Malam hari pun tiba, kuda yang Teo tunggangi tidak sanggup berlari lagi. Mungkin karena penunggang sebelumnya yang memaksanya untuk terus berjalan dan juga Teo yang langsung memakainya tanpa memeriksa kondisinya "Sepertinya Kau lelah, lebih baik kita beristirahat dulu," Ucap Teo sambil mengusap kudanya.
Beruntungnya mereka, tidak jauh dari tempat mereka berdiri ada sebuah Desa kecil dan mereka pun langsung bergegas kesana. Di depan gerbang Desa, ada dua orang dengan tombak di tangan mereka dan kemudian juga memakai pelindung di dada mereka, Teo pun dihentikan mereka berdua "Ah maaf Tuan, jika Anda ingin masuk kedalam, Anda harus membayar 2 keping perunggu," Ucap salah satu dari mereka sambil tersenyum ramah.
Teo pun mengambil 2 keping berunggu di kantung yang Cattalina berikan kepadanya dan ia simpan di tas pinggang miliknya, lalu ia berikan kepada orang itu yang sepertinya seorang penjaga di desa itu.
"Ah, terima kasih. Tapi sebelum itu, apa Anda bisa melepaskan topengnya?" Pinta penjaga itu karena Teo masih memakai topeng putih itu.
Untuk beberapa alasan, Teo tidak mau melepaskan topengnya, salah satunya adalah untuk tidak ada yang tahu soal identitasnya. Tapi, sekarang ia harus melepaskannya agar bisa masuk kedalam Desa. Jika ia tidak mau, maka ia tidak bisa masuk kedalam Desa, hanya ada dua pilihan untuk Teo.
"Maaf, tapi Aku tidak bisa. Aku orangnya pemalu, ka--kalau Aku melepasnya A--Aku tidak bisa berjalan," Ucap Teo terdengar sangat gugup, tentunya dia berbohong.
Teo tidak dapat memilih salah satu dari dua pilihan itu, atau ia tidak bisa memilih kedua pilihan itu. Maka yang Teo lakukan adalah membuat pilihan ketiga, yaitu berbohong dengan berbagai alasan agar ia bisa masuk kedalam Desa.
"Hmm? Apa benar begitu?"
Alasan konyol begitu tidak dapat mudah dipercaya oleh para penjaga itu, tetapi...
"U--Umm … a--apa benar tidak bisa?" Ucap Teo terdengar sangat gugul, tubuhnya terus bergerak dan kepalanya juga menoleh ke segala seolah ia benar-benar gelisah dan bingung harus bagaimana.
"Emm … Haah, baiklah. Tapi sebelum itu, kami akan memeriksa barang-barang mu ya," Ucap penjaga gerbang itu yang akhirnya termakan ucapan Teo.
Meski alasannya terdengar konyol, tetapi dengan akting Teo yang benar-benar sangat baik, alasan itu terdengar sangat kuat dan menunjukkan kalau Teo benar-benar seorang pemalu.
"A--Ah baik,"
Teo pun turun dari kudanya, dan kedua penjaga gerbang itu pun mendekati Teo dan memeriksa apapun yang ada di tubub Teo. Mereka meraba dari tubuh Teo dan tentunya mereka juga meraba pedang sihir milik Teo. Tapi nampaknya mereka tidak memikirkannya.
"Anda pengguna pedang pendek ya, Anda berasa darimana?" Tanya penjaga itu yang lebih tertarik dengan asal Teo.
"A--Aku dari Ibukota," Jawab Teo gugup.
"Begitu ya, dari Ibukota. Tujuanmu?" Tanya penjaga itu lagi.
"Tujuan?"
"Anda datang kemari hanya untuk menginapkan? Apa Saya salah?" Tanya penjaga itu lagi terdengar seperti sedang mengintrogasi Teo.
"A--Ah begitu, A--Aku seorang pengembara. Walau bilang begitu sih, sebenarnya ini perjalanan pertama Saya," Jawab Teo yang kali ini terdengar lebih percaya diri, walaupun masih sedikit gugup.
