"Aku… Tidak akan gagal lagi."
*Plak!*
"Cepat bangung, idiot! Sarapan, bersiap dan aku tunggi di belakang mansion!" teriak Celica.
Teo terbangun dari tidurnya karena Celica menampar pipinya dengan sangat keras, ia langsung memberi perintah Teo untuk segera bersiap dan pergi ke belakang mansion "Kau tidak bisa membangunkan orang dengan lembut ya!?" teriak Teo yang masih setengah sadar.
"Haaah!? Kau berani membentak ku! Ingat ya, sekarang itu kau pengawal ku! Turuti semua perkataanku dan jangan membantah! Atau kau akan kubuat menyesal seumur hidup, paham!"
Mendengar bentakannya membuat Teo tersadar, Teo pun langsung mengangguk dan meminta maaf kepada Celica. Setelah itu, Celica keluar sambil menggerutu "Kenapa sih orang itu bisa mengalahkan Kak William!? Aku tidak mengerti!"
Lalu ia pun membanting pintu kamar Teo. Melihatnya begitu, Teo hanya menghela nafas berat, ia pun membuka laci mejanya dan mengambil belati dan pistol beserta peredam dan magazine-nya. Saat mengambil itu, ia melihat surat yang semalam ia terima, sebuah surat 'Sambutan' dari orang yang menculik 50 penduduk dari dunianya, ia mengambil surat itu dengan tidak peduli lalu pergi untuk bersiap.
Setelah membasuh wajahnya, ia langsung pergi kebelakang mansion dan disana Zack dan William sedang berlatih bersama, Teo melihat wajah Zack sangat gugup dan tangannya pun sedikit gemeraran "Zack, tangan mu gemetaran." ucap William.
"M-Maaf, habisnya s-sudah lama sekali saya tidak berlatih dengan Anda."
"Sungguh? Bukan karena kau takut?"
"A-Ah… Itu…"
"Tenang saja, aku akan mengendalikan diriku. Sekarang seranglah."
"B-Baik!"
Zack memulai serangannya dengan tangan yang sedikit gemetar, karena hal itu, pedang yang ia pegang pun tidak stabil saat beradu dengan pedang milik William dan membuat pedangnya terjatuh "Seriuslah, Zack. Ambil pedangmu!"
"B-Baik."
"Sepertinya luka William sudah baik-baik saja ya?"
"Begitulah, berkat sihir Kak Cattalina. Eh? Kau sudah ada disini?" tanya Cattalina sambil mematap tajam ke arah Teo, ia pun mengulurkan tangan "Pedangmu, berikan padaku."
"Eh? Kenapa?"
"Jangan banyak tanya, rakyat jelata!"
Teo pun memberikan pedang kecilnya kepada Celica, lali ia pun memanggil Tiara "Tiara, bawa pedang ini jauh dari tempat ini, terserah ingin kau buang, jual ataupun mengahncurkannya, terserah. Yang terpenting aku tidak mau ada benda ini ada di tempatku!"
"Eh!? Tungg–. Kenapa!?"
"Diam! Aku tidak ingin benda dari bandit ini ada di dekatku!"
"Lalu dengan apa aku melind–."
"Sudah kubilang diam!" teriaknya sambil mengacungkan tongkat sihir ke arah Teo "Sekali lagi kau berbicara akan ku buat kau hangus!"
Teriakan Celica membuat perhatian William dan Zack "Teo lebih baik kau berhenti membantahnya jika kau tidak ingin itu menjadi kenyataan." ucap William.
"B-Baiklah, tapi jika pedang ku diambil, aku tidak bisa menjalankan tugasku sebagai pengawal."
"Ambil kerera kuda, aku akan menunggumu di depan!" ucap Celica lalu berjalan masuk kedalam mansion.
"Dia tidak mendengarkan ku ya." setelah itu, ia pun mengambil kereta kudanya dan membawanya ke depan mansion, di saat itu, Cattalina datang ke belakang mansion "Teo… Dia mau pergi kemana?" tanya Cattalina.
"Ah itu, sepertinya Celica ingin membawa Teo ke kota." ucap William
"Untuk apa?"
