Malam hari setelah mereka kembali dari pedagang budak, Teo sedang mewawancarai Karina di kamarnya "Aku akan mengulanginya agar tidak ada kesalahan, oke?" Karina pun mengangguk perlahan "Karina, 18 tahun, lahir di Jakarta pusat, tahun ini Kamu baru saja lulus dari SMA. Lalu, ibumu adalah seorang ibu rumah tangga dan Ayahmu seorang kepala polisi?" Tanya Teo memastikan keterangan Karina yang sebelumnya Karina berikan kepadanya dan Karina lagi hanya menganggukan kepalanya pelan "Sejujurnya aku terkejut saat tau profesi Ayahmu, Aku jadi memikirkan apa yang sekarang terjadi disana, tapi ya biarlah. Sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu? Aku mendapat laporan dari atasan kalau 50 orang menghilang disaat yang bermasaan, mereka baru memberitahuku setelah 1 minggu kejadian itu terjadi,"
"Malam itu … Aku bersama teman-teman pergi keluar untuk merayakan kelulusan kami. Tapi malam itu, seseorang muncul dihadapan kami, memakai jubah dan penutup kepala. Sa-Saat itu juga jalanan tiba-tiba sepi dan berkabut, kami mencoba menjauh dari orang itu, tetapi dia terus mendekat dan tiba-tiba dia mencekiku. A-A-A–." Isak tangisnya tiba-tiba terdengar.
"Tenanglah, pelan-pelan saja, Ya. Tarik nafas, lalu keluarkan," Ucap Teo sambil memegang tangannya.
Karina pun mengangguk pelan dan mengikuti apa yang Teo katakan, ia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan "Lalu … lingkaran biru yang sangat terang muncul dibelakangnya … Setelah itu aku tidak ingat apa yang terjadi," Ucapnya memberikan keterangan apa yang terjadi sebelumnya
"Apa teman-temanmu juga ikut terseret kemari?" Tanya Teo lagi.
"Tidak," Jawab Karina sambil menggelenglan kepalanya "Hanya Aku, sesaat sebelum Aku pingsan, orang itu membawaku masuk ke dalam lingkaran itu," Ucapnya lagi.
Teo mencatat semua apa yang Karina katakan di buku yang ia pinjam dari Cattalina "Begitu ya, jadi orang yang sama dengan saat itu … Tidak, belum tentu itu orang yang sama, lalu bagaimana dengan yang lain? 50 orang menghilang disaat yang sama, berarti ada 50 orang yang menggunakan sihir kuno, aku mengerti apa yang mereka takutkan. Tapi, apa tujuan mereka? Aaaaah, Aku masih butuh banyak data untuk kasus ini. Apalagi aku juga tidak diberi data orang-orang yang menghilang–."
"Eh?"
"Ah keceplosan," Ucap Teo lalu menutup mulutnya. Meski ia berkata keceplosan, Tapi Teo terlihat sengaja mengatakannya "Tolong lupakan, ya," Ucapnya sambil tersenyum jahil kepadanya.
"I-Itu–."
"Maaf maaf, aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Tapi, memang begitu kenyataanya, atasan ku tidak memberiku daftar orang-orang yang menghilang. Bagiku, menemukan dirimu saja sudah sangat beruntung," Ucap Teo lalu ia pun berdiri menuju cermin "Tapi, bukan berarti aku akan menyerah, meski tanpa petunjuk. Di dunia ini, ada energi aneh yang disebut sihir, kita bisa memanfaatkan itu untuk mencari mereka. Nona Cattalina bilang dia bersedia untuk membantu kita untuk mencari orang yang hilang dengan sihirnya, mungkin dia juga sejak awal sadar seperti pedagang budak itu. Walau sesama manusia, tapi kita sepertinya memiliki sesuatu yang berbeda daripada manusia di dunia ini, haha," Teo pun berbalik dan melihat ke arah Karina "Jangan khawatir dengan keluarga ini, oke? Mereka akan memperlakukanmu lebih baik daripada pria keparat itu. Ya pengecualian sih untuk Adiknya, walau dia terlihat tidak menyukaimu, tapi dia orang yang baik," Ucap Teo, lalu ia pun duduk kembali di dekat Karina "Baiklah, untuk hari ini itu saja. Kalau ada yang Kamu inginkan atau ada yang mengganggumu katakan saja kepadaku ya, Kamu tidak perlu menutupi apapun atau merasa tidak enak kepadaku, bergantung saja kepadaku, karena itu tugas ku," Ucap Teo sambil tersenyum, lalu ia pun berdiri dan berjalan menuju pintu.