"Begitu ya, pengembara. Kalau begitu Saya sarankan pergi ke kota pelabuhan, mereka punya masakan ikan yang enak loh. Dari pelabuhan disana juga, Kamu bisa pergi ke benua utama."
"Be--begitu, terima kasih," Balas Teo.
Meskipun sebenarnya tanpa dikasih saran pun Teo memang akan kesana, tapi informasi tentang Kota pelabuhan itu sedikit membantu Teo, apalagi tentang akses ke benua utama yang masih terdengar asing bagi Teo.
"Tapi, Saya sarankan juga jangan pergi ke kekaisaran ya, walaupun berbatasan dengan kerajaan ini, tapi jangan pergi kesana,"
Penjaga itu terdengar sangat memperingati Teo tentang kekaisaran, tentunya itu adalah informasi yang berharga untuk Teo.
"Memang kenapa?"
"Tentu saja mereka berbahaya kan? Meskipun kekaisaran yang dulu telah hancur, tapi kekaisaran tetaplah kekaisaran kan? Kudengar mereka tidak menerima orang luar, kebanyakan orang luar yang datang kesana akan dikembalikan ke tempat asalnya lagi, atau paling parah mereka akan dipaksa bekerja untuk kekaisaran," Jelas penjaga itu tentang alasannya memperingati Teo untuk tidak pergi ke kekasiaran.
"Oh? Apa sudah selesai?" Tanya penjaga itu kepada rekannya dan rekannya hanya mengangguk.
"Baiklah, Anda boleh lewat," Ucap penjaga itu memberi isyarat untuk membiarkan Teo lewat dan di balik gerbang itu ada 4 orang lagi dengan sarung pedang di pinggang mereka, senjata yang berbeda dari kedua orang di depan gerbang tadi 'Hoo … Kemanan disini sepertinya bagus juga,' Batin Teo saat melihat orang-orang itu.
Terlepas dari kekagumannya dengan penjagaan Desa itu, Teo masih memikirkan tentang peringatan penjaga itu 'Kekaisaran dulu dan sekarang? Aku memang sudah tahu tentang perbuatan kekasiaran di masa lalu dari cerita di buku, tapi apa yang terjadi sampai dibedakan begitu? Apa revolusi? Yah itu bisa saja terjadi, mengingat apa yang terjadi dulu mungkin banyak yang menginginkannya,' Pikir Teo tentang perihal kekaisaran yang dulu dan sekarang.
"Hoo …," Teo sedikit terkejut melihat ke sekelilingnya.
Desa yang cukup ramai, banyak sekali orang berlalu-lalang. Dari pakaian mereka yang nampak berbeda dari orang Desa, kebanyakan orang-orang yang berlalu-lalang itu juga pengunjung seperti Teo, hanya saja yang menjadi pertanyaan kenapa?
"Apa ada sesuatu yang menarik disini ya?"
Begitu banyak papan yang bertuliskan sesuatu di setiap depan bangunan disana, sayangnya Teo tidak bisa membaca apa yang tertulis disana, sehingga Teo hanya bisa menebak apa yang ada dibangunan-bangunan disana, begitu juga cara dia mencari penginapan.
"Oh bangunan itu …," Teo melihat banguna berlantai 4 dan terdengar banyak sekali orang di dalamnya.
Dibelakang bangunan itu juga ada kandang kuda "Sebelum masuk kesana, lebih baik Aku bawa dia ke kandang," Ucapnya sambil membawa kuda yang ia ambil dari bandit itu ke kandang kuda "Istirahatlah, besok Kita harus pergi pagi-pagi sekali," Ucapnya lagi sambil mengusap kepala kuda itu.
Ia pun kembali ke depan bangunan yang ia tebak sebagai penginapan. Beberapa saat ia menatap pintu bangunan itu yang di dalamnya terlihat bayangan orang-orang dan suara yang sangat berisik sampai terdengar keluar, Teo menarik nafas dan melangkahkan kakinya masuk kedalam.
