"Tadi kamu ingat tak panggil aku dengan apa?" tanyaku pada Hamzah.
Dia berpikir, "panggil apa?"
"Itu pas tadi kamu datang. Kamu panggil namaku kan, siapa coba?"
"Iya tah?"
Aku mengangguk.
"Tapi aku tak ingat."
"Kalau nama sendiri, kamu ingat?"
"Hamzah kan?" tanyanya memperjelas.
"Iya. Tapi namaku?"
"Tidak tahu. Memangnya siapa?"
"Ah masa tak ingat." tukasku, "tapi tak apa. Kepalamu sudah tak sakit lagi kan?"
"Tidak. Aku justru sakit karena berpikir sesuatu. Tapi sekarang sudah baik-baik saja, kok."
"Alhamdulillah." ujarku.
"Tapi aku khawatir sama kamu. Bajumu pasti basah."
"Tak apa. Aku sudah biasa hujan-hujanan."
Dia meraba lengan bajuku, "masih basah. Nanti ketika sampai langsung ganti baju, ya. Nanti aku minta dibuatkan air hangat."
"Terima kasih." jawabku sambil tersenyum.
Mobil telah membawa kami ke halaman rumah.
Ketika sampai, aku lebih dulu keluar lalu membawa kursi roda agar Hamzah bisa duduk di sana.
Setelah itu kami masuk ke dalam rumah.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com