Aku sudah memegang botol minyak urut sekarang. Sedang Satria, dia sudah tidur tengkurap tanpa atasan. Aku bingung, harus mulai dari mana.
"Bang. Minyak ini diapain?" tanyaku.
"Diminum."
"Hah? Diminum?"
"Ya dioles dong, Rea. Masa diminum? Bisa nggak sih sebenarnya kamu?" Kepala Satria terangkat dan menoleh padaku. Aku menggaruk kepala yang tak gatal.
"Oke, Bang. Aku bisa. Sabar dong."
Aku mulai menuang minyak urut ke telapak tangan. Baunya gini amat ya? Tapi lumayan sedap juga lama-lama.
"Bagian mana Bang yang sakit."
"Pundak dan punggung. Kamu tekan itu pelan-pelan. Buat gerakan naik turun dan memutar."
Ragu-ragu aku menyentuh punggung Satria. Baru pertama kali aku menyentuh secara langsung tubuh Satria seperti ini. Ini serius badan manusia? Aku nggak menyangka Satria memiliki tubuh sekeras dan sekekar ini. Aku nggak yakin usapan tanganku akan berasa. Tapi aku melakukan gerakan yang Satria suruh, meskipun hasilnya mungkin nggak seprofesional tukang pijat betulan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com