webnovel

FIRST LOVE | 25

Lila berdecak keras sambil mendorong pelan wajah gemoy-gemoy menyebalkan Selma yang maju melewati jendela hingga masuk dalam mobil yang langsung mendapatkan protesan keras dari adiknya itu.

"Hujan sih, Sel." kata Lila dengan suara datar.

"Duduk yang bagus, sayang." peringat Sekar Ayu Kinasih, bunda Lila dengan suara lembut pada Selma sambil memegangi kedua pinggang gadis kecil yang kini rambutnya sudah tertata rapi dengan gaya ala-ala Princess Elsa salah satu karakter dalam film Frozen. Wanita yang tampak anggun mengenakan gamis brokat sederhana warna coklat susu dan hijab pashmina warna senada.

"Kakak jangan nakal selama Ayah bunda pergi, oke? Dengarkan apa kata uncle Alex. Ayah dan bunda gak lama di rumah pakde. Hanya tiga hari."

"Iya, Ayah ku sayang. Kapan Lila nakal, sih, Yah?" tanya Lila dengan nada protes.

"Setiap hari kakak Lila selalu nakal sama Selma." celetuk Selma setengah mengadu.

"Hilih! Bocil!"

Lova dan Alex, keduanya tersenyum kecil melihat pertengkaran kecil di antara Lila dan Selma yang sudah sering keduanya saksikan. Sementara Axel hanya terdiam tak acuh dan Sekar hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua putrinya yang selalu saja ramai.

"Sudah-sudah. Alex, saya titip Lila."

Alex mengangguk. "Tenang saja, Yud. Lila aman bersama saya." kata Alex sambil tersenyum kecil dan mengacak rambut Lila pelan.

Yudha Arya Prasaja, ayah Lila menganggukkan kepalanya, lalu mendaratkan sebuah ciuman panjang di kening putri sulungnya itu.

"Hati-hati, Yah, Bun. Kalau sudah sampai kabarin kakak."

"Iya. Kakak juga hati-hati ya, Kak. Chat bunda saja kalau kakak mau nitip oleh-oleh." balas Sekar. Sementara Yudha hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Iya, Bunda ku ... yang cantik."

"Selma juga cantik."

"Hilih!"

"Girls!" peringat Yudha dengan suara pelan membuat Lila langsung menutup mulut rapat-rapat dan Selma langsung beringsut mendekat pada Sekar.

Sekar sedikit mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Lova yang sedikit terhalang tubuh besar Yudha. "Lova juga chat bunda saja ya, sayang kalau ingin dibawakan sesuatu."

Lova membungkuk sedikit sambil tangan kirinya berpegangan pada lengan kanan Axel yang sedang membawa payung dan tersenyum manis menatap Sekar. "Baik, Bunda. Ayah dan Bunda, hati-hati di jalan." kata Lova halus sambil menatap Sekar dan Yudha bergantian.

Sekar dan Yudha menganggukkan kepala nyaris secara bersamaan.

Lila mundur satu langkah kecil. Memukul atap mobil BMW 7 Series 740Li Opulance Arctic Grey Metallic yang ditumpangi oleh kedua orang tuanya dan Selma itu dua kali. "Jalan, Pak Syam." instruksi Lila dengan sopan pada pria paruh baya yang duduk di kursi pengemudi yang sudah bertahun-tahun bekerja sebagai supir pribadi ayahnya.

"Bye-bye, kakak princess!" teriak Selma yang duduk di tengah-tengah Sekar dan Yudha sebelum kaca jendela mobil di samping ayahnya itu tertutup penuh sambil melambaikan kedua tangannya heboh.

Lova mengalihkan pandangannya pada Selma dan tersenyum lebar. "Bye-bye, Selma." balas Lova sambil mengangkat tangan kanannya membalas lambaian tangan Selma.

Lova, Axel, Alex dan Lila, keempatnya tetap berdiri di carport hingga mobil yang ditumpangi keluarga Lila keluar meninggalkan area rumah Lova.

Axel berputar menghadap Lova. "Gue juga balik deh, my Lov. Mumpung hujannya juga udah agak redaan dikit."

Lova hanya mengangguk.

Axel menaikkan pandangannya pada Alex yang berdiri di belakang Lova. "Saya pamit pulang, uncle. Terima kasih untuk hari ini." ucap Axel sambil tersenyum kecil.

Alex mengangguk pelan. Tangan kanannya terulur melewati bahu Lova dan menepuk pelan bahu Axel dua kali. "Terima kasih kembali, dan hati-hati di jalan, Axel."

Axel mengangguk patuh. "Saya pasti akan hati-hati, uncle. Saya masih mau ketemu sama Lova. Baru juga pacaran." Axel nyengir lebar membuat Alex tertawa kecil melihatnya.

