Keesokan paginya, terlihat seorang wanita berperawakan langsing berjalan melewati koridor gedung perkantoran ternama di ibu kota. Sepatu hak tingginya mengeluarkan bunyi derap khas setiap kali ia melangkah. Hari ini wanita itu mengenakan setelan blazer dan rok sepan ketat berwarna hitam, dipadu dengan kemeja putih berenda bunga. Kulit kuning langsat mulus bersih tanpa bekas luka itu terlihat berkilau diterpa sinar matahari pagi. Rambutnya hitam legam bak jelaga dibiarkannya terurai menyentuh bahunya.
Setelah sehari absen dari kantor, Lisa akhirnya kembali bekerja. Ia tidak mau citranya sebagai manajer keuangan di perusahaan telekomunikasi ternama itu tercoreng gara - gara sering absen. Sudah empat tahun lamanya Lisa bekerja di Petersson Communication, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Swedia yang memiliki cabang perusahaan hampir di seluruh dunia. Sepak terjangnya di dunia karir memang tidak dapat dipungkiri lagi. Di usia 23 tahun Lisa sudah diangkat menjadi manajer di bagian keuangan. Kini usianya 25 tahun dan prestasinya sebagai manajer keuangan pun masih tetap melambung!
Wanita itu bergegas ke ruang departemen keuangan dan mencari meja kerjanya. Laporan keuangan minggu lalu yang belum beres kini semakin menumpuk saja. Lisa sudah menduga ia bakal lembur hari ini. Sungguh sial. Ini semua akibat mabuk kemarin!
"Lisa! Lisa! Oh demi Tuhan lo akhirnya balik ke kantor!" teriak seorang wanita berperawakan sintal dan tidak terlalu tinggi dari ambang pintu ruangan departemen keuangan.
"Andien? Kenapa?" tanya Lisa, wajahnya nampak bingung.
Andien adalah sahabat Lisa sejak sekolah menengah atas. Sempat berpisah ketika kuliah karena beda universitas, kini Andien bertemu lagi dengan sahabatnya di kantor dan departemen yang sama. Terlebih sahabatnya ini sekarang adalah atasannya, membuat Andien semakin bangga akan kegigihan dan kerja keras sahabatnya ini.
Andien memang tidak secantik dan setinggi Lisa walau kulitnya lebih putih dan lebih cerah, namun Andien adalah seorang wanita baik hati yang selalu menjadi kesukaan rekan - rekan kerjanya. Andien sangat bisa diandalkan dalam urusan menjaga rahasia rumah tangga. Lisa selalu menjadikan Andien tempat curhat dan tempat Lisa meminta solusi ketika keadaan menjadi rumit dan sulit.
Andien mendekati meja Lisa dan mendekap sahabatnya itu seraya berkata, "Lo sudah denger kabar nggak hari ini?"
"Kabar apa Ndien?" tanya Lisa lagi, penasaran.
"Hmm, agak buruk sih benernya . . Nama lo sudah kedengeran sempe seluruh departemen!"
"Mereka tahu gue absen karena abis mabok!?" Mata Lisa terbelalak ia terperanjat dari kursinya. Suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan. Untung saja masih belum banyak karyawan yang datang ke ruangan itu!
"Tolong rahasiain kalo kemaren gue absen karena mabok, sshhh!" bisik Lisa dengan intonasi tegas.
"Bukan itu Lis! Aditya Lis! Mereka denger dari Karina si tukang gosip itu!"
Seorang wanita bertubuh langsing dan tinggi tiba - tiba datang dari lantai dua menuju ruang departemen keuangan. Suara derap sepatu hak tingginya memenuhi koridor yang sepi itu. Terasa sedikit aura - aura tidak menyenangkan ketika wanita itu masuk. Wanita itu sedikit lebih tinggi dari Lisa. Bentuk badan mereka berdua pun mirip, hanya saja wanita itu berkulit putih cerah dan selera berpakaiannya lebih berwarna - warni dan berani.
Karina menghampiri meja Lisa dan menggebraknya, "Hey jomblo! Gimana rasanya ditipu pacar? Enak kan haha!" Karina duduk di atas meja Lisa, kerah bajunya sangat rendah mempertontonkan belahan dadanya.
Dasar Karina tidak pernah jera saja ikut campur urusan rumah tangga orang lain! Sudah dari sejak Lisa mengenal Karina di bangku kuliah, sikapnya yang menNdienkelkan itu tidak pernah berubah. Lebih mengesalkan lagi, Karina adalah rekan kerja sekantor dengan Lisa. Mereka berdua sama - sama manajer tetapi berbeda departemen. Karina adalah salah satu dari sekian manajer muda selain Lisa di kantor itu. Hubungannya dengan Lisa sudah tidak baik sejak mereka kuliah. Mereka bagaikan air dan minyak, tidak akan pernah bisa bersatu. Lisa bukanlah tipe wanita yang suka ikut campur dengan urusan pribadi orang lain dan tidak menganggap rekan - rekan kerjanya adalah saingan, tetapi Karina. Baginya, seluruh rekan kerjanya adalah saingan terlebih Lisa!
