Kèenan mengajak Jashmine ke taman samping rumah, tepatnya di sebuah ayunan kursi panjang yang saling berhadapan dan terdapat atap yang membuat mereka terhindar dari panasnya matahari. Mereka berdua duduk di satu kursi yang sama dan saling diam untuk sesaat.
"Jashmine," panggil Keenan tanpa menoleh, pandangannya terpaku pada kursi kosong di depannya.
"Iya," sahut Jashmine tanpa menoleh.
"Maafkan aku," ucap Keenan kemudian meraih tangan Jashmine, kemudian menoleh menatap wajahnya yang cantik natural. Perlahan dia menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi mata gadis itu dengan jemarinya yang kokoh.
Jashmine terdiam dengan jantungnya yang berdegub lebih kencang dari biasanya, genggaman Keenan pada tangannya begitu lembut dan tatapannya sungguh membuatnya seperti akan runtuh.
"Maaf, untuk apa?" tanyanya tanpa menoleh pada Keenan, tetapi malah semakin menoleh ke arah lain.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com