"A-Ah … Umm …," Karina yang nampak ragu ingin berbicara membuat langkah Teo berhenti dan berbalik kearahnya.
"Ada apa?" Tanya Teo.
"A-Aku," Tangan Karina pun kembali di genggam oleh Teo sambil tersenyum kepadanya "Te-Temani Aku … Sebentar," Ucapnya gagap, entah karena ia masih ketakutan atau karena malu meminta seorang pria menemaninya.
Tetapi Teo tidak terlalu memikirkannya "Baiklah," Ucapnya lalu duduk disampingnya kembali.
Karina terus melihat kearah wajah Teo, ia tidak dapat berpaling darinya. Lalu ia pun berkata "Ba-Bagaimana cara Anda–."
"Ah terlalu kaku, santai saja, ya."
Karina menjadi sedikit ragu lagi ketika Teo berkata seperti itu, tetapi ia mencoba memberanikan diri lagi "A-Ah iya. Bagaimana caramu ke dunia ini, Sersan?"
"Ah panggil nama ku saja tidak apa-apa. Hmm, waktu itu Aku sedang libur bertugas, yah karena perintah Jenderal juga aku diminta untuk tidak bertugas selama satu bulan. Tiba-tiba saja atasanku di kesatuan memanggilku kembali dan ketika bertemu dengannya, Aku diminta untuk menyelidiki orang-orang yang menghilang itu. Sebenarnya aku ingin menolak, soalnya itu mengganggu hari liburku. Tapi saat mendengar Jenderal yang memintanya, aku jadi tidak bisa menolak. Aku mencari tempat-tempat dimana orang yang terakhir mengilang itu terlihat dan aku bertemu dengan orang yang Kamu sebutkan sebelumnya. Orang asing memakai jubah itu memancingku ke gang sempit, setelah aku tanya soal kasus itu, tiba-tiba dia menyerang dengan bola api. Sungguh itu membuatku terkejut, untung saja Aku berhasil menghindarinya," Ucap Teo, lalu ia meregangkan tubuhnya "Aku terpancing dan tanpa sadar mengejarnya sampai dia masuk kedalam portal," Ucap Teo lalu tersenyum kepadanya.
"Begitu ya," Ucap Karina pelan, ia pun melipat kakinya sebelah dan memeluk kakinya "Waktu Aku masuk dunia ini, orang itu tidak ada di dekatku dan aku sadar berada di padang rumput. Aku berjalan tanpa tujuan, sampai akhirnya Aku bertemu dengan orang itu. Aku tidak mengerti perkataanya, Aku pikir dia orang baik yang ingin menolongku, Tapi aku salah," Ucapnya terlihat begitu murung.
Teo mengeratkan giginya saat mendengarnya "Begitu ya, seharusnya biar ku lubangi saja kepala orang itu," Ucap Teo sambil memijat keningnya "Sayang sekali William yang mengakhirinya," Teo membaringkan tubuhnya dikasur lalu kembali berbicara "Dunia ini, padahal dunia ini dunia yang di mimpikan anak-anak, ya. Sihir, naga, istana, banyak hal yang kita sebut dongeng menjadi kenyataan di dunia ini. Ya walaupun aku tidak tahu apa anak-anak zaman sekarang masih tertarik dengan mimpi ini atau tidak sih, ahaha," Karina sedikit memperlihatkan sedikit senyumnya dan itu membuat Teo sedikit lega "Tapi, di dunia manapun ada orang jahat ya, tidak ada bedanya dengan dunia kita. Hanya saja kejahatan itu rasanya 2 kali lipat dari dunia kita atau mungkin kita yang belum terbiasa di dunia ini. Tidak, jangan sampai kita terbiasa," Ucap Teo lagi lalu ia pun bangun dari kasurnya "Walau begitu, Aku tidak akan menyangkal kalau dunia ini sedikit lebih nyaman daripada dunia kita. Apalagi udaranya, kan?"
Karina mengangguk pelan "Udaranya lebih nyaman daripada di kota," Ucapnya pelan.
