webnovel

BERLARI

Suasana bandara Ngurah Rai cukup senggang, ini memang bukan musim liburan meskipun begitu bandara ini tidak sepi dari turis-turis yang ingin berwisata di pulau Dewata ini. Kenan menggandeng Zanna dengan menautkan tangannya di pinggang ramping wanita itu.

Zanna mengenakan pakaian casual, celana Jeans dan dipadukan dengan T-shirt ketat dengan bagian perut yang terbuka. Mata Kenan sejak tadi berkeliling, mengancam mata lelaki yang memandang tubuh seksi wanita yang berada dalam dekapannya ini.

"Sumpah! aku bisa jalan sendiri! Kenapa aku seperti orang lumpuh saja?" Zanna menggerutu karena sejak dia keluar dari mobil Kenan selalu menempel ditubuhnya.

Zanna dan Kenan melakukan chek-in tanpa melalui antrian. Sepertinya Kenan mempunyai akses khusus untuk keluar masuk bandara. Zanna mengikuti langkah Kenan dengan ogah-ogahan. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah.

Mata Zanna berkeliaran mencari peluang untuk bisa pergi dari monster yang sayangnya masih dicintai Zanna ini, matanya melihat tanda toilet di sisi kirinya, otaknya berputar mencari alasan untuk diberikan kepada Kenan. Sikap Kenan yang semakin over protektif kepadanya membuat Zanna merasa sangat tidak nyaman.

"Ehm.... Ke.... Perutku mulas. Toilet dimana?" Zanna meringis sambil memegang perutnya. Berharap Kenan mengijinkan dia pergi ke toilet. Kenan meneliti wajah Zanna, melihat dengan teliti dan mencari kebohongan yang nampak diwajahnya.

"Di belakangmu ada toilet. Atau kamu mau yang lebih privasi? Ada ruangan yang dikhususkan untukku disini." Kenan menawarkan, melihat wajah Zanna yang memang sedikit pucat membuat Kenan merasa khawatir.

"Tidak perlu. Aku sudah tidak tahan lagi."

"Perlu aku temani?" Tawar Kenan saat melihat Zanna begitu kesakitan.

"Tidak perlu. Aku tidak ingin kamu mendengar suara yang tidak seharusnya kamu dengar nanti." Tolak Zanna sambil memegang perutnya erat. Zanna segera berlari ke toilet membuat Kenan tersenyum melihat tingkah wanitanya. Zanna tidak berubah. Tetap ceroboh dan apa adanya.

Sampai di dalam bilik kamar mandi, Zanna mondar-mandir mencari cara agar dia bisa kabur dari Kenan. Meskipun susah, setidaknya Zanna sudah berusaha. Zanna memukul kepalanya agar segera mendapatkan ide.

Zanna keluar dari toilet. Kepala Zanna keluar separo melihat keadaan. Matanya melihat ke arah Kenan, memastikan pria itu tidak memperhatikan pintu toilet. Bingo! Kenan sedang disibukkan dengan ponsel yang bertengger di telinganya. Zanna cepat-cepat keluar dari kamar mandi, menuju arah yang berlawanan dengan posisi Kenan saat ini sambil merapatkan jaket yang dia dapatkan dari seseorang yang berada di dalam kamar mandi.

flasback

"Ma'af, bisakah saya meminta bantuan anda?" Tanya Zanna kepada seorang wanita yang sedang berada didekatnya. Wanita itu menatap Zanna yang juga memandangnya dengan tatapan memohon.

"Apa yang bisa saya bantu? Kalau bisa saya bantu saya akan membantu." Ujar wanita itu ditambah senyum yang terbit diwajahnya.

"Hm, saya ingin meminjam jaket anda. Saya sedang dalam masalah. Saya dibuntuti seseorang, saya tidak tahu siapa itu."

"Ini silahkan pakai. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Kakak." Wanita itu melepas jaket yang dipakai dan diserahkan kepada Zanna.

"Terimakasih. Ma'af kalau boleh saya tau nama kakak siapa? Saya Zanna." Zanna mengulurkan tangannya, berkenalan dengan wanita yang membantunya.

"Saya Kania." Jawab wanita yang bernama Kania itu ramah.

"Semoga kita bisa bertemu lain waktu. Terimakasih atas bantuannya, Kak. Saya permisi." Zanna pergi setelah mengucapkan terimakasih. Matanya menatap awas disekelilingnya. Berharap orang-orang Kenan tidak mengetahui bentuk tubuhnya yang sudah dilapisi jaket tebal dengan topi yang dipasang di kepala Zanna menutupi rambutnya yang tergerai.