William hanya mengangkat pundaknya lalu meminta Zack untuk memulai latihannya lagi. Di depan mansion, Celica sudah menunggunya di depan gerbang, saat Teo datang, ia langsung protes karena terlalu lama "Maaf saja ya, aku tidak terbiasa mengendalikan kereta kuda ini."
"Tisak berguna." ucap Celica lalu masuk kedalam kereta "Cepat jalan."
Teo menjalankan kereta kudanya menuju kota "Apa anda ada keperluan di kota?" tanya Teo
"Sedikit." jawabnya singkat
Suasana hening seketika, dan itu berlangsung sampai mereka tiba di kota. Kota lebih ramai dari sebelumnya, berbeda saat ia datang dan membeli pakaian "Kota ini lebih ramai dari biasanya."
"Tentu saja. Karena ini adalah pagi hari, waktu yang cocok untuk memulai aktifitas mereka seperti bekerja dan yang lainnya."
"Oh begitu. Kebanyakan dari mereka bekerja apa?"
Celica pun membuka jendela kereta kudanya lalu melihat ke luar sambil tersenyum "Kebanyakan dari mereka adalah pedagang, ada juga yang menjadi petani dan tukang kebun. Ada pula yang menjadi penjaga kota ini, kebanyakan dari mereka adalah seorang petualang sih."
"Ah! Itu Nona Celica!" teriak seorang anak kecil sambil mendekati kereta kuda mereka. Celica melambaikan tangannya sambil tersenyum dan mengucapkan selamat pagi kepada mereka. Beberapa penduduk juga melakukan hal yang sama, ada beberapa dari mereka yang sedikit menunduk sebagai tanda hormat kepadanya "Jujur saja, Aku sangay terkejut melihatmu berbuat baik kepada rakyat jelata, Celica. Aku pikir kau hanya bisa membencinya-aaaaakh! Aw! Apa-apaan itu tadi!?" Teo merasakan sengatan kecil di pipinya dan membuatnya terkejut karena sengatan itu.
"Jika kau berkata seperti itu lagi, aku tidak akan segan-segan memberimu sengatan yang lebih besar, kau paham!"
Teo menghela nafas berat setelah Celica melakukan itu "Iya, iya. Jadi, kemana tujuan kita?"
Celica pun meminta Teo untuk diam dan mengikuti arah yang Celica berikan. Setelah mengikuti semua perkataannya, akhirnya mereka sampai di sebuah toko. Meskipun Teo tidak bisa membaca, tapi Teo bisa menebak toko itu dengan melihat sebuah perisai yang di belakangnya ada dua pedang yang menyilang "Toko senjata?"
"Tepat, cepatlah masuk dan pilih senjata yang layak untukmu." ucap Celica
Di dalam toko, Celica langsung di sambut oleh pemilik toko itu "Nona Celica, terima kasih karena sudah mengunjungo toko yang bobrok ini."
"Jangan menyebutnya tempatmu begitu, pedang yang kau tempa untuk Zack cukup kuat, aku kagum dengan cara menempa mu, paman."
"Yaaah, aku jadi tersanjung mendengar pujian anda, Nona Celica. Jadi, apa yang anda perlukan hari ini."
"Ah, pengawal baru ku ini membutuhkan senjata, berilah dia pedang yang paling kuat dan tidak mudah hancur."
"Siap."
Pemilik toko itu pun mengambil beberapa pedang pilihannya "Jadi itu alasanmu membuang pedang ku ya?"
"Sudah kubilang aku tidak ingin ada benda milik bandit di dekat ku, sebagai gantinya aku akan memberikanmu yang baru, berterima kasihlah." ucapnya dengan wajah yang sombong
Pria itu menarug beberapa pedang pilihannya di meja, mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil seperti pisau "Cepatlah pilih, setelah ini kita akan pergi ke tempat lain lagi."
"Iya, iya." Teo pun melihat pedang-pedang pendek yang menurutnya mudah di gunakan "Bagaimana dengan pedang ini? Aku menempanya dengan bahan yang paling berkualitas, aku juga perlu seharian untuk membuat pedang ini menjadi yang sempurna dan tidak mudah hancur, cobalah."
Teo pun mengambil pedang itu dan mengayunkan pedang itu perlahan "Wah, ringan."
