webnovel

APA YANG GADIS INI INGINKAN?

"Pernikahan?!" Lexus membelalakkan matanya dengan tidak percaya, dia mengangkat kedua tangannya untuk membuat Ramon tidak bicara dulu untuk beberapa saat. "Apa maksudmu dengan pernikahan? Bahkan orang- orang di luar sana tidak tahu kalau kau mempunyai kekasih!" suara Lexus terdengar sedikit histeris.

Di sisi lain, Ramon tidak menanggapi hal itu dan membiarkan Lexus menceracau sementara dirinya menahan tubuh Hailee agar dia tidak kemana- mana, karena yang dia rasakan adalah tubuh Hailee yang berusaha bergerak menjauh.

"Ram, apa yang nanti akan orang- orang katakan?" karena biar bagaimanapun juga, Ramon tidak pernah terdengar tengah menjalin hubungan dengan wanita lain, maka berita tentang pernikahan yang tiba- tiba ini tentu saja akan menimbulkan sebuah kegemparan. "Bagaimana kalau mereka mengira kau telah menghamilinya lebih dulu? Maka dari itu kau tergesa- gesa untuk menikahinya!"

"Lalu kenapa kalau aku menghamilinya lebih dulu?" Ramon balas bertanya dengan nada yang santai, dia bahkan sempat melirik reaksi terkejut dari Hailee.

"Hamil?" gumam Lexus, matanya terpancang ke arah perut Hailee yang rata. "Kau… sedang hamil?"

"Tentu saja tidak!" seru Hailee galak. "Kami tidak melakukan hal- hal semacam itu!"

"Oke, oke…" Lexus mengangkat kedua tangannya, mengindikasikan agar Hailee meredam emosinya. "Aku hanya menebak… jangan salahkan aku." Lalu Lexus menunjuk ke arah Ramon. "Kata- katanya yang mengarahkanku untuk berpikir seperti itu."

Lagipula, mereka telah bersama selama dua tahun, siapa yang tahu apa saja yang telah mereka lakukan, bukan? Dan dalam waktu- waktu kini, hal semacam itu, bukan lagi hal tabu yang terjadi.

"Jangan bicara sembarangan." Hailee berkata dengan suara yang pelan. Mana mungkin dia bisa marah pada Ramon sementara dirinya bahkan tidak sanggup mengangkat wajahnya untuk menatap langsung ke dalam mata pria di sampingnya ini.

"Kenapa? Kau tidak suka?" Ramon menundukkan wajahnya, sehingga dia bisa berbisik dengan mesra ke telinga Hailee, sementara gadis itu semakin menundukkan kepalanya ketika nafas Ramon yang hangat menyapu tengkuknya. "Dua tahun seharusnya merupakan waktu yang cukup bagimu untuk terbiasa denganku."

Pria ini benar- benar berbahaya!

Hailee jadi meragukan rumor yang beredar di luar sana, yang mengatakan kalau Ramon adalah pria yang dingin dan kaku. Bagaimana bisa pria seperti itu menggodanya seperti ini?

Ramon bahkan melakukannya dengan sangat natural.

Bukan hanya rumor mengenai Ramon yang Hailee ragukan kebenarannya, tapi juga diagnosa Dokter yang mengatakan kalau pewaris keluarga Tordoff ini terkena amnesia.

Karena dari apa yang Hailee rasakan, mungkin juga dia menjadi terlalu sensitive karena merasa bersalah, karena telah berbohong mengenai hubungan antara dirinya dan Ramon, Hailee merasa bahwa Ramon sedang mengetesnya. Pria ini sebenarnya tidak sepenuhnya percaya bahwa Hailee adalah kekasihnya.

Dan apa yang Hailee duga adalah benar.

Ramon tidak sebodoh itu untuk dapat ditipu dengan mudah, apalagi dengan kualitas acting Hailee yang menyedihkan.

Namun, ada beberapa hal yang Ramon ingin tahu dari gadis ini dan alasan mengapa dia melakukan apa yang dia lakukan kini, lagipula, cukup menyenangkan juga memiliki Hailee di sampingnya.

"Hei, bisa tidak kalian berdua berhenti bermesraan di hadapanku?" gerutu Lexus. "Aku masih di sini, jangan berpikir kalau hanya ada kalian berdua saja di dalam kamar ini."