***

"Brengsek! Kamu mencoba kabur kembali sayang? Ternyata kamu masih ingin bermain-main denganku, kamu belum tau jika aku akan selalu membayangi setiap langkahmu." Kenan meremas ponselnya erat. Orang yang mengawasi Zanna lagi-lagi lengah. Wanita  itu cukup pintar seperti belut yang licin. Banyak sekali ide yang terlintas di kepala cantiknya.

"Biarkan saja. Kita kembali ke Jakarta. Biarkan Kiran terkejut dengan semua yang sudah aku siapkan untuk dia nanti." Kenan meninggalkan orang yang sudah lama menjadi kepercayaan sekaligus sahabatnya itu. Rahang Kenan mengeras. Zanna sudah membangunkan singa yang sedang tidur.

Ascott Apartement

Jakarta Pusat

Kenan merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa ruang tamu sambil melihat ponselnya. Anak buahnya yang sedang mencari tahu keberadaan Zanna memberinya informasi bahwa Zanna sudah kembali ke apartemen milik gadis itu membuat Kenan bisa bernafas lega pasalnya barang-barang Zanna semua ada padanya, termasuk ponsel milik Zanna. Gadis keras kepala itu juga tidak membawa sepeser uang untuk bisa kembali ke Jakarta.

Kenan melihat kembali ponselnya. Jarinya meluncur menjelajahi isi galerinya. Galeri Kenan berisi foto-foto Zanna yang diambil secara candid. Melihat pose-pose Zanna yang alami memunculkan senyum di wajah Kenan yang lama membeku.

Bunyi bel di apartemen Kenan berbunyi. Kenan malas membukakan pintu, yang selalu mengganggu Kenan saat istirahat hanya satu orang, yaitu adiknya. Bel itu berbunyi terus-menerus membuat Kenan mau tidak mau membukakan pintu untuk orang yang sedang berada di luar. Matanya menatap malas orang yang sekarang berdiri sambil memberikan senyum lima jari kepadanya.

"Kenapa kamu kesini? Pulang sana. Aku mau istirahat." Usir Kenan sambil berusaha menutup pintu tetapi kaki sang tamu lebih cepat dari pada tangan Kenan membuat pintu yang akan Kenan tutup terganjal sepatu sang tamu.

"Aku hanya ingin mendengar cerita kegagalan mu big bro." Ucapnya sambil melenggang masuk, meninggalkan Kenan yang menatapnya penuh dengan amarah.

"Kegagalan apa yang kamu maksud?"

"Kegagalan membawa kakak ipar ke rumah kamu." Jawaban itu pelan dan cukup santai tapi telinga Kenan seolah-oleh terbakar.

"Apa maksud kamu?"

"Whoa, sabar Kak! Aku hanya membantu wanita yang merasa ketakutan karena dikejar-kejar pria yang tidak dia inginkan."

"Jaga ucapan kamu, Kania!"

"Memang benar, tadi dia bilang mau pinjam jaket aku soalnya dia sedang dikejar-kejar orang yang tidak dia kenal, jadi sekarang uang salah siapa?"

"Kamu!"

"Eits, jangan marah dulu dong Kak. Kania hanya mau bantu kakak saja kok, tidak ada maksud yang lainnya." Kania mencoba membela dirinya di hadapan Kenan.

"Kamu sudah merusak semua rencana yang sudah aku buat, Kania. Kamu tidak bosan selalu mencampuri urusanku?"

"Dan melihat kakak kembali seperti orang gila kerja yang tidak bisa disentuh lagi? Kak, Kania dan Papa-Mama sudah sangat senang saat kakak kembali seperti dulu. Kania merindukan kakak yang selalu tersenyum, dan ceria seperti dulu. Bukan kakak yang super kejam dan dingin seperti sekarang ini."

Kenan terduduk mendengar keluhan Kania kepadanya. Sejak dia kehilangan Zanna, Kenan memang merasa hidupnya semakin suram. Kenan berubah menjadi sosok yang dingin seperti yang baru saja diucapkan Kania.

"Coba kakak dekati kak Zanna dengan lembut. Jangan terlalu dikekang. Kakak bisa melihat dari segenggam pasir. Jika pasir itu terlalu kakak genggam mereka akan jatuh ketanah, tapi jika kakak hanya membuka telapak tangan kakak, pasir-pasir itu akan bertahan di tangan kakak."

Siguiente capítulo