"Itulaj bagian terbaiknya, ringan dan tidak mudah hancur."
"Itu bagus kan? Berapa harganya?" tanya Celica
"Karena bahannya cukup susah di cari, jadi harganya 5 keping emas."
"Bagaimana Teo?"
Teo terdiam seaaat sambil melihat pedang yang ia pegang dan pedang lainnya yang berada di meja "Aku tidak terbiasa memegang pedang panjang seperti ini, apakah ada pisau atau pedang yang ukurannya kecil daripada ini?"
"Ah, ada, ada, sebentar ya." orang itu pun masuk kedalam ruangan lagi dan mengambil beberapa pisau.
"Kau itu pemilih ya."
"Maaf saja jika aku pemilih, karena aku tidak main-main dengan pekerjaan ku." ucap Teo lalu menoleh kebelakang. Mendengarnya berkata seperti itu, Celica memalingkan wajahnya "Awas saja jika kau tidak melindungiku dengan baik."
"Tenang saja, saya akan membuat anda puas dengan pelayanan saya." ucap Teo dengan sedikit bangga.
Lalu orang itu pun kembali dengan 5 buah pedang pendek lainnya, ia pun berkata "Ah maaf ya, hanya pedang-pedang ini yang memiliki kualitas paling bagus diantara yang lain, karena kebanyakn orang memilih pedang panjang, jadi kami sedikit memproduksi pedang pendeknya. Ah tapi kami jamin, pedang-pedang ini benar-benar paling terbaik diantara pedang lain di jenisnya."
Teo terdiam sambil melihat pedang-pedang itu, ia memegang satu persatu pedang itu dan mengayunkannya perlahan, akan tetapi itu tidak membuat Teo memilih pedang itu ia berkata kalau ada beberapa yang kurang pas di genggamannya.
Saat sedang melihat-lihat lagi, Teo tertarik dengan sebuah pedang pendek berwarna hitam dengan ukiran aneh di besi pedang itu. Ia juga merasa pernah melihat pedang itu di suatu tempat, saat ia memegang pedang itu, ia merasa sesuatu yang aneh dalam tubuhnya, ia merasa tangan dan tubuhnya sudah terbiasa dengan pedang itu. Pemilik toko itu berkata "Itu adalah pedang sihir, hanya beberapa orang saja yang bisa menggunakan pedang itu tanpa kehabisan stamina mereka. Aku membuat pedang itu bersama dengan ayahku dulu, nama pedang itu adalah…"
"Xiphos…" ucapan Teo membuat pemilik toko itu sedikit terkejut karena Teo mengetahui nama dari pedang itu.
"Oho, jadi kamu tau nama pedang itu ya? Sejujurnya itu adalah pedang dengan model paling lama, sekitar 500 tahun yang lalu dan modelnya tidak berubah. Oh ya, darimana kamu tahu nama pedang itu?"
Teo terdiam sesaat, ia pun menggenggam pedang itu dengan kuat dan mengayunkannya "Aku pernah membacanya di buku…"
"Buku tentang apa itu?"
"Buku itu bercerita tentang perang yang pernah terjadi jauh sebelum aku terlahir, di buku itu, setiap senjata yang di gunakan prajurit diberitahukan namanya. Salah satunya adalah Xiphos… Anda bilang, pedang ini sudah ada 500 tahun yang lalu? Apa anda tau siapa pemilik pedang ini?" tanya Teo dengan wajah serius.
"Maafkan aku, aku tidak tahu siapa pemilik pedang itu. Tapi, aku selalu di beritahu tentanh sejarah pedang ini. 500 tahun yang lalu, seseorang dengan zirah besi pingsan di tengah hutan, ia terlihat seperti orang yang kebingungan dan selalu bertanya 'aku berada dimana?' 'bagaimana dengan perang?' padahal 500 tahun yang lalu kerajaan Lumenia dan kekaisaran masih ada ikatan damai. Lalu, orang itu tinggal bersama para penempa dan memperkenalkan pedangnya ini dan juga dia berpesan 'jangan pernah merubah pedang ini' karena itu modelnya tidak pernah berubah, hanya warna pada genggamannya dan warna pada besi nya yang dirubah, begitulah pedang ini selalu ada di setiap generasi."