Bau alkohol, pedang, pria berotot, suara yang sangat berisik, itu cukup menggambarkan suasana di dalam bangunan itu dan itu membuat Teo mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam bangunan itu "Aku tidak akan bisa beristirahat kalau tempatnya begitu, Aku akan mencari tempat lain saja lah," Ucapnya lalu berjalan kembali ke kandang kudanya.
"Maaf membuatmu berjalan lagi, tapi Aku ingin mencari tempat yang lebih tenang," Ucap Teo kepada Kudanya sambil mengusap tubuh kudanya.
Teo pun kembali mencari tempatnya untuk istirahat, meskipun sebenarnya ia tidak tahu dapat menemukannya atau tidak "Ah, mungkin sebaiknya Aku bertanya saja ke penduduk sekitar," Ucapnya, seharusnya ia melakukan itu dari awal sebelum masuk ke tempat asing "Seperti yang orang-orang bilang, malu bertanya sesat dijalan," Ucapnya sendiri lagi, dan apa yang Teo bilang itu benar.
Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya ke penduduk sekitar dan orang yang ia temui adalah seorang penjaga "Permisi," Panggil Teo.
"Ya?" Jawabnya
"Boleh Aku bertanya sesuatu?" Tanya Teo.
"Silahkan,"
"Apakah disini Ada penginapan?"
"Oh, Ada kok. Disini ada dua penginapan, yang satu disana," Ucap penjaga itu sambil menunjuk kearah bangunan yang Teo masuki sebelumnya "Lalu, ada di dekat persimpangan di depan sana, Anda tinggal lurus saja nanti Anda bisa melihatnya," Ucapnya lagi sambil menunjuk ke arah persimpangan.
"Ah terima kasih,"
Teo pun langsung menuju persimpangan yang tidak jauh darinya, dan benar ketika ia menuju persimpangan, Teo dapat melihat bangunan yang sama seperti bangunan sebelumnya. Namun, terlihat lebih sepi daripada sebelumnya.
"Selamat datang!"
Namun masih ada pelayan yang menyambutnya. Seorang gadis cantik berambut coklat pendek menyambutnya dengan ceria 'Syukurlah,' Batin Teo saat melihat gadis itu.
"Apa Anda datang untuk makan? Atau menginap?" Tanya gadis itu sambil tersenyum kepada Teo.
"A--Ah … A--Aku ingin menginap disini, Apa boleh?" Jawab Teo dengan dirinya yang menjadi seorang yang pemalu lagi.
"Eh? Ah tentu saja boleh. Kalau begitu ikut Aku, ya," Ucap gadis itu lalu ia pun menbawa Teo dengan memintanya ikut ke meja resepsionis.
Di belakang meja itu, ada seorang gadis dengan wajah yang hampir mirip dengan gadis yang mengantarnya, warna rambutnya pun sama, hanya saja rambutnya lebih panjang dan dia terlihat lebih dewasa. Kedua gadis itu mengingatkan Teo dengan kedua Tuannya yang sedang berada di Ibukota.
"Selamat datang," Ucap gadis resepsionis itu.
"Kakak, Ada yang ingin menginap," Ucap gadis pelayan yang membawa Teo.
"Begitu, ingin menginap berapa malam?" Tanya gadis resepsionis itu sambil tersenyum.
"Ha--Hanya satu malam," Ucap Teo terdengar sangat gugup.
Gadis pelayan yang mengantarnya tertawa kecil, ia tertawa karena melihat Teo yang sangat gugup itu sampai cara bicaranya terpatah-patah "Maaf, tapi apa Kamu baik-baik saja? Kamu keliatannya gugup sekali, Kami tidak akan memakanmu kok," Ucap gadis itu lalu tawanya semakin keras di depan mereka semua.
"Hey, Mia," Gadis resepsionis itu sampai menegur gadis pelayan yang bernama Mia itu.
