webnovel

Maaf Aku Terlambat!

Selain berlatih di dalam ruangan pelatih Hendrik menyarankan agar mereka berlatih di luar ruangan, seperti di taman. Sama seperti saat ini, Gabby sedang berlatih di taman bersama pelatihnya.

Michael tetap dengan setia menemani Gabby, dia duduk dengan santai di atas kursi kayu memanjang yang tersedia, kadang membaca buku, bermain game di handphonenya, dan kadang juga lebih memilih untuk melihat mereka, lebih tepatnya Gabby,

Karena selalu menamani Gabby, pelatih Hendrik sering berpikir kalau mereka berpacaran. Pernah suatu ketika dia bertanya ke Gabby mengenai hubungannya dengan Michael, dengan cepat dia langsung membantahnya dan menjawab kalau mereka hanya teman dekat.

Kalau pelatih Hendrik melihat pipi merona Gabby, dia tidak berkata apa-apa, hanya menganggukan kepalanya.

Waktu berjalan sangat cepat. Dari hari ke hari, pelatih Hendrik mengajak seluruh isi kelasnya untuk berlatih di taman. Michael selalu ada disana, melihat Gabby menjatuhkan lawannya ke atas tanah yang keras.

Biasanya taman itu hampir tidak ada pengunjungnya, tapi sejak mereka berlatih disana taman itu jadi kelihatan hidup.

Di awal bulan November, Gabby diberitahu oleh pelatihnya kalau ada pertandingan Karate antar Jawa Barat. Gabby dan beberapa temannya dipilih oleh pelatih Hendrik untuk mewakili kota Bandung.

Sejak itu, Michael dan Gabby menjadi susah untuk bertemu. Saat Gabby harus berlatih, Michael ada latihan piano. Saat Michael ada waktu luang, Gabby sedang sibuk mengejar ketertinggalannya di sekolah. Meskipun begitu, mereka tetap menyempatkan untuk saling bertukar pesan di handphone.

--

Sebanyak lebih dari tiga ratus peserta berhasil dikalahkan oleh Gabby. Dengan wajah penuh keringat dia berdiri di atas podium sambil mengenakan medali emasnya dan mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang ada di pikirannya, dia sebenarnya belum berlatih untuk mengucapkan ucapan keberhasilan di atas panggung.

Dari tadi matanya yang jeli berusaha melihat ke arah tempat duduk penonton dan berusaha mencari dimana Michael duduk, tapi dia tidak bisa melihat tanda-tanda kedatangan Michael.

Di tempat duduk penonton paling depan, Daniel sedang memegang sebuah sarung tangan dan mengelap air matanya yang dari tadi tidak bisa berhenti keluar. Berbeda dengan Agnes yang duduk di sebelahnya yang sedang memberikan tepuk tangan paling meriah.

Saat melihat ke arah suaminya, Agnes menyenggol lengannya dan berbisik, "Jangan nangis! Anak kita menang bukan kalah. Jangan malu-maluin!"

Daniel membuang ingusnya dengan keras lalu berkata, "Anak kecilku sudah bisa mengalahkan ku sekarang. Aku yakin habis gini pasti dia akan mengalahkan satu dunia dan berdiri di panggung terbesar yang pernah ada..."

Mendengar hal itu Agnes benar-benar ingin meninggalkan suaminya sendiri di tempat duduk penonton.

Di belakang panggung, Pelatih Hendrik tidak bisa menahan perasaan bangganya. Setiap kali ada orang yang lewat dia akan menunjuk ke arah Gabby dan berkata seperti, "Dia muridku!"

Akhirnya, setelah pidato Gabby selesai, tanpa basa basi pembawa acara itu langsung mengajak Gabby dan tiga ratus peserta lainnya untuk berfoto bersama. Mata Gabby kembali mengarah ke tempat duduk penonton lalu mengerucutkan bibirnya saat dia tidak bisa menemukan Michael.

--

Michael berlari dengan cepat memasuki gedung tempat lomba karate diadakan, sesekali dia melihat ke arah jam tangan yang ada di tangan kirinya dan berlari lebih cepat saat jarum jam menunjukkan jam dua siang. Aku telat! Pikir Michael.

Sesampainya di dalam ruangan, Michael melihat ke arah kanan dan kiri berusaha mencari Gabby ataupun orang tua Gabby. Matanya langsung tertuju ke arah Ayah Gabby yang sedang membuang ingusnya di sarung tangannya.

Michael berjalan mendekati ayah Gabby dan mendapati ibunya Gabby sedang memeluk erat anaknya, "Ibu bangga sekali padamu! Jangan pedulikan ayahmu disana yang sedang mempermalukanku."

Mata cokelat Gabby tertutup dan keluar suara gelak tawa dari bibirnya. Sesaat setelah mata Gabby terbuka, matanya langsung tertuju pada sosok laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh darinya, "Michael!" Seru Gabby sambil melambaikan tangannya dengan semangat.

Laki-laki itu berjalan mendekat lalu memberi salam kepada orangtua Gabby, "Halo, maaf saya terlambat."

Dengan cepat Agnes berjalan ke sebelahnya dan memberikan pelukan singkat lalu bertanya, "Michael, kenapa terlambat? Macet ya?"

Michael menunjukkan buket bunga yang ada di tangan kirinya dan berkata, "Tadi saya mampir dulu ke toko bunga untuk membelikan Gabby ini."

Melihat buket bunga yang ada di tangan calon menantunya itu membuat mata Agnes seketika itu juga langsung berbinar, dia menoleh ke belakang lalu memanggil anaknya, "Gabby! Kesini sebentar!"

Gabby yang awalnya sedang menertawai wajah ayahnya yang dibanjiri oleh air mata langsung datang mendekat, "Ada apa bu?"

"Ini Michael ingin menyampaikan sesuatu kepadamu." Jawab Ibu dengan senang, Ibu Gabby lalu jalan menjauh dari mereka, tidak lupa sebelumnya dia mengedipkan mata kanannya dan mengacungkan jempolnya ke arah Michael.

Siguiente capítulo