Hingga detik ini Lisa masih tidak paham mengapa Karina begitu berambisi untuk bersaing dengannya. Bukankah Karina juga sederajat dengan Lisa di kantor ini? Bagaimanapun juga, Karina memang sangat kompetitif sedari kuliah, kelewat kompetitif malahan. Suatu ketika, pernah Karina sengaja merebut judul skripsi Lisa agar ia lulus lebih cepat. Namun nasib baik berpihak pada Lisa, ia dibantu oleh Aditya untuk menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu sehingga Karina sangat membencinya. Mungkin karena dendam kesumat di zaman kuliah itu pula yang membuat Karina sampai sekarang masih merasa harus mengalahkan Lisa.
"Lo mau apa Kar? Masih nggak capek ikut campur sama urusan orang lain?"
"Justru itu Lis! Lo ini katanya manajer tapi citra lo itu jelek!"
"Dari mana pula lo dapet berita burung itu Karina?!"
"Helaaaaw, sudah jelas dari Aditya sendiri lah! Lo kayak nggak ngerti Aditya aja!" Karina berkacak pinggang dan menyibakkan rambut hitam tebalnya dengan sombong. "Aditya kan wajahnya ada banyak! Hari ini baik sama lo besok dia ninggalin lo haha!"
Sialan memang Aditya lelaki licik berwajah dua! Cocok sudah mereka berdua bersatu.
"Lagian lo ini gobloknya sampai ke tulang! Mau aja lo pacaran sama cecunguk kayak Aditya! Lihatlah dirimu sekarang Lis, lo jomblo. Menyedihkan sekali hahaha!"
"Kar, lo daripada ngurusin urusan orang lain, uruslah itu anak buah lo di departemen pemasaran!"
Kesal karena kalah debat dengan Lisa, Karina kemudian meninggalkan kantor departemen keuangan dengan langkah cepat. Karina mendengus dan memaki Lisa di dalam benaknya.
"Oh omong - omong sebelum gue kembali ke departemen gue, salam dari ayah. Katanya, bagaimana ibumu? Sudah mendekati ajal atau belum?" ejek Karina seraya berjalan meninggalkan ruang departemen keuangan.
Lisa mulai naik pitam ketika Karina menyebut - nyebut ayahnya dan melempar bolpoin ke arah Karina. Sayang meleset.
"Sial!" teriak Lisa sebal setengah mati.
Karina, selain juga musuh terbesarnya di kantor itu juga adalah saudara tirinya. Setelah meninggalkan ibunya sejak Lisa duduk di bangku sekolah menengah atas secara tidak resmi, ayahnya kemudian menikah lagi dengan seorang janda kaya raya ketika Lisa lulus kuliah. Membuat Lisa semakin kesal karena setiap Lisa pergi, ia selalu berhadapan dengan Karina. Kesal ia punya saudara tiri yang sama busuknya dengan ayahnya!
"Lisa udahlah, mending kita mulai kerjakan laporan yang sudah semakin menggunung ini." ajak Andien.
Lisa menghela napas panjang melihat tumpukan kertas di atas mejanya itu. Benar juga ternyata yang dikatakan Dimas kemarin. Ini adalah hutang yang harus dibayar karena absen akibat mabuk - mabukan!
Sembari menunggu karyawan lain tiba, Andien bertanya kepada lisa dengan lirih, "Lis, soal mabok itu.. Mau cerita nggak?"
"Sepulang kantor gue bakal cerita lebih dalam ya, tapi intinya gue dua hari lalu sengaja mabok karena kesel habis kena tipu oleh Aditya!" bisik Lisa.
"Astaga sebegitu parahnya ya sampe lo sengaja mabok?"
"Uang tabungan gue dari awal masuk Petersson Communication sampe sekarang diambil lari sama Aditya!" jelasnya, masih berbisik.
"Untunglah lo cuma absen sehari Lis. Lihatlah, sehari aja laporan yang belum selesai sudah mirip nasi tumpeng, menggunung!"
"Sebenarnya ada yang masih pingin gue ceritain. Jadi kata Dimas, kemarin gue digotong bule waktu gue pingsan."
"Bule? Ganteng nggak?"
"Nah itu Ndien, saking maboknya gue sampe nggak inget wajah dan bentuknya!" lanjut Lisa masih berbisik. "Gobloknya gue nggak tanya Dimas kayak apa ciri - ciri fisiknya!"
"Ah lo ini harusnya tanya ke Dimas lah! Siapa tau lo ketemu sama si bule lagi, kan lumayan buat gantiin posisi Aditya di hati lo hehe." goda Andien sambil membereskan tumpukan laporan.
"Sudah sana lo balik kerja Ndien! Lo nggak mau nemenin gue lembur kan nanti malam?" sindir Lisa dengan nada bercanda.
"Ah lo ini santai dikit lah, jangan terlalu tegang!"