"Ti--tidak apa-apa. A--Aku memang seperti ini, jadi tidak apa-apa," Ucap Teo sambil melambai-lambaikan kedua telapak tangannya dan menggelengkan kepalanya.
Gadis resepsionis itu meminta maaf atas apa yang dilakukan gadis bernama Mia itu, dia berkata "Tolong maafkan Adikku karena sudah tidak sopan. Jadi, ingin menginap berapa malam?" Tanya gadis resepsionis itu sambil tersenyum ramah.
"A--Ah itu, hanya satu malam," Jawab Teo.
"Sebentar sekali, apa Kamu ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya gadis bernama Mia.
"Ya, Aku ingin–."
*Brak!*
Seseorang menendang pintu dengan sangat keras sampai menimbulkan suara yang sangat keras. Tiga orang lelaki yang terlihat sangat marah masuk kedalam penginapan "Liliana!" Teriak salah satu dari mereka yang berada di paling depan "Berikan Aku minuman! Cepat!" Dia pun duduk di salah satu bangku disana, begitu juga dengan teman-temannya "Cepat!" Ia memukul meja dengan sangat keras berkali-kali menimbulkan suara yang mengganggu.
Karena ulahnya itu juga, beberapa pelanggan keluar dan kembali ke kamar mereka meninggalkan pesanan mereka.
"Ba-Baik!" Ucap gadis resepsionis itu menyaut mereka.
Ternyata orang yang dipanggil Liliana oleh mereka adalah gadis resepsionis yang sedang melayani Teo. Ketika dipanggil, raut wajahnya nampak sangat ketakutan, tapi ia memaksakan dirinya untuk tersenyum dan Teo merasa jengkel melihat itu "Siapa mereka?" Tanya Teo kepada Mia.
"Mereka? Mereka hanya sekelompok orang yang tidak memakai otak dan hanya menggunakan ototnya untuk mengacau tempat ini," Ucap Mia terdengar sangat kesal sambil terus menatap tajam kearah mereka.
Dari cara bicaranya, Teo sepertinya tau kalau sekelompok orang itu sudah melakukan hal seperti ini berkali-kali "Kenapa kalian tidak memanggil penjaga?" Itu yang menjadi pertanyaan untuk Teo dan ia tanyakan kepada Mia.
"Orang itu … punya hubungan denga–."
"Hey! Apa maksudmu!" Suara yang cukup keras itu keluar dari mulut lelaki yang memanggil Liliana.
Disana semakin memanas, kelompok orang itu terlihat sangat marah, dan Liliana si gadis resepsionis itu terlihat sangat ketakutan "Su-Sudah kubilang, Kamu harus membayar hut–."
"Haaaaaaah!? Aku akan membayar itu nanti! Sekarang bawakan Aku minumannya cepat!" Ucap pria itu sambil memukul-mukul mejanya.
Sikapnya dan tingkahnya, benar-benar membuat Teo jengkel. Ia bisa saja membuat mereka semua keluar dari penginapan, tapi sayangnya ia sudah bertekad untuk tidak membuat masalah baru agar ia bisa dengan cepat mencapai tujuannya.
"Kyaaa!"
"Apa Kau tidak mendengarnya! Dasar tuli!" Pria itu memegang pergelangan tangan Liliana dan mencengkramnya dengan sangat kuat sampai Liliana nampak sangat kesakitan.
Lalu, sebuah gelas melayang dengan cepat dan menabrak kepala pria itu sampai membuat kepalanya berdarah dan dirinya terjatuh.
Semua orang menatap kearah asal gelas itu melayang, dan melihat Teo yang postur tubuhnya terlihat sudah melemparkan sesuatu.
"Em … Mia kan? Berapa harga gelas itu?" Tanya Teo kepada Mia.
"E-Eh? Itu … lima perunggu," Ucap Mia yang nampak sangat terkejut melihatnya.
Teo mengambil lima keping perunggu di kantungnya dan memberikannya kepada Mia. Lalu, ia berjalan mendekati mereka
"He-Hey! Apa yang Kau–."