"Benarkan? Besok pagi cobalah keluar dan tarik nafas panjang, itu akan membuatmu merasa lebih baik," Ucap Teo sambil tersenyum lembut kepadanya. Karina mencuri-curi pandang kepadanya dan Teo tersenyum kepadanya lagi lalu berkata "Aku sudah bilang kan? Katakan saja, jangan menahan diri kepada ku, ya,"
Karina tampak ragu untuk berbicara, tapi ia mencoba memberanikan dirinya lagi dan bernicara kepadanya "Umm, boleh Aku bertanya sesuatu? Ta-Tapi kalau Anda tidak mau, tidak apa-apa," Ucap Karina terdengar gugup.
"Tidak apa-apa, tanyakan saja."
Karina lagi-lagi terlihat ragu, ia menarik nafasnya untuk sesaat lalu menghembuskannya "A-Anda, apa Anda benar-benar sersan Teo … Yang itu?"
Pertanyaan terdengar ambigu membuat Teo bertanya balik "Yang itu?"
"Ma-Maksudku … Anda yang … 5 tahun lalu," Mata Teo langsung terbuka lebar dan raut wajah terkejutnya nampak untuk sesaat sampai ia pun menghilangkan raut wajah terkejutnya itu dengan senyuman, meskipun terlihat palsu "Ma-Maaf, aku tidak bermaksud–,"
"Tidak, tidak apa-apa. Ya, Aku Sersan Teo yang itu," Ucap Teo sambil terus memasang senyum itu.
"Begitu ya," Karina terlihat begitu lega saat tahu kalau Teo adalah orang yang ia ketahui.
"Darimana Kamu tahu tentang itu? Padahal itu sudah lama sekali," Tanya Teo penasaran karena seorang Gadis berumur 18 tahun dihadapannya mengetahui apa yang terjadi 5 tahun yang lalu.
"Itu, saat itu … Berita itu ramai dibicarakan semua orang, bahkan di sekolah pun begitu, aku mengingat betul dimana semua orang berkata kalau Anda–." Karina langsung menghentikan ucapannya ketika melihat wajah Teo yang berpaling darinya "Maaf, Aku–."
"Ah, Tidak apa-apa. Yah saat itu sepertinya sangat kacau ya, ahahaha," Tawanya terdengar di paksakan, itu membuat Karina merasa tidak enak dengan Teo.
"Maafkan Aku," Ucap Karina.
"Aku bilang tidak apa-apa. Lagipula itu sudah berlalu. Maaf ya, Aku hanya terkejut kalau masih ada yang mengingat kejadian itu, apalagi seorang gadis sepertimu. Jika 5 tahun yang lalu, berarti umurmu masih 13 tahun kan? Kenapa gadis sekecil itu tertarik dengan kejadian itu hah?" Tanya Teo, tiba-tiba ia mencubit pipinya.
"Eh! Aw aw–. Sawkit," Teo pun melepasnya dan tersenyum kepadanya "A-Apa yang Anda lakukan!?" Tanya Karina terdengar marah dengan wajahnya yang memerah.
"Maaf, wajahmu mengingatkanku dengan keponakan ku, jadi kebiasaanku lepas begitu saja, hahaha," Ucap Teo lagi, meskipun itu tidak membuat amarah Karina menghilang. "Jadi, kenapa Kamu bisa suka dengan hal yang berbau militer? Bukannya gadis seumuranmu saat itu lebih tertarik dengan bau-bau feminim?" Tanya Teo kepadanya.
"Aku tidak tahu, sepertinya karena saat ulang tahun TNI AD. Waktu itu papa mengajak ku jalan-jalan, lalu aku melihat ada banyak kerumunan, aku pikir ada pameran atau apa. Saat kesana, ternyata TNI Angkatan darat sedang memamerkan kendaraan-kendaraan tempur mereka," Ucap Karina sambil menyembunyikan wajahnya karena masih marah kepada Teo.
"Oh, setiap tahun mereka melakukannya ya. Jadi apa yang membuatmu tertarik disana?" Tanya Teo lagi terdengar begitu penasaran sambil tersenyum kepadanya.
Karina meliriknya tajam untuk sesaat lalu memalingkan wajahnya lagi "Pada awalnya aku sama sekali tidak tertarik, tempatnya juga panas, itu sangat membosankan," Ucap Karina, kini ia terdengar lebih santai dari sebelumnya "Tapi, ada satu tempat yang menyiarkan langsung Tank mereka berlatih," Ucapnya lagi kini terdengar malu-malu.
Lalu tiba-tiba Teo menjentikan jarinya dan berkata "Oh iya! Aku ingat saat itu, kalau tidak salah mereka latihan dengan peluru sungguhan dan target mereka itu ada beberapa mobil kan?"