"Jadi itu termasuk pedang kuno ya, aku tidak terlalu menyarankannya. Terlebih lagi itu adalah pedang sihir, jika itu tidak cocok denganmu akan menjadi merepotkan." ucap Celica yang tidak setuju jika Teo memilih pedang itu.
Teo terdiam saat Celica berkata, tidak, yang membuatnya terdiam adalah saat pemilik toko itu bercerita tentang orang yang pertama kali membawa model pedang ini ke dunia ini.
*Drrrrrrrrrt!*
"Aaaaaaaaagh! B-Bodoh! Apa yang kau lakukan!" teriak Teo setelah punggung disengat oleh Celica menggunakan sihir petirnya
"Jagngan melamun saat aku berbicara! Bodoh!"
"Maaf maaf, aku hanya merasakan sesuatu yang aneh dengan pedang ini saat aku menggengammnya." ucap Teo sambil mengusap-usap punggungnya.
"Ooh, jangan-jangan pedang itu cocok denganmu."
"Eh? Sungguh?" ucap Celica yang tidak percaya.
"Bagaimana jika mencobanya di belakang toko?" ucap pemilik toko, Lalu mereka pun pergi kebelakang toko. Dibelakang toko, ada beberapa orang-orangan sawah yang berbaris sebagai benda penguji ketajaman pedang, paman pemilik toko itu pun meminta Teo untuk memfokuskan dirinya pada pedang yang ia genggam, lalu setelah energinya terkumpul pada pedang itu, Teo pun diminta untuk menebas orang-orang sawah itu. Teo megikuti semua perintahnya, saat energi pada pedang itu terkumpul, Teo merasakan tubuhnya menjadi lebih kuat dari sebelumnya, ia pun langsung menebas orang-orang'an sawah.
"(Ringan sekali!)"
Sebelum pedang itu sampai pada target, orang-orangan sawah itu sudah terbelah. Mereka yang ada disana terkejur luarbiasa "Luarbiasa, jika pedang sihir mengeluarkan kekuataj seperti itu, pasti memiliki kecocokan yang tinggi denganmu, anak muda." ucap paman itu.
"T-T-Tidak mungkin... A-Ahem! Bagaimana, Teo."
"Ah, mungkin aku memilih pesang ini saja."
"Baiklah, paman, berapa harga pedang ini."
"A-Ah karena pedang ini dibuat dari bahan yang sulit di cari, jadi harganya 50 keping emas."
Celica sedikit terkejut mendengar hargannya, ia pun menghela nafas berat "B-Baiklah, aku hanya membawa 20 keping emas, aku akan kembali nanti."
"A-Ah jika anda hanya memiliki 20 keping emas tidak apa-apa, saya akan jual dengan harga 20 keping emas, ya."
"Kau mengejek ku ya!?" ucap Celica sambil melototi paman itu karena ia merasa paman pemilik toko itu menganggapnya tidak mampu membayar. Paman itu pun meminta maaf dan ia akan tunggu sisa pembayarannya. Setelah membeli pedang baru untuk Teo, mereka pun pergi dari toko itu, paman pemilik toko itu melambaikan tangannya dan berterima kasih karena sudah membeli pedang di tempatnya "Aku tidak percaya kalau anak muda itu bisa cocok dengan pedang sihir itu, pasti anak muda itu orang hebat. Lalu, tatapan Nona Celica selalu menakutkan, ya. Hampir serangan jantung aku." ucapnya lalu masuk kedalam toko.
Di perjalanan, Celica terus menggerutu karena Teo memilih pedang yang cukup mahal dan tidak percaya kalau perang sihir itu bisa cocok dengannya. Mendengar semua itu Teo hanya bisa meminta maaf kepada Celica karena merepotkannya, lalu, Celica bertanya kepadanya "Apa kamu benar-benar tidak merasa kelelahan saat menggunakan pedang itu?"
"Tidak, tidak sama sekali. Ah, tapi aku merasa lapar."
"Eh? Apa itu efek sampingnya?"
"Bukan, itu karena aku belum sarapan."
*Bzzzzzzt!*
"Waaaaaaaaakh! Sakit! Ada apa denganmu!?"
"Aku sudah kubilang untuk sarapan lebih dulu sebelum kita pergi!"