"Apa kalian tau? sebelum Aku menjadi pengembara, Aku adalah seorang yang sangat egois, Aku selalu mendapat apapun yang Aku mau. Uang, harta, bisa kudapatkan dengan mudah. Karena itu, sekarang Aku menginginkan kedamaian …," Teo menarik perlahan Liliana kebelakangnya dan berhadapan dengan mereka "Aku akan mendapatkannya," Teo mengatakannya dengan sangat berani, seolah sosoknya menjadi pahlawan bagi kedua gadis itu dan tentunya apa yang dia ucapkan itu hanyalah sebuah kebohongan.
Benar, hanya sebuah kebohongan belaka. Teo mengatakan itu hanya untuk alasan untuk mengeluarkan pria itu dari penginapan, masa lalu yang egois itu tidak benar-benar Teo rasakan.
Suasana semakin memanas, Teo yang akhirnya memutuskan untuk bertindak karena tidak tahan melihat itu terjadi di depan matanya 'Sialan, Aku jadi labil lagi,' Batin Teo sedikit menyesal akan perbuatannya.
Tapi tetap saja, nasi sudah menjadi bubur, Teo terlibat kedalam masalah dari desa yang baru saja ia datangi. Kedua pria yang mengikuti pria berandalan itu membantu pria itu berdiri dan kepalanya sudah bercucuran darah.
"Ka-Kau! Sialan! Akan kubunuh Kau!" Teriak pria itu sambil menarik pedangnya dan mengarahkannya kearah Teo.
*Bugh!*
Namun, sebelum pria itu melanjutkan tindakan selanjutnya, Teo memukul dengan sangat keras bagian perutnya sampai membuatnya berlutut dengan memegangi perutnya.
*Bugh!*
Teo langsung menendang wajahnya. Hidungnya berdarah, ia sampai terlihat akan kehilangan kesadarannya akibat tendangan dari Teo. Tidak sampai disitu, Teo mengambil pedang sihir miliknya dan membungkuk sambil mengarahkan kepadanya "Tolong tenang," Ucap Teo.
Kedua orang yang bersama lelaki itu tidak dapat berbuat apa-apa melihat rekannya yang sudah tidak mampu mempertahankan kesadarannya. Teo pun berdiri menatap mereka berdua, mereka gemetar melihat lelaki yang mengenakan topeng putih itu, mereka bahkan hanya bisa memegang pedangnya yang masih berada di sarung pedang mereka.
Helaan nafas mereka dengar, Teo berkata kepada mereka "Jika kalian tenang, Aku tidak akan membuat nasib kalian seperti teman Kalian, ya," Ucap Teo terdengar seperti meledek mereka.
Kedua lelaki itu nampak kesal dengan perkataan Teo, mereka pun merangkul rekannya yang sudah pingsan dan membantunya berdiri "A-Awas saja Kau! Kau tidak akan lolos dari Kami!" Lalu mereka pun pergi dari penginapan itu.
Penginapan kembali tenang, meskipun Mia masih kelihatan tidak percaya dan Liliana masih nampak ketakutan.
"Tuan! Kau hebat bisa melawan mereka!" Ucap Mia terdengar sangat kagum.
Tidak seperti Adiknya, Liliana bersikap sebaliknya dan ia meminta Teo untuk cepat pergi dari penginapan itu "Tuan! Anda harus cepat pergi dari sini!"
"Kenapa?"
"Mereka itu berbahaya! Mereka bisa saja membunuh Tuan!" Ucap Liliana terdengar sangat khawatir.
Tentu Teo merasa bingung dengan ucapan Liliana, Teo merasa seharusnya Liliana tahu kalau ia bisa menghadapi mereka. Tapi meminta Teo untuk pergi dengan raut wajah yang sangat ketakutan dan khawatir itu menimbulkan pertanyaan di benak Teo.
"Benar, sayangnya Anda harus pergi dari sini. Bukan dari penginapan, tapi dari desa ini," Ucap Mia yang mendukung apa yang Kakaknya katakan meskipun ia terlihat lebih tenang.