"Benar! Mereka bergerak cepat dan sambil menembak, hebatnya lagi mereka tepat sasaran dan itu membuatku berdebar!" Karina terdengar begitu semangat, Teo sedikit terkejut dengan perubahannya itu.
Ia tidak menanggapi sikap semangatnya itu, ia membiarkannya dan mengikutinya "Benar, padahal melakukan itu sulit. Sepertinya mereka berlatih keras untuk melakukannya," Dengan tujuan, agar semangatnya itu tidak menghilang.
"Tapi sayangnya mereka tidak melakukannya lagi di tahun berikutnya, sayang sekali. Semenjak itu aku mulai mencari-cari video kendaraan tempur yang lain, tau-tau aku keterusan sampai mengikuti berita militer di internet," Karina tiba-tiba berhenti berbicara, ia juga terlihat sedikit murung lagi "Karena itu Aku juga … Tahu soal kejadian 5 tahun lalu," Ucapnya lagi pelan.
"Begitu ya," Ucap Teo, lalu ia pun berdiri dan meregangkan tubuhnya.
"Ah, A-Aku pikir Anda tida–. Ah! Aw sawkit sawkit, lepaskan," Ucapannya langsung dipotong karena Teo mencubit kedua pipinya lagi.
"Ahahahaha pipinya merah," Ucap Teo tanpa rasa bersalah.
"Aaaaaah! Ini gara-gara Anda!" Karina kembali terlihat marah kepada Teo, ia memalingkan wajahnya lagi dari Teo.
Mendengarnya berkata seperti itu, Teo mengarahkan tangannya lagi kearah Karina. Namun bukannya mencubit, ia menyentuh kepala Karina dan mengelusnya kepalanya "Tidak perlu dipikirkan, ya," Ucap Teo sambil terus tersenyum. Mendengar suaranya dan melihat senyumannya membuat Karina terdiam, namun wajahnya yang murung itu tidak menghilang.
*Tok! Tok!*
Pintu terbuka setelah suara ketukan itu terdengar "Permisi, Apa aku mengganggu kalian?" Tanya orang yang membuka pintu itu, ia tersenyum lalu berjalan masuk.
"Nona Cattalina," Ucap Teo sambil melihat kearahnya yang berjalan mendekati mereka "Apa Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Teo kepadanya.
"Ya ampun, apa Kamu lupa? Aku sudah berjanji kan? Kalau Aku akan membantumu untuk mencari orang yang hilang itu?" Tanya Cattalina mengingatkan apa yang ia janjikan kepada Teo, pandangannya teralih kepada Karina yang sedang menutupi sebagian wajahnya dengan bantal "Kamu, Karina kan? Sekali lagi Aku minta maaf ya, waktu itu Aku benar-benar tidak berniat memarahimu," Ucap Cattalina yang sepertinya masih merasa tidak enak dengan Karina.
"Ah waktu itu ya, yah Aku juga hampir kena marah karena itu, ahahah," Ucap Teo menanggapinya dengan santai.
"Maafkan Aku, Kami punya kebijakan untuk menentang perbudakan dan Kami juga tidak mau kalau ada keluarga Kami yang memiliki hubungan dengan perbudakan, karena Teo sudah menjadi bagian dari keluarga ini … Jadi hal itu terjadi," Ucap Cattalina dengan senyuman yang terlihat dipaksakan "Aku minta maaf," Ucapnya lagi kini terlihat menyesal.
"A-Aku tidak masalah," Ucap Karina terlihat malu-malu.
Cattalina tersenyum bahagia mendengarnya "Begitu! Syukurlah," Ucapnya, lalu ia terlihat menyadari sesuatu "Kita belum pernah berkenalan dengan benar ya. Kalau begitu, Perkenalkan, Aku Cattalina de Blouse, putri pertama dari keluarga bangsawan Blouse," Ucap Cattalina sambil mengangkat sedikit renda gaunnya.
Karina awalnya hanya terdiam melihatnya, ia terus menutupi setengah wajahnya dengan bantal. Teo memegang pundaknya dan tersenyum kepadanya, ia menganggukan kepalanya perlahan sebagai tanda untuk memberinya keberanian. Karina mengerti maksudnya, ia menurunkan bantalnya lalu ia berdiri "A-Aku Karina," Ucapnya pelan.