"Eh? Aku tidak mendengar, kau membangunkan ku dengan tiba-tiba, jadinya aku tidak mendengar semua perkataanmu."
"Dasar bodoh! Hmph! Tahanlah rasa laparmu sampai rumah! Kita akan pulang saat tengah hari."
"Eeeeeeh!?"
***
Mereka pun sampai di sebuah tempat, terlihat seperti sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, Teo juga melihat anak-anak sedang bermain di halaman itu "Tempat apa ini? Rumah panti?"
"Benar, ini adalah rumah panti yang di buat oleh Kakek ku. Mereka yang tinggal disini adalah anak-anak yang di tinggalkan oleh orang tua mereka."
"Kenapa mereka meninggalkan anak-anak mereka?"
Celica terdiam dan keluar dari kereta kuda, ia menghela nafasnya lalu berbicara "Aku benci berkata seperti ini, tapi, mereka di tinggalkan oleh orang tua mereka… Karena para bangsawan." wajahnya terlihat kesal saat mengatakan itu, entah ia kesal karena berkata seperti itu, atau karena kesal karena ulah dari bangsawan yang membuat anak-anak itu di telantarkan, Teo juga mengingat perkataan Tiara tentang beberapa bangsawan yang. "Kau tunggu di luar dan menjaga kereta kuda, jangan coba-coba masuk! Kau mengerti!"
"Iya, iya. Aku akan tetap disini, cepat selesaikan urusanmu."
*Bzzzzzt!*
"Aaaakh! Berhenti menggunakan sihirmu!"
Celica memalingkan wajahnya sambil berkata "Suka-suka aku lah!" ia pun berjalan masuk ke rumah panti itu. Saat melihat Celica masuk, anak-anak itu pun langsung berlari ke arahnya, mereka terlihat begitu senang saat Celica datang, begitu juga dengan Celica yang terlihat bahagia saat bersama dengan anak-anak itu, ia tersenyum dan tertawa bersama anak-anak itu, ia juga membawakan sesuatu untuk anak-anak itu dan itu adalah sebuah "Pakaian? Ah jadi itu alasan mereka membeli kain kemarin." anak-anak itu terlihat senang saat melihat pakaian-pakaian itu, lalu beberapa wanita pun keluar dari rumah panti itu, ia menyambut Celica dengan sedikit menunduk kepadanya sebagai tanda hormat.
"Nona Celica, selamat datang. Terima kasih karena selalu membantu kami mengurus anak-anak."
"Tidak apa-apa, lagipula sudah kewajiban ku dan Kakak sebagai pengganti Kakek untuk membantu kalian."
"Tetap saja kami sangat berterima kasih kepada Anda dan Nona Cattalina. Lalu, kotak apa ini?"
"Ah, ini. Ini adalah pakaian yang kami buat untuk anak-anak, aku harap anak-anak menyukainya."
"Oh ya ampun, Nona Celica. Saya tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan kalian, kami benar-benar berterima kasih." ucap wanita yang terlihat paling tua, lalu ia pun berlutut di hadapannya dan di ikuti beberapa wanita lainnya di belakang. Celica pun meminta mereka untuk bangun dan memintanya untuk tidak melakukan itu "Ada satu lagi yang ingin aku beritahu kepada kalian."
"Apa itu, Nona Celica."
Celica terdiam sebentar "Aku dan Kakak akan pergi ke ibukota untuk waktu yang lama."
Raut wajah anak-anak itu pun langsung terlihat murung, namun wanita itu terlihat tidak begitu terkejut, ia pun bertanya "Apa Anda akan masuk kembali ke sekolah sihir?"
"Iya." ucapnya sambil mengangguk "Karena itu, Aku dan Kakak tidak akan mengunjungi panti untuk waktu yang cukup lama." ucapnya lagi. Ia pun melihat ke arah wajah anak-anak itu, ia membungkuk dan mengusap kepala anak gadis di dekatnya "Tenang saja, Kakak akan main kemari jika ada waktu, jangan sedih, ya."
"Janji?" ucap gadis sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
Celica mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya itu pada jarinya "Aku janji." ucapnya. Wajah gadis itu dan teman-temannya di belakang pun kembali ceria dan memeluk Celica bersamaan sampai membuat Celica terjatuh. Lalu, mereka tertawa karenanya.
