webnovel

Terbongkar

"tuan, apa tuan yakin membiarkan nona Alexa tinggal bersama kita?" tanya seorang perempuan pada kak Kiano.

"ya, itu lebih baik daripada adikku tinggal di kota A dan menjadi santapan empuk untuk para mafia hitam itu. Aku khawatir padanya, apalagi mereka mulai mengincarnya." jawab kak Kiano dengan nada sedih.

"lalu bagaimana jika nona tau jika tuan sedang mendapat teror saat ini?" tanya perempuan itu lagi pada kakakku.

"Mona, rahasiakan ini dari adikku. Dia tidak boleh tau yang sebenarnya, biar semua ini aku yang tanggung. Sudah menjadi tanggung jawabku sebagai kepala keluarga Almora sekarang, menyentuh harta karun ini sama saja bertaruh nyawa. Aku akan menjaganya, seperti aku menjaga adikku." jelas kak Kiano tegas.

"tapi tuan, kondisi anda masih drop saat ini." khawatir perempuan itu.

"walau begitu tugasku masih menunggu Mona, aku harus menyelesaikannya." teguh kak Kiano.

Aku mematung mendengar percakapan itu, tidak mengerti aku harus apa di posisi ini. Nyatanya kakakku memang benar-benar terancam saat ini, dan aku sama sekali tidak tau menau soal itu? Dan lagi, kak Kiano memaksakan keadaanya yang sakit itu untuk tetap bekerja.

Sedikit emosi mendengar hal itu, aku langsung membuka pintu kamar kak Kiano. Dapat ku lihat, kak Kiano menatapku terkejut begitu juga dengan perempuan di sampingnya.

"tidak ada yang perlu dirahasiakan, aku sudah tau semuanya." ucapku datar pada kedua orang di hadapanku ini.

Kak Kiano mencoba bangkit dari ranjangnya, membuatku mau tidak mau mengeluarkan kata-kata tajam penuh paksaan.

"diam disana, atau kau akan ku kurung selama sebulan nanti!" ancamku pada kak Kiano.

Berhasil! Kak Kiano terdiam, ia tidak lagi memaksa untuk berdiri saat tubuhnya masih lemah. Aku melangkah perlahan masuk ke dalam kamarnya, yang menjadi prioritasku saat ini adalah nyawa berharga dari kakak tercintaku ini.

"aku ingin bicara 4 mata dengan kakakku" pintaku dengan nada dingin.

Perempuan itu seakan paham maksudku, ia langsung membungkuk sedikit dan pergi meninggalkan aku dan kakakku di kamar ini.

Aku menyentuh kening kakakku dengan punggung tanganku, seketika aku merasakan rasa panas yang menjalar di tanganku. Melihat hal itu, aku menatap kakakku tajam penuh kekhawatiran.

"kakak tidak apa-apa Kisha, kau tenang saja. Kakak hanya kelelahan, setelah beristirahat kakak akan pulih kembali." jelas Kak Kiano sambil menatapku sendu, dan ada gurat ketakutan disana.

"kau tidak usah membohongiku lagi kak, aku tau semuanya." tekanku pada kak Kiano.

Kak Kiano terdiam, ia menatapku penuh kebingungan dan curiga. Aku memang belum menceritakan pada kak Kiano jika aku menjadi detektif sebelumnya, tapi sepertinya sekarang aku harus memberitahukan semuanya.

"kau tau apa Kisha?" tanya kak Kiano penuh curiga.

"aku tau semua, kak. Harta karun keluarga kita, dunia gelap mafia, kematian mama dan papa yang di sengaja, teror untuk menjatuhkanmu, dirimu dan diriku yang terancam. Aku tau semuanya kak, aku tau." jelasku pada kak Kiano dengan wajah menyiratkan kalau itu biasa saja.

Kak Kiano menatapku terkejut, ia pasti tidak menyangka jika aku akan tau semuanya. Tapi nyatanya aku memang tau, jauh sebelum kak Kiano tau yang sebenarnya.

"bagaimana bisa? Darimana kau tau semua itu Kisha?" tanya kak Kiano penasaran.

Aku melangkah mendekati jendela yang terbuka, menatap langit yang terlihat cerah. Kota Paris memang indah, aku menyukainya.

"aku ini detektif kak, bagaimana mungkin aku tidak tau." jawabku jujur.

Aku tau kak Kiano pasti terkejut sekarang, terdengar dari nada suaranya yang sarat akan keterkejutan.