Meski begitu Cattalina terlihat begitu senang melihat dirinya mau memperkenalkan dirinya kepadanya "Senang berkenalan denganmu, Karina," Ucapnya lalu memegang kedua tangan Karina dengan senyuman terlukis diwajahnya "Tenang saja, Kami tidak seperti orang biadab itu. Dia adalah pengkhianat kerajaan, Keluarga kerajaan juga sudah mengutuk orang itu dan nama Keluarganya juga sudah dibersihkan dari barisan bangsawan di kerajaan ini. Jadi, Kamu tenang saja," Meski begitu ucapannya malah membuat Karina merasa tidak yakin, terlihat dari wajahnya yang berpaling dari Cattalina "Kalau begitu, agar membuatmu semakin tenang, aku akan memberikan mu ini," Cattalina mengeluarkan sebuah kotak kecil dan ketika dibuka ada sebuah cinci dengan bangun segi lima terbalik di atasnya dan lambang mawar merah ditengah bangun segi lima itu "Lambang mawar itu adalah lambang keluarga Blouse. Dengan ada lambang keluarga itu kalian akan berada di dalam lindungan keluarga Kami, jadi selama kalian memakainya, kalian akan aman. Ah untuk Teo juga ada," Ucap Cattalina, setelah memberikan cincin itu kepada Karina, lalu ia mengeluarkan sihir ruangnya dan mengambil sebuah kalung dengan lambang yang sama menggantung ditengah kalung itu "Pakailah, walau kalian berdua berasal dari dunia yang berbeda, tetapi Kalian berdua sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Jadi tolong, pakai ya," Ucap Cattalina lalu memberikan kalung itu kepada Teo.
Karina terlihat begitu ragu untuk memakai cincin itu, lalu ia melihat ke arah Teo. Teo meliriknya lalu tersenyum kepadanya dan berkata "Yah, Aku rasa tidak masalah. Memiliki nama bangsawan di belakang kita juga akan menguntungkan kita," Lalu ia pun memakai kalung itu di lehernya dan Karina juga melakukan hal yang sama, ia memakai cincin itu.
"Oh ya, cincin itu juga membuat tubuh kalian sedikit lebih kuat dari biasanya loh. Cincin itu kengandung energi sihir yang sudah dimantrai agar fisik pemakainya lebih kuat, ah kalungnya juga sama," Ucap Cattalina sambil tersenyum saat menjelaskan fungsi lainnya dari cincin dan kalung itu.
Seperti apa yang Cattalina katakan, Teo dan Karina dapat merasakan efek dari sihir itu "Oh hebat, tubuhku terasa lebih ringan dari sebelumnya," Ucap Teo sambil menggerak-gerakan lengannya.
"Benarkan? Baiklah lalu sebagai bukti kalau aku benar-benar akan membantu Kalian … Karina, ulurkan kedua tanganmu," Ucap Cattalina dan lagi, Karina terlihat ragu dengan apa yang Cattalina katakan.
"Karina, tidak apa-apa, tenang saja," Ucap Teo kepadanya.
Karena mendengar Teo berkata seperti itu, ia pun menuruti perkataan Cattalina dan mengulurkan kedua tangannya. Cattalina juga melakukan hal yang serupa lalu memegang kedua tangan Karina "Teo, buka jendelanya," Ucap Cattalina, Teo pun langsung menurutinya dan membuka jendela kamarnya.
"Aku mulai," Setelah ucapannya itu Cattalina memejamkan matanya dan Karina pun mengikutinha.
Tubuh Cattalina dan Karina tiba-tiba bercahaya, begitu juga dengan cincinnya. Namun bukan hanya cincin milik Karina, Kalung milik Teo juga ikut bercahaya. Tanpa Teo sadari, tiba-tiba seekor burung hinggap di jendelanya dan disaat yang sama juga mata Cattalina terbuka kembali "Baiklah sudah selesai," Ucap Cattalina lalu melepaskan.
"Nona Cattalina, tadi itu apa?" Tanya Teo, ia pun menoleh kearah burung yang hinggap di jendela kamarnya "Lalu burung itu?" Tanyanya lagi,
"Aku akan mencoba metode yang sama seperti sebelumnya, tapi kali ini Aku memeriksa tubuh Karina lebih dulu, biasanya sihir itu dipakai untuk memeriksa apa ada benda asing di dalam tubuh, seperti racun contohnya. Tapi kali ini Aku pakai untuk mencari secara menyeluruh informasi tentang tubuh Karina, lalu …," Cattalina mendekati burung itu, lalu menaruh telapak tangannya diatas kepala burung itu "Memberikan informasinya kepasa burung ini," Telapak tangannya sekarang yang bercahaya, lalu untuk beberapa saat cahayanya menghilang. Burung itu pun naik ke lengan Cattalina "Carilah mereka, beritahu teman-temanmu, terbanglah!" Ucap Cattalina lalu burung itupun terbang jauh dengan cepat.