"Tunggu, kenapa Saya harus pergi? Jika mereka datang lagi, Saya bisa mengusir mereka," Ucap Teo terdengar percaya diri, meskipun sebenarnya ia biasa saja dan ia mengatakan itu agar mereka bisa memberitahu Teo dan Teo ingin tahu, jika mereka masih tetap mengusir Teo, maka pasti akan ada hal yang benar-benar buruk.
Liliana dan Mia saling menatap satu sama lain dan Liliana nampak sedikit murung, berbeda dengan Adiknya. Mia pun menoleh kearah Teo "Tuan, meskipun Tuan bisa mengalahkan mereka bertiga. Tapi Tuan akan berada dalam masalah besar jika tetap berada di Desa ini," Ucap Mia yang tetap mengusir Teo dan itu tandanya Teo benar-benar berada dalam masalah besar.
Mia pun menjelaskan kepada Teo kenapa ia harus pergi, Mia bilang kalau ketiga orang itu adalah bukan orang biasa, ketiga orang itu mempunyai hubungan yang erat dengan penguasa di kota pelabuhan.
Mia dan Liliana khawatir kalau nanti ketiga orang itu akan minta bantuan kepada penguasa disana untuk memburu Teo, Mia dapat berkata begitu karena sebelumnya pernah terjadi hal yang serupa.
"Begitu ya … Aku akan diburu ya …," Ucap Teo terdengar sangat santai, meskipu di dalam pikirannya tidak begitu 'Sialan, tidak kusangka harga untuk melindungi seorang gadis adalah menjadi buronan seorang bangsawan. Sudah begitu bangsawannya pemilik kota tujuanku selanjutnya. Aku tidak punya pilihan lain, Aku harus menyelesaikan ini sebelum kabar kalau Aku diburu sampai ke telinga Cattalina dan Celica,' Pikir Teo.
"Baiklah, Aku akan pergi dari sini," Ucap Teo kepada Kakak beradik itu dan wajah mereka terlihat lebih tenang dari sebelumnya "Tapi Aku akan menyelesaikan masalah ini, Aku juga harus pergi ke kota pelabuhan sih," Dan setelah mendengar itu raut wajah mereka kembali seperti sebelumnya.
"A-Apa anda yakin? Anda tidak akan bisa selamat kalau Anda–."
"Aku memiliki seseorang yang harus kutemui disana. Meskipun Aku seorang pengembara, tapi Aku sudah berjanji untuk menemuinya. Jadi apapun yang terjadi, Aku akan menemuinya," Ucap Teo, lalu ia melepas topengnya dan tersenyum lembut kepada mereka.
Senyuman Teo membuat wajah mereka berdua sedikit merona dan mereka berdua pun terdiam tidak dapat berkata-kata.
"Kalau begitu Aku pergi dulu," Ucap Teo, lalu ia berjalan keluar penginapan.
Ia pergi ke kandang kuda, melihat kudanya yang sedang makan rumput yang disediakan disana. Teo mendekatinya lalu mengelus lehernya "Maaf, tapi Kita harus pergi lagi, ayo," ia pun membawa kudanya pergi dari kandang itu.
Ia bergegas pergi dari Desa itu dan membuat kudanya berlari lagi. Sudah cukup jauh mereka pergi dari Desa itu, Teo pun bersiul dengan cukup keras dan burung yang Cattalina beri pun datang entah darimana lalu hinggap di pundaknya "Tunjukkan jalannya," Ucap Teo kepada burung itu.
Burung itu pun terbang kembali dan melayang perlahan ke suatu arah, Teo bersama dengan kudanya pun mengikuti kemana burung itu pergi.
***
Di istana, William, Zee dan Ratu sedang berkumpul di ruang kerja William. William duduk bersimpuh di depan sang Ratu, Ratu Elize menatap rendah William dan Zee sedang berusaha untuk tidak melihat apa yang ada di depannya.
