webnovel

GENCATAN SENJATA

Zanna sudah rapi dengan pakaiannya, dia akan melakukan misinya mulai hari ini. Terserah Kenan akan marah kepadanya atau mau melakukan apapun, Zanna hanya akan melanjutkan misinya.

"Semangat Zanna! Kamu pasti bisa membalas suami brengsek itu!"

Zanna mengoleskan kembali lipstik merah maroon di bibirnya dan melihat pakaiannya kembali.

"Kamu harus bisa? Pakai otak kamu Zanna, jangan pakai hati!" Berkali-kali Zanna menyakinkan dirinya sendiri.

Hari sudah mulai siang, Zanna sudah berada di dalam taksi menuju tempatnya bekerja dan jelas kantor suaminya.

"Wow.... Kamu masuk kerja lagi?" Tanya Rosa yang dulu teman satu devisi dengannya.

"Yup! Kangen ya sama aku?" Tanya Zanna balik sambil menaik turunkan alisnya.

"Sangat! Nanti siang kita makan bareng ya?"

"Pasti!" Zanna dan Rosa melangkah memasuki gedung tempat mereka bekerja. Semua mata memandang ke arah Zanna kagum.

"Ros, ada yang salah dengan pakaianku atau mukaku?" Tanya Zanna saat dia merasa beberapa pasang mata yang sedang melihat kearah dia.

"Kamu tambah seksi." Bisik Rosa sambil menunjukkan pakaian yang dipakai Zanna. Sebenarnya pakaian yang dipakai adalah pakaian yang biasa dipakai orang-orang yang bekerja di perkantoran. Zanna juga sama, dia memakai rok span dan kemeja putih. Meskipun hanya itu yang dipakai, Zanna terlihat seksi dengan penampilannya.

Zanna dan Rosa menuju lift yang akan mengantarkan mereka ke ruangan tempat mereka bekerja. Lift yang akan dinaiki Zanna terlihat penuh sesak, banyak karyawan lain yang juga ikut mengantri untuk bisa masuk ke dalam lift. Lift antara pegawai dan bos berbeda. Lift yang digunakan bos tidak boleh digunakan oleh para pegawai termasuk Zanna karena karyawan lain tidak ada yang mengetahui status Zanna di perusahaan ini.

"An, kamu kemana saja selama ini? Bisa ya memangnya cuti diambil sebanyak itu? Kamu tidak kena SP?" Tanya Rosa sambil berbisik, Rosa heran melihat Zanna yang baru saja muncul setelah menghilang beberapa lama dan sekalinya dia masuk Zanna tetap biasa saja, tanpa ada beban apapun.

"Ah mau tau aja kamu ini, sudah ah tanya ke HRD saja kalau kamu kepo,"

Zanna tiba-tiba merasa bulu kuduknya berdiri, ada hawa dingin yang tiba-tiba menerpanya. Aluna melihat ke sekelilingnya dan mata itu saling bertatapan.

"Selamat pagi pak!" Sapa Zanna sambil menundukkan badannya. Kenan menggeram saat melihat dada Zanna yang terlihat ketika Zanna menunduk.

"Kamu! Ikut saya lewat sini!"

"Ah, maaf pak. Saya hanya karyawan biasa jadi saya tidak bisa masuk ke dalam lift para petinggi seperi bapak, Permisi pak!" Tepat saat lift terbuka, Zanna segera melangkah ke dalam lift diikuti dengan Rosa.

"Gila kamu ya! Memangnya kamu kenapa bisa diajak naik lift petinggi? Atau jangan-jangan kamu ada apa-apa dengan Bos?"

"Ah sudah lah, jangan terlalu khawatir. Aku juga tidak tau kenapa Bos baru itu memintaku naik lift para petinggi." jawab Zanna pura-pura, dia tidak ingin menimbulkan kegaduhan karena berita tentang dia dan Kenan.

Zanna dan Rosa keluar dari lift saat lift yang mereka naiki tiba di lantai tempat ruangan mereka. Teman-teman Zanna yang lama tidak melihat Zanna berteriak kegirangan.

"Hoy! Masih ingat kerja Loe? Kemana aja kemarin-kemarin? Apa jangan-jangan kamu nikah ya?" Zanna tertawa mendengar seloroh teman-temannya dia merasa bersalah karena tidak membawa apa-apa untuk mereka.

"Nanti siang kita makan bareng, aku yang traktir!" Ajak Zanna merasa tidak enak karena sudah ijin terlalu lama.

"Sepuasnya ya!" Tantang mereka lagi.

"Sip! Sepuasnya, semampu perut kalian!"