"B-Bicara dengan hewan!?" Karina terkejut saat melihat Cattalina berbicara dengan seekor burung, tentu baginya itu aneh karena ia belum pernah melihatnya.
Cattalina hanya tertawa kecil menanggapi ucapannya "Ya aku juga terkejut saat melihatnya. Memang ada jenis burung yang pintar, tapi itupun harus dilatih. Karena itu melihat burung liar seperti itu … Itu agak … Ahahaha," Teo tidak menyelesaikan kalimatnya dan mengakhirinya dengan tawa kecil "Tapi, kenapa Anda tidak melakukan hal yang sama kepada Saya?" Tanya Teo kepada Cattalina.
"Ah itu …," Cattalina terlihat kebingungan untuk menjelaskannya "Aku juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku tidak bisa melakukan pemeriksaan kepada laki-laki. Karena itu sebelumnya aku hanya memakai informasi yang ku dapat dari mata ku," Ucap Cattalina memberikan alasan singkatnya "Mungkin, lebih baik Kamu melihat langsung," Ucap Cattalina lalu ia pun mengulurkan kedua tangannya "Kemarikan tanganmu," Teo pun langsung menurutinya memegang kedua tangannya.
Cattalina mengulangi apa yang ia lakukan sebelumnya, ia memejamkan matanya dan tubuh mereka berdua juga bercahaya, namun tiba-tiba…
Crrt!
"Woah!" Kilatan muncul diantara kedua tangan mereka membuat Teo langsung menjaga jarak dengan Cattalina "Apa itu?" Tanya Teo yang terkejut karena kilatan itu.
"Emm … Aku juga tidak tahu. Setiap Aku melakukannya kepada lelaki, pasti kilatan itu muncul. Karena itu aku memakai cara lain untuk memeriksa luka seorang pria, seperti yang kulakukan kepadamu," Ucapnya sambil tersenyum.
"Kepadaku?"
Cattalina mengangguk pelan "Ya, Aku tidak memeriksa tubuhmu, tapi langsung mengalirkan sihir penyembuh kepadamu, lalu dari sihir yang mengalir ke tubuhmu lah Aku merasakan bagaimana kondisi tubuhmu, dengan merasakan aliran sihirnya," Jawabnya.
Teo terdiam dan merasa sedikit kagum dengannya karena ia menemukan cara cerdas agar kilatan sihir itu tidak keluar "Benar juga, kalau seperti itu kilatannya tidak keluar, karena sihirnya berbeda. Itu luar biasa, Nona Cattalina," Ucap Teo mengungkapkan kekagumannya.
Cattalina tertawa kecil setelah mendapat pujian itu, ia pun berkata "Terima kasih, Teo,"
Tok! Tok! Brak!
"Teo! Ada yang harus kita bicarakan!" Satu orang gadis berambut pirang lagi datang ke kamarnya, namun kali ini ia datang dengan kasar dan wajahnya pun terlihat begitu marah. Tapi semua itu seketika menghilang ketika melihat Kakaknya juga berada di dalam "Loh? Kakak? Sedang apa disini?" Mereka. bertiga menatap Celica dan terdiam cukup lama "Kakak!"
"A-Ah, maaf. Kamu datang tiba-tiba begitu membuatku terkejut. Aku memberikan kalung dan cincin keluarga Kita, mulai sekarang mereka akan berada dalam limdungan kita," Ucap Cattalina memberitahu tujuannya di kamar Teo kepada Celica.
"Oh begitu," Celica melirik kearah Karina yang masih memakai pakaian pelayan, lirikannya pun tertuju kepasa cincin yang sudah ia pakai "Dengar, walaupun Kau orang yang Teo cari, bukan berarti Kau bisa hidup seenaknya disini, Kau mengerti!?" Ucap Celica terdengar membentaknya.