"William, kekalahanmu di pertarungan sebelumnya benar-benar mengecewakan loh. Kau juga sudah kalah oleh pria dari dunia lain itu, ada apa denganmu? Apa era kepemimpinan pasukan mu sudah berakhir?" Tanya Ratu Elize sambil menatap William dengan sangat sinis.
"Ra--ratu, Saya tidak bermaksud untuk kalah," Ucap William melakukan pembelaan.
"Lalu apa? Jika Kau sengaja kalah, itu malah lebih buruk. Aku mempercayakanmu bersama dengan Zee untuk menjadi ujung tombak dan perisai Kerajaan ini, jika Kau bermain-main dengan pertarunganmu, maka Kerajaan ini akan diremehkan oleh kerajaan lain. Aku tidak menginginkan itu, William,"
Ucapan Ratu Elize terdengar sangat dingin dan tegas sampai membuat William tidak dapat melakukan pembelaan lagi. William hanya menundukkan kepalanya dan meminta maaf atas apa yang dia lakukan.
Kekalahan William melawan wanita necromancer itu benar-benar sesuatu yang tidak terduga. William yang dikenal kejam dalam menghabisi musuhnya malah bermain-main dan berakhir dengan kekalahany. Akibatnya, Ratu benar-benar kecewa dengan apa yang William lakukan.
"Maafkan Saya, Ratu. Tapi Saya mohon, dengarkan apa yang ingin Saya katakan. Saya tidak berniat bermain-main saat melawan Wanita itu," Ucap William, mencoba membantah tuduhan sang Ratu.
Sang Ratu hanya terdiam, lalu ia membelakangi Teo dengan raut wajah yang sangat kecewa "Sa--saya hanya mengukur kekuatannya!"
"Itu tandanya Kau bermain-main," Ucapan Ratu bagaikan serangan yang menimbulkan luka dalam untuk William.
"Ra--ratu, maafkan Saya jika Ratu kecewa dengan apa yang Saya lakukan. Tapi, Saya melakukan itu bukan untuk bermain-main, Saya melakukan itu untuk penyelidikan."
Ucapan William itu menarik perhatian Ratu, Ratu pun sedikit menoleh kebelakang. Melihat itu, William pun langsung terang-terangan menjelaskan apa tujuannya melakukan hal itu.
"Kekuatannya yang dapat membangkitkan makhluk hidup dengan skala yang besar, tidak dapat dipungkiri kalau Necromancer itu memiliki kekuatan yang sangat besar, akan tetapi Saya ragu jika itu adalah seluruh kekuatannya."
Sang Ratu berbalik lagi kearahnya dengan wajah yang kebingungan, dia bertanya kepada William "Apa maksudmu?"
"Sihir skala besar yang dia lakukan itu tidak menghabiskan setengah dari semua energi sihirnya. Ditambah, ada sesuatu yang mengerikan di dalam dirinya yang bisa saya rasakan. Pada awalnya Saya mengira dia adalah manusia setengah monster, tetapi itu adalah hal yang berbeda," Jelas William kepada sang Ratu, ia pun berdiri meskipun kepalanya masih menunduk.
"Apa itu?" Tanya Sang Ratu.
"Iblis," Ucap William seraya mengangkat kepalanya dengan raut wajah yang sangat serius.
Raut wajah Ratu yang kebingungan itu bercampur dengan kegelisahan dan tidak percaya karena mendengar apa yang William katakan. Karena ras Iblis yang ia tahu itu sudah punah sejak berakhirnya perang suci 500 tahun yang lalu. Tentu munculnya ras iblis lagi di dunia ini sangat mengkhawatirkannya.
"Apa Kau yakin? Apa Kau tidak salah mengira kalau dia itu ras demon?" Tanya sang Ratu.