"YEY!!! " Teriak mereka bersamaan.

Tiba-tiba suara yang rame tadi menjadi hening. Semua kembali ke tempat duduknya dan pura-pura mengerjakan sesuatu. Zanna heran dan menoleh kebelakang.

Zanna tersentak kaget saat melihat Kenan sudah ada di belakangnya dengan tatapan penuh dengan ancaman.

"Selamat pagi pak! Permisi!"

Zanna kembali menundukkan badannya lagi memberi hormat sebelum dia meninggalkan Kenan.

"Tunggu! Nanti jam makan siang saya tunggu kamu di kantor saya."

Zanna melihat sekelilingnya, teman-temannya yang pura-pura bekerja tapi mereka sedang memasang telinganya baik-baik.

"Maaf pak. Saya sudah ada janji nanti siang. Saya tidak bisa. Permisi!" Tanpa basa-basi lagi Zanna pergi dari hadapan Kenan dan menuju meja yang selama ini menemaninya saat bekerja.

Kenan menggeram dan mengepalkan tangannya. Berjalan ke arah dimana Zanna berada.

"Berikan nomor ponsel kamu!" Zanna kaget saat Kenan mengikutinya dan melihat ke sekitar, teman-temannya semakin memasang telinga lebih dekat.

"Maaf pak, saya tidak mempunyai ponsel. Jadi saya tidak punya nomornya." Jawab Zanna enteng sambil meringis.

"Ponsel kamu kemana?"

"Saya buang, karena tidak penting. Maaf pak kalau tidak ada hal yang penting saya permisi ingin melanjutkan pekerjaan saya." Zanna mengusir Kenan dengan halus tetapi pria itu hanya dia tak bergeming sama sekali.

Kenan yang tidak Terima dengan penolakannya langsung menyeret tangan Zanna. Kenan terpaku saat melihat jari manis milik Zanna. Zanna semakin membuat emosi Kenan meluap, cincin pernikahannya tidak Zanna pakai.

"Ikut saya sekarang!" Tanpa menunggu jawaban dari Zanna, Kenan menyeret tangan Zanna dan membawanya menuju lift. Kenan langsung masuk kedalam lift dan membiarkan Zanna meronta.

"Lepaskan!" Teriak Zanna.

"Tidak akan!"

"Kita pisah saja! Aku MUAK !!!" teriak Zanna saat sudah berada di dalam lift.

Kenan semakin erat memegang tangan Zanna. Geraham nya mengeras.

"Sakit Kenan!"

"Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan kamu!"

"Kamu egois!"

"Yes, I'am." Pintu lift terbuka. Kenan masih menyeret Zanna dengan kasar. Saat melihat ada sekertaris yang juga sahabat Kenan ada di mejanya, Zanna berusaha meminta tolong tapi hanya diberi gelengan kepala.

Kenan melempar tubuh Zanna di sofa, tangannya mengunci pintu. Zanna melihat tangannya yang memerah dan mengusapnya.

"Kamu kemana saja? Kenapa tidak pulang?" Tanya Kenan secara tiba-tiba dengan suara lembut.

"Aku di rumah."

"Rumah mana? Rumahmu selalu kosong. Kamar yang biasa dihuni dia orang hanya satu orang yang tidur di sana dan dia terus menunggumu."

"Aku hanya punya satu rumah. Dan itu adalah rumah yang membuatku nyaman. Bukan rumah seorang pembohong."

"KIRAN!"

"APA?!" Zanna meninggikan suaranya juga saat Kenan membentaknya.

"Please, ayo pulang ke rumah. Aku merindukanmu." Zanna menepis tangan Kenan yang akan memeluknya membuat Kenan hanya memeluk angin.

Zanna menjauh dari tempat Kenan duduk.

"Maaf pak. Tolong buka pintunya saya akan bekerja."

"Kiran, please!"

"Kuncinya pak?" Zanna menengadahkan tangannya meminta kunci yang Kenan kantongi. Kynan masih enggan memberikan kunci ruangannya membuat Zanna merasa semakin kesal karena Kynan tetap bersikeras untuk tidak memberikan kunci kantornya kepada Zanna.

"Berikan kuncinya atau akau akan berteriak?" Ancam Zanna tapi malah membuat Kenan tertawa terbahak-bahak.

"Kamu yakin mereka yamg ada di luar bisa mendengarkan kamu?" Ejek Kenan sambil terus mendekat.

"Maksudnya?" Tawa milik Kenan akhirnya muncul, terlihat kemarahan di wajah Kenan karena mendengar pertanyaan bodoh dari bibir Zanna.

Siguiente capítulo