webnovel

BLINK’S CONCERT

BLINK!!

BLINK!!

BLINK!!

Sorakan para fans terdengar riuh, membahana di seluruh area stadion. Mereka meneriakkan nama band kesayangan yang akan memulai konsernya dua jam lagi. Para fans fanatik Blink membawa spanduk, light stick, dan juga mengenakan kaos bergambar keempat personilnya. Mereka sudah memadati stadion sejak sore.

Liffi tak mau ketinggalan, ia juga telah bersiap-siap mengantri masuk ke dalam stadion. Untung saja tiket VIP punya jalur khusus, jadi ia tak perlu berdesak-desakkan untuk masuk ke tribun. Tiket VIP berada di barisan terdepan, mereka yang membeli tiket ini bisa menonton Blink dengan jelas. Liffi menempatkan diri, bersandar pada tralis pembatas. Beberapa pria kekar menjaga jarak antara tralis dan panggung.

"BLINK!!" Liffi ikut bersoarak.

"Kau semangat sekali?!" Seorang lelaki muda tertawa melihat keceriaan Liffi. Rambutnya berwarna abu-abu, hidung mancung, kulitnya pucat, namun bibirnya sangat merah. Dilihat dari peringaian dan juga wajahnya sepertinya mereka seumuran.

"Iya, aku tak sabar lagi menanti mereka bermain," jawab Liffi.

"Jayden." Pemuda itu memperkenalkan diri, mengajak Liffi bersalaman.

"Liffi." Liffi ikut memperkenalkan diri, menyalami Jayden.

"Baumu aneh! Siapa kau?" tanya pemuda itu kepada Liffi. Membuat senyuman menghilang dari wajah cantiknya. Liffi menajamkan hidung, mencoba mencium bau badannya sendiri. Tak ada yang aneh, masih wangi kok.

"Tidak sopan mengomentari bau badan seseorang! Kau tahu itukan?!" Liffi melotot galak ke arah Jayden, pria itu langsung terbahak.

"Maaf, maaf. Kau salah paham, bukan bau badanmu. Tapi bau dari darahmu. Ah, lupakan ucapanku. Konsernya akan segera di mulai!!" Jayden sedikit berseru, namun Liffi tak mendengarnya karena suara music mulai menggema. Band lokal mulai tampil menjadi pembuka konser Blink malam ini.

Penonton semakin riuh, suara teriakan mereka membahana, memecahkan keheningan malam. Mereka segera memposisiskan diri pada tribun. Jangan sampai mereka tertinggal sedikit pun konser BLink.

Liffi menulis text pada Nakula.

Bermainlah dengan semangat tinggi, Naku! Ingat janjimu!

Nakula membalas.

Kau juga harus bersorak, Liffi, aku menantinya!

Liffi tersenyum, ia menaruh ponselnya di depan dada. Tak sabar menantikan kekasihnya bermain di atas panggung semegah dan sebesar itu. Perhelatan yang sangat luar biasa, Liffi terus berdecak kagum dengan atmosfirnya. Antusiasme pendukung dan juga permainan lampu panggung membuat suasana malam ini begitu semarak.

Lampu sorot mulai berpendar, berputar-putar menyorot area panggung. Membentuk tarian cahaya berwarna warni yang indah. Suara counting down terdengar keras.

The BLINK's Comeback Corcert will Begain sortly at ...

Three ...

Two ...

One ...

BLINK!!!!!

Permainan gitar langsung terdengar, di sambut teriakan riuh dan tepuk tangan penonton. Panggung terbelah, dari dalam muncul dua sosok manusia, mereka sama-sama sedang memainkan alat musik petik elektrik.

Layar monitor besar di belakang panggung dan sekeliling tribun langsung menayangkan kehadiran mereka. Menyorot close up pada wajah tampan keduanya. Sesekali berpindah pada permainan tangan yang lincah.

"BLACKK!!! RED!!!!" seru penonton.