"Celica, itu terlalu … "
"Mulai besok Kau harus membantu Tiara disini, bersih-bersih, menyiapkan makan siang, dan pekerjaaan pelayan lainnya. Untuk sarapan biar Tiara saja yang mengurus, Kau tidak perlu bangun pagi-pagi, tapi bukan berarti Kau bisa bangun siang! Kau mengerti! Sisanya biar Tiara yang menjelaskannya," Celica mengabaikan ucapan Kakaknya dan terus membentak Karina dengan tujuan agar Karina tau apa yang harus ia lakukan disini.Meskipun ada awalnya Karina terlihat takut, namun ia mengerti maksudnya. Benar seperti apa yang Teo katakan tentang Celica, mengetahui kebenaran itu membuat Karina merasa lebih tenang "Lalu satu hal lagi, jangan pernah melepas cincin itu selama Kau masih berada disini," Tambah Celica dan Karina pun mengangguk sebagai responnya "Hah!? Mana jawabanmu!" Bentak Celica.
"Ba-Baik!" Ucap Karina langsung beridiri dari kasurnya.
Sementara itu, Cattalina dan Teo terus menahan tawa mereka saat Celica mulai memerintahkan Karina untuk menjadi seorang pelayannya "Karina, sudah Aku bilang kan. Tenang saja, disini Kamu akan baik-baik saja," Ucap Teo sambil tersenyum kepadanya, Lalu senyuman lega pun terlukis di wajah Karina.
Hampir 1 bulan, Korban pertama dari kasus itu pun berhasil Teo dapatkan. Masih tersisa 49 orang lagi yang harus ia temukan "Tunggu sebentar! Aku kemari bukan untuk memberitahu dia! Tapi Aku datang untukmu, Teo!" Celica mulai membentak lagi, tetapi Kali ini diarahkan kepada Teo.
"Saya? Kenapa?"
"Kenapa? Kau tanya Kenapa? Apa Kau lupa apa yang Kau lakukan saat di Istana!?" Tanya Celica sambil membentaknya.
Teo terdiam untuk sesaat, ia pun memalingkan wajahnya "A-Ah apa ya? Maaf Saya lupa," dia pun berpura-pura lupa dengan apa yang terjadi. Akibatnya…
"Ice spike!" Sihir yang sebelumnya dikeluarkan guru Norman diarahkan kepada Teo oleh Celice.
Teo tidak sempat menghindar karena es itu keluar dengan cepat dan membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali "Wa–. Akh, No-Nona Celica apa yang Anda lakukan? I-Ini bukannya sihir tingkat tinggi!?" Ucap Teo panik dan berusaha keras untuk lepaa dari es itu, tapi sia sia.
"Hah? Siapa yang bilang?"
"Zack!" Helaan nafasmu keluar dari mulut Celica ketika mendengarnya.
"Yang tingkat tinggi itu jenis es nya. Tapi aku tidak perlu menggunakan sihir tingkat tinggi untukmu, sia sia," Ucap Celica sinis "Jadi, apa maksudmu berkata seperti itu kepada kesatria suci hah!? Kau idiot atau apa!?" Tanya Celica dengan nada keras dan membentak.
"Te–Teo … Nona Celica apa yang–."
"Diam Kau!" Bentak Celica langsung kepada Karina "Orang ini menghina kesatria suci yang melindungi Ratu! Dia mana mungkin akan kumaafkan!" Ucapnya lagi lalu melirik Teo dengan tajam "Kau tidak akan lepas dari es ini!" Celica terlihat benar-benar marah daripada biasanya dan Teo di dalam hatinya terus berdoa untuk keselamatannya.
"Jadi?" Tanya Celica merujuk kepada apa yang Teo lakukan di Istana.
"Maafkan mulut saya yang lancang ini, tolong ampuni saya," Ucap Teo sambil menunjukan wajahnya menyesal.
"Hah!? Aku tidak ingin dengar itu darimu!" Sayangnya itu tidak berpengaruh kepada Celica, Teo malah mendapat perlakuan sebaliknya "Yang ingin Aku dengar itu alasanmu berkata begitu!" Bentak Celica lagi.
Es yang mengurungnya semakin tinggi dan es dengan ujung tajam yang berada di bawah lehernya semakin mendekati lehernya "Ugh! Baiklah akan aku katakan! Tolong turunkan es ini! Es nya akan menusuk leher ku!" Ucap Teo memohon kepada Tuannya.