Lila berlagak seperti orang ingin muntah. "Syuhh! Gih, sana balik lo!" usir Lila sambil mengibaskan kedua tangannya dan menatap Axel malas. "Betah amat di rumah orang!"

"Eh, sorry. Rumah cewek gue." ralat Axel. "Iri bilang boss!" ledek Axel yang langsung mendapatkan cibiran dari Lila.

"Iri biling biss, wek!" kata Lila ketus dan menjulurkan lidahnya dengan dramatis di ujung kalimatnya.

Alex tertawa kecil. Langsung saja merangkul bahu Lila yang berada di bawah payung yang sama dengannya. "Sudah, Lila. Ayo, kita masuk dulu. Beri Axel dan Lova waktu." Alex mengiring Lila masuk ke dalam rumah setelah gadis itu menganggukkan kepala.

Setelah Alex dan Lila hilang di balik pintu, Axel menurunkan kembali pandangannya pada Lova yang ternyata juga sedang menatapnya. "Gue balik ya, my Lov. Jangan kangen lo. Besok juga ketemu gue lagi."

Lova terkekeh pelan. Tak lupa juga menggelengkan kepalanya. "Iya. Gak kangen, kok."

Kedua mata Axel seketika melebar. "Heh! Kok, gak kangen?"

"Katanya Axe jangan kangen tadi." kata Lova sambil menatap Axel bingung.

Axel berdecak keras. "Lo tahu kode kagak, my Lov?"

Kedua alis Lova menaut. "Kode apa, Axe?"

Axel mengibaskan tangannya cepat sambil membuang muka. "Lupakan!" Axel berkacak pinggang dan mendengus keras.

Lova memiringkan kepala sedikit dan menggaruk belakang telinga kanannya yang tidak gatal. "Lova salah ya, Axe?"

Axel melirik Lova dan menggeleng pelan. "Kagak. Gue aja yang kagak to the point ngomongnya. Gue balik, ya." pamit Axel sambil memindahkan gagang payung ke tangan Lova.

Lova mengangguk. "Hati-hati ya, Axe. Hujan, jalan nya pasti licin. Axe gak usah ngebut-ngebut bawa mobilnya."

Axel mengangguk singkat. Menatap Lova sejenak. Axel maju satu langkah kecil. Lalu mengulurkan tangan kanannya hingga berada di kepala Lova bagian belakang. Menarik kepala Lova hingga kening gadis itu dekat dengan bibirnya. Axel mencium kening Lova lembut membuat gadis itu reflek memejamkan mata.

-firstlove-

Lova memaju mundurkan kakinya. Mengayun pelan ayunan yang sekarang sedang dia duduki dengan satu tangan berada di atas pangkuannya dan satunya lagi memegang tali ayunan. Kedua matanya menatap kosong ke arah ujung kakinya. Lova berjengit sedikit dan reflek menghentikan gerakan berayunnya ketika ponselnya bergetar singkat tanda ada pesan masuk.

Lova merogoh saku celana Madelaine Kimy Short Set White piyamanya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Langsung menekan tombol yang ada di samping kanan ponsel untuk membuka kunci benda canggih itu. Dan ketika ponselnya itu menyala, pop up notifikasi pesan dari Axel di aplikasi yang identik dengan warna hijau itu langsung muncul.

Axe : My Lov?

Lova tersenyum kecil membaca pesan singkat Axel. Axe beneran kasih kabar ternyata. Manis banget. Lova mengulum bibirnya menahan senyum. Kedua ibu jarinya bergerak lincah mengetikkan balasan pesan untuk laki-laki itu.

Lova : Iya, Axe.

Axe : Singkat amat lo balesnya.

Lova : Kan, Axe cuma panggil Lova aja.

Axe : Hmm,

Axe : Gue udah sampai.

Lova : Oh, oke.

Lova : Axe mandi dulu.

Lova : Terus, Axe istirahat.

Axe : Gak mau!

Kening Lova mengerut dalam ketika membaca pesan dari Axel yang baru saja masuk ke dalam ponselnya. Kedua ibu jari Lova kembali bergerak mengetikkan balasan pesan untuk dikirimkan pada laki-laki itu.

Lova : Gak mau mandi?

Lova : Kok, gitu?

Lova : Bau, tahu ...

Axe : Kagak mandi sekali gak bikin ganteng gue hilang.

Axe : Sorry, gue gak mungkin bau.

Axe : Gak mau istirahat dulu.

Lova : xixixi ...

Lova : Kenapa Axe?

Axe : Ntar gue video call.

Axe : Lo jangan tidur dulu.

Lova : Iya-iya, Axe.

