - malam di rumahnya terasa sangat sepi. Meskipun suaminya terkadang bersikap dingin dan kejam, entah apa yang merasuki Lisa, tetapi ia merindukan pria ini lebih dari apapun!
Pria itu mendekap istrinya dengan erat dan mesra. Jemari rampingnya menyisir rambut panjang hitam Lisa dengan lembut. Ia mencium dahi Lisa dengan sepenuh hati.
"Oscar, ibumu.. Apakah ia.." tanya Lisa tersendat.
"Dia sudah pergi, tenang saja sayang." Pria itu menyela sebelum Lisa dapat menyelesaikan kalimatnya. "Aku berjanji akan menjagamu dari gangguannya."
"Aku sangat merindukanmu Oscar… Aku harap kamu juga demikian…" Tangisan seketika pecah di dalam kamar itu. Oscar menggotong Lisa kembali ke tempat tidurnya. Membaringkan istrinya dengan lembut dan menciumnya.
"Lisa, Mama tidak menyakitimu kan? Kau tidak terluka dan sebainya kan?" tanya Oscar sambil menatap mata gelap Lisa lekat - lekat.
Lisa tidak tahu harus menjawab yang sejujurnya atau tidak. Yang jelas ia sangat tersinggung dengan semua perkataan ibu mertuanya tadi. Bagaimana ada orang sekejam dan sesombong ibu mertuanya itu? Bahkan ibu kandungnya sangat baik dan perhatian kepada Oscar.
"Ibumu mengejekku 'jalang' dan 'rendahan' " tangis Lisa dalam dekapan suaminya. Wanita itu mulai menangis tersedu - sedu.