Mendengar keluhan adiknya itu, Ramon menatapnya tajam dan dengan ekspresi datar dia berkata, "lalu kenapa kau masih ada di sini? Kalau kau tidak suka dengan apa yang kau lihat, pergi saja."

Lexus tercengang mendengar Ramon mengusirnya. "Aku merasa terusir…" rengek Lexus.

"Bagus kalau kau merasakan itu." Ramon mengangguk ke arah pintu. "Di sana pintunya, kau bisa menutupnya dari arah luar."

"Ramon!" Hailee mendesis dari sela- sela giginya, dia meringis membayangkan mereka akan berdua saja setelah pembahasan ini.

"Mau kemana kau?" Ramon menahan tubuh Hailee dan menggenggam tangannya erat- erat ketika gadis itu mencoba untuk melarikan diri darinya. "Tidakkah kau senang karena pada akhirnya kita akan menikah setelah dua tahun berpacaran?"

"Ramon, kau masih sakit." Desis Hailee, masih berusaha untuk berontak dari dekapan Ramon, tapi sepertinya, terlepas bahwa status pria ini masih merupakan pasien, kekuatan yang dimilikinya jauh melebihi Hailee.

Ramon tersenyum kecil melihat reaksi Hailee, entah kenapa dia menyukai ekspresi cemberutnya dan bukannya melepaskannya, Ramon justru meletakkan dagunya ke pundak gadis itu.

"Aku sudah cukup sehat untuk membuatmu tidak pergi kemana- mana," Ramon berkata. "Jadi, pernikahan seperti apa yang kau inginkan?"

"Apa?" Hailee tergagap. Semua ini sangat jauh dari ekspektasinya. Dia hanya ingin mencari perlindungan di balik keluarga Tordoff, tapi Hailee tidak pernah berpikir kalau keadaannya bisa jadi sekacau ini. "Kenapa kita membicarakan pernikahan? Kau harus sehat terlebih dahulu. Kesehatanmu yang utama…"

Bahkan alasan yang Hailee karang baru saja, sama sekali tidak meyakinkan di telinganya.

"Kau masih berpikir kalau aku tidak cukup sehat?" Ramon meletakkan jarinya di bawah dagu Hailee sehingga dia mendongak dan menatap langsung ke matanya. "Apa kau berpikir untuk melarikan diri dari pernikahan ini?"

"Tidak, tidak…" Hailee menjawab terlalu cepat saat dia menggelengkan kepalanya keras- keras. "Tentu saja aku tidak akan melarikan diri." Bahkan kini Hailee dapat mendengar suara hatinya yang berkata kalau dirinya tengah berbohong.

"Jadi, apa yang membuatmu ragu untuk menikahiku?" Ramon berbaring, tapi dia juga membawa Hailee untuk berbaring di sampingnya. Dalam dekapannya, Ramon dapat merasakan tubuh Hailee yang menjadi kaku, seolah dia takut melakukan gerakan sekecil apapun.

"Hah?" Hailee mengkerut dalam pelukan Ramon, dia ingin mendorong pria ini menjauh, tapi takut kalau nanti dia akan curiga, tapi berada di posisi seperti ini rasanya kurang menyenangkan juga… "Tentu saja tidak."

"Atau mungkin, karena sebenarnya kau bukan kekasihku?" Ramon tiba- tiba melepaskan pelukannya pada Hailee dan mengerutkan dahinya sambil menatap gadis itu dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Aku kekasihmu, masa kau lupa?" Hailee segera memanfaatkan momen itu untuk turun dari ranjang, walaupun ucapannya terus menerus mengindikasikan kebohongan dan bersikeras bahwa dia adalah kekasih Ramon, tapi bahasa tubuh Hailee justru mengatakan sebaliknya. "Kita sudah bersama selama dua tahun."

Sambil mengatakan itu, Hailee berjalan dengan tergesa- gesa menuju sisi lain dari kamar rawat ini dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, packing barang- barang Ramon yang masih berantakan.

Di sisi lain, Ramon berhenti menggoda Hailee, seraya matanya yang tajam, mengikuti setiap gerak- gerik gadis yang tengah membohonginya ini.

Menarik. Pikir Ramon.

Jika Hailee berbohong karena uang dan status, maka Ramon dapat mengerti, tapi gadis ini sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan hal- hal artificial semacam itu.

Jadi, apa yang gadis ini inginkan dengan berbohong?

Siguiente capítulo