Setelah itu, Celica kembali ke kereta kuda dengan diikuti wanita tua di belakangnya. Saat sampai kereta kuda, ia pun berkata kepada wanita tua itu "Pelayan ku akan memberikan bahan makanan setiap 5 hari sekali, manfaatkan itu dengan baik ya."
"Pasti, Nona Celica. Pasti akan saya buat makanan yang enak untuk anak-anak dari bahan makanan yang Nona berikan."
"Bagus, kalau begitu aku pergi. Jika terjadi sesuatu, sampaikan saja pada pelayan ku di rumah." ucapnya lalu masuk kedalam kereta kuda.
"Baik, Nona Celica. Semoga keluarga anda selalu di berkati oleh dewa."
"Ayo, jalan." ucap Celica kepada Teo. Lalu mereka pun pergi dari rumah panti itu pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, Celica bertanya kepada Teo "Bagaimana menurutmu tentang anak-anak itu?"
"Bagaiamana? Apa maksudmu?"
"Maksudku… Apakah mereka benar-benar baik-baik saja?"
"Ah itu, jika mendegar cerita anda tentang orang tua mereka, aku rasa ada beberapa hal yang tidak baik-baik saja. Akan tetapi, mereka terlihat sudah melupakan itu. Berkat kalian berdua, mereka terlihat bersenang-senang dan menikmati masa kecil mereka."
"Melupakan ya. Itulah yang kutakutkan."
"Apa maksudmu?"
"Aku takut jika mereka melupakan orang tua mereka, aku takut jika mereka membenci orang tua mereka sendiri saat bertemu lagi dengan mereka."
Teo tersenyum tipis, ia pun berkata "Ternyata kau punya hati untuk rakyat jelata juga ya."
Celica pun mengeluarkan setengah tubuhnya melalu jendela dan mengarahkan tongkat sihirnya sambil berkata "Apa maksudmu!? Mengejek ku ya!?"
"T-Tidak! Aku tidak bermaks–.Gyaaaaaaaaahk!"
***
Setelah perjalanan yang cukup panjang itu, akhirnya mereka pun sampai di mansion. Cattalina yang kebetulan keluar dari mansion pun menyambut kedatangan mereka "Selamat daa–. Eh!? Apa yang terjadi padamu!?" tanya Celica yang terkejut melihat Teo. Rambut Teo tetlihat sangat berantakan, baju dan mantelnya pun terlihat seperti habis terbakar, begitu juga dengan bau tubuhnya.
*Brak!*
Cellica menendang pintu kereta kuda dan berjalan keluar dengan wajah yang terlihat begitu kesal, ia bahkan mengabaikan Kakaknya yang menyambutnya "Dasar! Pengawal tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya berkata seperti itu!" gerutunya.
William yang bertemu dengannya juga pun diabaikan oleh Celica "Ada apa denga–. Bwahahahahaha! Apa yang terjadi denganmu Teo!" William tertawa begitu keras saat melihat keadaan Teo.
"Ah… Petir menyambarku saat perjalanan kemaro, tolong berhenti tertawa, itu tidak lucu sama sekali." ucap Teo yang kelihatannya sedikit kesal karena kondisinya yang habis terkena sihir Celica.
"Ahahaha maaf, maaf. Kalau begitu Cattalina, urusan ku sudah selesai, disini. Jadi–."
"Kau ingin pergi kemana?" tanya Teo
"Ah, aku harus kembali ke istana, jika tidak aku akan di hukum oleh ratu. Jadi, Teo, tolong jaga adik-adik ku ya, mulai sekarang kau akan ikut bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Aku pergi dulu, sampai jumpa." ucapnya, lalu ia pun menggunakan sihirnya dan menghilang dari tempatnya berdiri.
Melihat William tiba-tiba menghilang membuat Teo terkejut, ia pun bertanya kepada Cattalina "Cattalina, apa William tadi menggunakan sihir?"
Cattalina mengangguk "Benar, itu adalah sihir teleportasi."
"Hee, apa kamu bisa menggunakan itu?"