Mata Liffi membulat bahagia, Black terlihat begitu keren dan tampan. Black mengenakan jas hitam penuh gliter, memendar saat tertimpa oleh lampu sorot. Ia memadukannya dengan celana jeasn hitam mode pensil dan sepatu boot setinggi mata kaki. Dengan rambut dibiarkan sedikit acak, Black membius para penggemar dengan pesonanya.

"BLACK!! I LOVE YOU!!" teriak Liffi sambil menggoncangkan light sticknya tinggi-tinggi.

RED juga tak kalah bersinar, ia memakai pakaian sama seperti milik Black tapi berwarna merah. Rambut Red juga berwarna merah.

Jari jemari keduanya bermain indah di atas senar gitar dan bass. Nakula memakai gitar berwarna hitam favoritnya, sedangkan Red memakai bass berwarna merah maroon. Setelah panggungnya naik sempurna, Black menuju ke kanan dan Red ke sayap kiri panggung.

Tiba-tiba suasana semakin riuh, teriakan penggemar terdengar semakin keras saat drum di tabuh. Bagian belakang yang tadinya gelap tersorot oleh lampu panggung, dia adalah Grey, drummer band Blink itu sedang menunjukkan kebolehannya. Menggebuk drum dengan semangat tinggi.

"GREY!" Sorak penggemar.

Lampu sorot berpindah, menyorot seutas tali baja yang tiba-tiba saja terjatuh dari atas. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik dengan pakian model kemben bergemerlapn dan celana hotpants merosot turun dari seutas tali itu. Rambut pirangnya berhigh light rainbow, dikuncir ala pony tail. Sepatu boot dengan heels tinggi dan stokking jaring melengkapi busananya malam ini.

Jane tampil cantik dan memukau dengan dandanan smokey dan assesoris gaya goltic. Khas Jane. Bibirnya di poles dengan lipstik berwarna biru keunguan, membuatnya terlihat seksi namun sekaligus dingin dan kejam. Jane ingin memancarkan pesona gadis yang kuat pada make upnya.

"JANE!!!!" Sorakkan memenuhi tribun begitu Jane berhasil menghentakkan kakinya pada panggung.

"Selamat malam, kami mencintai kalian semua!!!" sapa Jane, suaranya terdengar merdu.

Liffi terpesona, Jane lebih cantik dari pada yang ia lihat pada majalah-majalah. Jauh lebih berkharisma.

Lagu pertama mulai di mainkan. Lampu sorot menyala, berpendar dan berputar-putar di sekeliling area panggung. Liffi berdecak kagum dengan pemainan lighting mereka. Kamera-kamera menyorot, berganti-ganti sudut pengambilan gambar. LCD besar menampilkan gambaran penampilan Blink, jadi penontong yang paling belakang tak perlu khawatir tak bisa melihat wajah idola mereka.

Tak hanya suara Jane yang terdengar menggelegar dan penuh semangat. Black juga memainkan gitarnya dengan penuh semangat demi janjinya pada Liffi. Liffi tersenyum ke arah Black. Ia membentuk tanda hati dengan jemarinya. Mengisyaratkan pada Black bahwa ia sangat menikmati konsernya.

"Aku juga mencintaimu." Black berkomat kamit seakan Liffi bisa tahu cara membaca gerakan bibir.

Black terus bermain sambil memandang Liffi dari atas panggung. Sesekali keduanya bermain mata. Black tersenyum meilihat tingkah Liffi, gadis itu terus menggoncangkan light stick dan bernyanyi dengan keras.

Jane mengamati gerak gerik Black. Ia mencuri pandang ke arah seorang gadis yang terus menatap lamat ke arah Black.

Mungkinkah? Gadis itu mate Black? pikir Jane.

Jane menyeringai, ia akan menyingkirkan Liffi bagaimana pun caranya. Liffi tak berhak menjadi mate Black, gadis kurus, lemah, dan mungil itu terlihat menyedihkan. Seperti serangga.

No way, dia manusia, pikir Jane dalam hati. Tak mungkin Black bersungguh-sungguh dengan pet-nya, manusia lemah itu, dia tak layak mendampingi Black.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana

Siguiente capítulo