"apa?!" tanya kak Kiano ragu.

"aku tau kau pasti terkejut, tapi memang itulah kenyataannya." jawabku apa adanya.

"tunggu Kisha, kakak tidak mengerti. Bagaimana mungkin kau menjadi detektif? Dan lagi, sejak kapan? Astaga, kau membuat kepalaku sakit." tuntut kak Kiano padaku.

"tenanglah kak, aku akan jawab semua pertanyaanmu. Jangan berpikir keras, aku yang akan bercerita padamu." pintaku pada kak Kiano.

Aku mendekati kak Kiano, duduk di ranjangnya yang kosong. Membiarkan kak Kiano mendengarkan, sambil memperhatikanku.

"beberapa hari setelah kematian papa, Yuri mengajakku bergabung dengannya di Perserikatan Detektif. Aku terkejut, dan sempat menolaknya. Lalu beberapa saat kemudian aku menerimanya, karna rasa penasaranku atas kematian papa yang janggal. Yuri membawaku ke Markas Perserikatan Detektif, dan memperkenalkanku pada jendral mereka. Aku di rekrut menjadi anggotanya, dan kesempatan itu aku gunakan untuk mencari informasi tentang kematian mama dan papa. Dan nyatanya tidak hanya itu, jauh dari itu ada yang lebih buruk." jelasku pada kak Kiano.

Kak Kiano menatapku tidak percaya, dia terlihat seakan kecewa padaku. Ya, itu pasti. Aku merahasiakan semua ini darinya, tentu saja ia pasti kecewa padaku.

"kak, aku tau kau kecewa. Tapi aku melakukan semua ini untuk keluarga kita, menuntut hal yang terkubur begitu saja." ungkapku dengan sendu.

"kau tau Kisha, selama ini kakak selalu menjagamu. Tidak membiarkanmu di sakiti atau dilukai siapapun, tapi kau malah menjerumuskan dirimu sendiri dalam lubang penuh darah itu. Dan lagi, kau merahasiakannya dariku. Kau membuatku kecewa Kisha, seakan aku tidaklah penting untuk mengetahui semua ini." tukas kak Kiano sedih.

"maaf kak, aku tidak bermaksud begitu. Aku merahasiakan ini karna aku tau, kakak pasti tidak akan mengizinkanku." balasku memberi alasan.

"ini terlalu jauh Kisha, terlalu berbahaya. Kau pikir dengan bergabung menjadi detektif semua akan kembali? Tidak sayang, relakan yang telah tiada. Yang harus kau pikirkan itu dirimu sekarang, apa yang akan terjadi padamu nanti." jelas kak Kiano penuh kekhawatiran.

"aku tau itu, tapi aku tidak bisa. Alasan kematian papa dan mama harus jelas, aku akan terus mencari tau hal itu. Sekarang, aku pun harus menjagamu dari mafia-mafia itu." tolakku tegas.

"cukup Kisha, kakak tidak ingin melibatkanmu. Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, lebih baik kau kembali bersekolah dan lanjutkan pendidikanmu." titah kak Kiano.

Aku menggenggam tangan kak Kiano, meyakinkannya jika aku akan baik-baik saja. Walau sebenarnya aku sendiri tidak tau, apakah akan baik-baik saja atau tidak.

"aku baik-baik saja kakak, kau istirahatlah. Mulai hari ini kepemimpinan Almora akan aku ambil alih, kau hanya perlu katakan apa yang harus ku lakukan." ucapku tegas.

"tunggu Kisha, ini berlebihan. Tidak akan ku biarkan kau mengambil alih semuanya, kau tidak akan sanggup." tolak kak Kiano tegas.

"kakak percaya saja padaku, untuk sementara kau istirahat saja dan biarkan aku mengurus semuanya sampai kau pulih." balasku meyakinkan.

"tidak! Aku tidak mengizinkanmu!" tolak kak Kiano.

"aku ini pewaris kedua setelahmu, jika kau sakit maka aku yang akan menggantikannya. Dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan tetap melakukannya." balasku dingin.

"kenapa kau jadi keras kepala seperti ini Kisha?" tanya kak Kiano heran.

"semua untuk melindungimu kak, istirahatlah. Aku akan kembali ke kemarku, jangan pikirkan apapun lagi. Kau harus banyak beristirahat, agar cepat pulih." tekanku memaksa pada kak Kiano.

Siguiente capítulo