"Tidak bisa, aku masih penyihir tingkat 3." ucapnya sambil menggeleng "Hanya penyihir tingkat 4 dan di atasnya yang bisa mempelajari sihir teleportasi."
"Begitu ya." Teo mengerutkan keningnya setelah mendengar itu, karena penasaran akan tingkatan sihir itu, ia pun bertanya lagi "Apa mungkin, disini ada sekolah?"
"Huh? Bukannya semalam sudah ku beritahu?"
"Eh?" Teo langsung terdiam dan mengingat kembali apa yang Cattalina beritahu semalam.
*Kemarin malam*
"Yah aku tidak percaya bisa dikalahkan oleh Teo." ucap William sambil memakan makan malamnya.
"Siapa yang akan percaya tentang itu, Kakak. Kami yang melihatnya pun tidak percaya." ucap Celica sambil memotong irisan daging panggang di piringnya "Tapi, apa tidak masalah? Bagaimana dengan reputasi Kakak nanti?" ucapnya lagi lalu memakan daging itu.
"Tidak perlu khawatir, pertarungan tadi hanya di ketahui oleh keluarga kita, para penjaga dan juga para pelayan di rumah ini, Orang-orang di kota ataupun luar kota tidak akan tahu. Tapi, mungkin aku akan memberitahu ratu dan putri tentang hasil pertarungan ini, yah aku juga sudah bilang tentang pertarungan ini." ucap William.
Celica mengerutkan keningnya "Apa tidak apa-apa? Bagaimana jika Kakak di turunkan dari jabatan Kakak?" ucapnya yang terdengar khawatir.
"Tenang saja, Celica. Kakak mungkin tidak bisa berbohong, tapi Kak William terlalu pandai untuk mencari alasan, jadi pasti akan baik-baik saja." ucap Cattalina sambil tersenyum
"Itu terdengar bukan seperti pujian." ucapnya, ia pun memakan makanannya lagi dan terdiam sesaat, ia pun menatap Celica dan Cattalina "Kalian juga besok akan pergi ke ibukota kan?"
Cattalina mengangguk "Iya, kami harus masuk kelas sihir untuk menaikan tingkat sihir kami."
"Kelas? Apa kalian bersekolah?" tanya Teo.
"Iya, karena besok kita akan pergi ke ibu kota dan tinggal di sana untuk waktu yang lama." ucap Cattalina sambil tersenyum.
***
Teo pun akhirnya mengingat itu lagi, ia hanya tersenyum terpaksa saat mengingat itu lagi dan melihat kecerobohannya, Cattalina mengembungkan pipinya dan berkata "Jangan seperti itu, Teo. Jika kamu nanti melupkan sesuatu yang penting itu akan gawat loh."
"Iya, maaf." ucap Teo yang terdengar tidak menyesal sama sekali. Lalu, Cattalina pun melihat ke arah pinggang Teo, ia tersenyum melihat itu "Sepertinya Celica sudah memberimu hadiah ya?"
"Eh? Ah begitulah." lalu Teo pun menarik pedang barunya dari sarung pedangnya "Padahal ini cukup mahal, sepertinya. Tapi Celica tetap membelikannya."
Cattalina tersenyum dan mendekati Teo, ia pun memegang pedang itu lalu berkata "Pedang sihir ya, harganya kisaran 30 sampai 50 keping emas. Hadiah yang mahal, ya."
"Eh!? Jadi benar mahal ya?"
Cattalina tertawa kecil "Jarang sekali Celica membelikan hadiah yang mahal ke pengawalnya, Zack pasti akan iri melihatmu." ucapnya lalu tertawa lagi "Tapi karena itu, aku mengerti bagaimana Celica melihatmu sekarang. Jaga pedang itu ya, itu akan jadi kawanmu sekarang." ucapnya lagi lalu berjalan masuk kedalam mansion.
"Bagaimana… Celica melihatku?"
"Hoi rakyat jelata! Sedang apa kau! Cepat bawa kereta kuda itu kebelakang!" teriak Celica tiba-tiba dari salah satu jendela mansion.
"Menurutku tidak ada bedanya dengan saat pertama kali." gerutunya lalu menghela nafas.
"Kau tuli ya!? Aku bilang bawa kereta kuda itu kebelakang, cepaaaaat!"
To be continue.