Ras iblis dan demon memang sangat mirip, namun mereka adalah dua makhluk yang berbeda. Ras demon memiliki tanduk yang lebih besar daripada ras iblis, namun kekuatan mereka lebih kecil daripada ras iblis. Tentunya, karena kemiripan mereka dengan ras iblis, ras demon sering di diskriminasi dari beberapat kerajaan di dunia ini. Tapi, Lumenia tidak termasuk dari kerajaan-kerajaan itu.
"Tidak Ratu, dari ciri fisiknya, kekuatannya juga sudah berbeda dari ras demon. Lalu, saya memeriksanya dengan cara–."
"Baiklah," Ratu memotong ucapan William seolah ia sudah tahu bagaimana cara William memeriksa kalau wanita necromancer itu adalah ras iblis "Tidak kusangka masih ada yang tersisa dari mereka, Aku pikir mereka sudah lama punah," Ucap Ratu terdengar benar-benar khawatir "Jika itu benar-benar ras iblis, maka kita harus mempersiapkan hal terburuknya, William. Kau mengerti apa yang Aku katakan?"
"Baik Ratu, Saya akan berusaha mempersiapkan prajurit-prajurit kita," Ucap William sambil membungkuk dengan telapak tangan di dada kirinya.
"Bagus. Kita harus bersiap lebih cepat, mungkin saja Wanita itu sudah mempersiapkan banyak hal. Kepala pelayan."
Seorang lelaki tua pun masuk, kedalam ruangan itu "Iya yang mulia?" Jawabnya dengan bertanya.
"Beritahu perdana menteri dan para penasihat untuk berkumpul besok siang, Aku tidak ingin ada penolakan dari mereka," Perintah Ratu Elize kepada pelayan itu.
"Dimengerti, yang mulia," Lalu pria itu keluar lagi dari ruangan William untuk menjalankan perintahnya.
"Zee, beritahu juga gereja untuk berkumpul besok," Perintah Ratu kepada Zee.
"Baik yang mulia,"
Ketika Zee ingin pergi, Ratu Elize pun tiba-tiba bertanya kepadanya "Tunggu sebentar, Apa Kamu tau dimana Claudia?" Ia menanyakan keberadaan Anaknya, Claudia Clairone von Lumenia.
"Menurut laporan terakhir, putri Claudia sedang berada di dekat kota perbatasan bersama dengan pengawalnya," Jawab Zee.
"Anak itu, disaat-saat seperti ini dia pergi jauh sekali. Apa sih yang dia lakukan!?" Tanya Ratu terdengar sangat kesal saat mendengar Anaknya pergi jauh.
"Ketika ia bisa menguasai sihir teleportasi, Putri Claudia langsung pergi ke berbagai kota. Putri bilang ia ingin berpergian dengan mudah nantinya," Jawab Zee lagi.
"Astaga, Aku merasa sedikit menyesal mengizinkannya mempelajari sihir itu. Zee, bisakah Kamu memantau Claudia, disaat seperti ini Aku benar-benar khawatir dengannya," Pinta sang Ratu lagi kepada Zee.
"Dimengerti, yang mulia. Saat ini burung yang ku kirim bersama putri saat putri berpergian juga masih bersamanya, jadi Saya masih bisa memantaunya," Jawab Zee.
"Terima kasih. Apapun yang terjadi kedepannya, kita harus bersiap untuk menghadapinha. Untuk kerajaan ini, Aku rela mengorbankan segalanya. Baiklah! Kita harus bersiap untuk segalanya, penyerangan mereka terhadap Ibukota adalah kesalahan terbesar bagi Kita. Kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama!"
"Baik!" Ucap William dan Zee serempak, lalu mereka pergi keluar dan menjalankan perintah Ratu Elize.
Diam-diam, Ratu memberlakukan situasi genting untuk kerajaanya. Kemunculan ras iblis di wilayahnya tentu membuatnya sangat khawatir, bukan hanya Ratu, tapi jika saja semua tau tentang kemunculan ras iblis itu diketahui oleh semua orang, pasti semua orang juga khawatir dengan kemunculannya. Mereka pasti akan mengkhawatirkan hal yang sama, apakah perang akan terulang kembali?
To be continue