Lova : Axe paling ganteng pokoknya.

Lova : Lova gak tidur, kok.

Lova : Lova tungguin Axe.

Axe : Good!

Axe : Gue mandi dulu. Bye for a minute.

Lova : I miss you, already.

Axe : Hilih, gimbil!

Lova tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tadi bilang gak akan kangen, Axe kesel. Sekarang, bilang kangen Lova malah dikatain gombal. Sementara di tempatnya, Axel sedang menatap wajahnya dalam cermin kamar mandi yang berada di dalam kamar tidurnya. Otak gue-- gilak! Bego! Apaan, dah lapor-laporan segala! Axel membasuh wajahnya dengan perasaan kesal.

"Yang baru punya pacar, senyum-senyum terus."

Lova langsung saja menoleh ke arah belakang. Tersenyum canggung sambil menatap Lila yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangan sahabatnya itu di depan dada.

"Lila?"

Lila geleng-geleng kepala. Lalu melangkah pelan mendekati Lova. "Lagi chatan sama Axel, bee?" tanya Lila sambil duduk di atas ayunan yang ada di samping sahabat dari kecilnya itu.

Lova mengangguk pelan. "Axe kasih kabar aja kalau udah sampai rumah, Lila."

"Jadi-- beneran udah official nih, bee?" tanya Lila sambil memegang kedua tali ayunan dan menatap Lova serius.

Lova hanya mengangguk singkat sambil kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Lila manggut-manggut sambil berpaling menatap ke arah depan. "Gak ada salahnya juga, sih ... kamu coba pacaran, bee. Pacaran itu, kan bentuk ekspresif masa remaja. Uncle juga aku lihat, gak keberatan kamu pacaran sama Axel."

Lova perlahan berpaling menatap ke arah depan. "Tapi-- perasaan Lova masih gamang. Lova gak tahu perasaan Lova sendiri kaya gimana sama Axe, Lila. Tiba-tiba aja udah kaya begini jadinya." Lova menundukkan kepalanya.

Lila mengangguk paham. "Kamu ingat gak, bee?"

Lova mengangkat kembali kepalanya dan perlahan menoleh menatap Lila yang ternyata juga sedang menatapnya.

Lila tersenyum kecil. "Malik pernah bilang, kalau perasaan itu mudah berubah. Kamu gak akan tahu gimana nantinya perasaan kamu sama Axel, bee. Jadi, ya-- kamu jalanin dulu aja, bee. Jangan kamu ambil terlalu serius, tapi juga jangan gak serius jalaninnya."

Lova hanya mengangguk pelan.

"Dari sini kamu harus belajar manage hati kamu sendiri dengan baik, bee. Kasih rasa sayang, cinta dan percaya kamu ke Axel dalam porsi yang pas jangan ada yang berlebih-lebihan. Yang berlebih-lebihan itu gak bagus. Biasa-biasa aja dalam menempatkan rasa, karena nanti ketika ditinggalkan, rasa sakit yang kamu rasakan gak akan berlebihan."

Lova manggut-manggut. "Kalau untuk sekarang, Lova belum tahu gimana caranya memanage hati Lova. Karena Lova juga belum tahu perasaan Lova sama Axe itu sebenarnya kaya gimana. Tapi, Lova bakal selalu ingat omongan Lila barusan." kekeh Lova.

Sebelah alis Lila terangkat. Menatap Lova yang tiba-tiba saja terkekeh tanpa sebab. Aneh. "Kamu kenapa, bee? Gak kesambet, kan?"

Lova tertawa keras. "Ya ... enggak lah, Lila ... Cuma beda aja gitu rasanya kalau ngomong sama yang udah pacaran selama hitungan tahun."

"Pengalaman zheyeng ..." kekeh Lila sambil melirik ke arah saku celana Lova sekilas. "Lihat dulu itu siapa, ponsel kamu getar terus dari tadi, bee."

Lova mengangguk patuh. Langsung merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya. Lova melihat sekilas caller id yang muncul di layar ponselnya.

"Axel lagi?"

Lova langsung mengangkat wajahnya dari layar ponsel dan menatap Lila yang sedang menatapnya penasaran. Lalu mengangguk singkat. "Iya, Axe." jawab Lova sambil menunjukan layar ponselnya pada Lila sebentar.

Lila manggut-manggut. "Yang baru pacaran, mah beda. Baru ketemu aja udah kangen. Yuk, masuk, bee. Aku juga udah ngantuk." ajak Lila sambil beranjak berdiri.

Lova mengangguk dan menyusul Lila berdiri sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Berjalan sedikit cepat menyusul Lila yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya.

Tbc.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Like it ? Add to library!

Dewa90_creators' thoughts
Siguiente capítulo