Pada awalnya Celica terdiam dan terus menatap tajam Teo sampai Cattalina pun memegang tangan Adiknya dan tersenyum kepadanya. Karena kakaknya itu, Cattalina pun melemahkan sedikit esnya "Maafkan saya. Mendengar kalau Kesatria suci tidak di pegang langsung oleh kerajaan, itu mengingatkan saya kejadian 3 tahun yang lalu," Ucap Teo.
"3 Tahun lalu?" Dan itupun menjadi pertanyaan dari Celica.
Teo pun menoleh kearah Karina "Karina, Kalau Kamu mengingat apa yang terjadi waktu itu, Kamu juga pasti mengingat apa yang terjadi 3 tahun lalu?" Tanya Teo.
Karina terdiam sesaat untuk mengingat-ingat kejadian 3 tahun lalu "Oh!" Iya pun mengingatnya "Aku ingat, Perang 1 bulan di Timur-Tengah!" Ucap Karina sedikit keras karena spontan mengingatnya "Ah maaf," Ucapnya lagi pelan.
"Teo, apa yang dia katakan?" Karena spontan mengatakannya, Karina memakai bahasa Indonesia yang membuat Celica Tidak memahami perkataanyaa.
"Ah maafkan Saya. Di dunia Kami, 3 tahun yang lalu terjadi perang antara organisasi pertahanan swasta dengan beberapa negara dan negara kami juga terlibat dalam perang itu," Ucap Karina yang kali ini menggunakan bahasa dunia lain.
"Benar, sebelum perang itu terjadi, organisasi pertahanan swasta itu berkerja sama dengan salah satu negara. Namun sayangnya karena militer organsisasi itu terlalu kuat, sampai organisasi itu mengkhianati negara yang berkerja sama dengannya dan mengambil alih negara itu, lalu mulai menyerang negara-negara tetangganya. Sejujurnya itu peperangan yang melelahkan, alat perang mereka lebih bagus daripada milik kami, benar-benar merepotkan," Teo menjelaskan apa yang terjadi 3 tahun lalu dan mengeluhkan apa yang terjadi 3 tahun lalu.
"Oh Anda juga ikut berperang disana ya?" Tanya Karina.
"Ya begitulah, Kami hanya pendukung untuk garis depan sih. Tapi tetap saja itu sangat mengerikan, hampir 24 jam tanpa henti suara senjata dan ledakan terus terdengar. Bahkan untuk istirahat pun tidak tenang karena penembak jitu mereka yang terlalu ahli, benar-benar seperti neraka," Ucap Teo menceritakan apa yang terjadi 3 tahun lalu "Karena itu, ketika mendengar kesatria suci tidak diurus secara langsung oleh Kerajaan, membuatku teringat lagi apa yang terjadi saat itu. Jadi, maafkan Saya," Ucap Teo lagi, kini ia terdengar menyesal.
Celica tidak berkata apa-apa meskipun wajahnya masih terlihat marah dan Kakaknya, ia terlihat begitu serius menanggapinya "Begitu ya, Kesatria suci sudah dibentuk sejak 50 tahun yang lalu, tapi Aku pernah mendengar kalau saat pembentukannya juga para penasihat kerajaan juga mempunyai kekhawatiran yang sama, karena itu disaat itu juga Mereka bersumpah untuk melayani kerajaan dengan taruhan nyawa mereka. Ada yang bilang saat itu di depan seluruh penduduk kerajaan, mereka melakukan kontrak khusus agar benar-benar tidak mengkhianati kerajaan. Karena itu sepertinya mereka tidak mungkin melakukannya," Ucap Cattalina terdengar serius mengucapkannya.
"Begitu, saya benar-benar menyesal, mohon ampuni Saya," Ucap Teo.
Lalu, Semua tatapan tertuju kepada Celica yang masih terlihat marah, meskipun ia juga memahami kenapa Teo berkata buruk tentang kesatria suci "Baiklah," Ucapnya lalu ia pun berbalik "Aku mengerti kenapa Kau berkata buruk tentang kesatira suci, Aku akan memafkanmu, Tetapi Kau harus meminta maaf kepada pemimpin kesatria suci jika kita kembali ke istana, Kau mengerti!" Celica membentaknya lagi lalu ia pun pergi keluar sambil menarik tangan Kakaknya.
"Eh? No-Nona Celica … Es nya–."
Brak!
Pintu dibanting dan meninggalkan Karina dengan Teo yang masih terjebak oleh es yang dibuat Celica. Teo terjebak di dalam es selama 2 jam sampai akhirnya es itu mencair dan ia terbebas dari es itu.
To be continue