Begitu Richard mencapai ke anak tangga teratas dan Anxia berbalik untuk memandangnya, hati Richard merasa lega saat menyadari tidak ada aura membunuh disana.
Meskipun begitu, Anxia masih belum melunak seperti sebelumnya dan masih menatapnya dengan tajam seakan dirinya adalah musuh yang harus diwaspadai.
"Xia Xia, kita perlu bicara."
"Bukankah itu sebabnya kita berada disini?"
Richard merasa sedih mendengar kalimat sarkas yang diucapkan dengan nada dingin oleh istrinya.
"Jangan percaya apapun yang dikatakan wanita itu. Kami sama sekali tidak pernah bertunangan dan juga… ayahku tidak menyukainya."
"Jadi, jika seandainya ayahmu menyukainya, kau akan menikahinya?"
"Tidak. Aku tidak akan menikahinya atau dengan siapapun. Satu-satunya yang kujadikan istri hanya kau seorang."
Jawaban tegas dari Richard membuat Anxia lengah dan tidak sanggup berkata-kata.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com