webnovel

Pertempuran

Serta merta mereka berdua menuju ke kamar. Ratri berusaha membuka pintu kamar, tetapi tidak bisa! Sepertinya sempat dikunci dari dalam oleh Mbok Sum. Wibi terpaksa mendobraknya. Dan yang terlihat oleh mereka adalah sesosok makhluk dengan wujud sangat mengerikan. Makhluk tinggi besar tetapi punggungnya terlihat membungkuk dan berkulit sangat keriput itu sedang menggendong Alit.

"Itu seperti Nenek Bongkok, Mas. Lelembut yang akan meminta korban nyawaku! Terus di mana Simbok, Mas? Apa Simbok telah berubah wujud?" Suara Ratri bergetar ketika melihat makhluk itu.

"Sepertinya begitu, Rat!" Wibi memperhatikan makhluk itu.

Bau busuk dan anyir darah keluar dari seluruh kulit tubuh makhluk itu membuat Alit merasa tidak nyaman dalam gendongannya. Dua taring dan kuku-kuku runcingnya siap untuk mencabik-cabik tubuh Alit. Alit berusaha meronta sekuat tenaga dan menangis keras. Tapi dia benar-benar tidak berdaya dalam cengkeraman tangan makhluk itu. Alit susah bernapas dan semakin lemah. Sehingga tidak bisa menggunakan kemampuan supranaturalnya untuk melindungi dirinya sendiri.

"Simbok, jangan lukai Alit, Mbok!" teriak Ratri. Sementara itu pandangan Wibi tertuju pada tubuh gadis kecil yang tergeletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ayu ...! Ayu, kamu kenapa?" Wibi segera berlari mendekat dan menggendong tubuh Ayu dibawanya ke pinggir kamar. Tubuh itu tergolek lemah tak sadarkan diri.

"Ratri! Seperti janji Simbok, malam ini akan Simbok tuntaskan semua. Setelah membunuh anak keduamu ini, kamu dan Ayu akan aku jadikan tumbal untuk Wewe Gombel, baurekso penghuni pohon asem tua itu," kata Mbok Sum dengan suara berat sambil terkekeh-kekeh. Terlihat mata besarnya berwarna merah melotot memandang ke arah Ratri.

"Jangan, Mbok! Jangan ambil anakku!" teriak Ratri.

Wibi tertegun menyaksikan kejadian mistis di depan matanya. Baurekso Wewe Gombel yang merasuki tubuh Mbok Sum mengakibatkan tubuhnya bertransformasi menjadi Nenek Bongkok, makhluk setengah lelembut dalam wujud yang sangat mengerikan.

Lelembut itu benar-benar muncul dan mengikuti kelahiran anakku, kata Wibi dalam hati teringat kata-kata Mbok Sum dahulu.

"Mas ... Mas Wibi! Aku takut terjadi sesuatu pada Alit. Mungkin ini salahku kenapa tidak menuruti kata-kata Simbok untuk memberikan sesajen pada baurekso Wewe Gombel!" kata Ratri dengan nada panik.

"Tidak, Rat! Ini bukan salahmu! Tapi salah Simbok sendiri. Dia sebelumnya sudah terikat perjanjian dengan baurekso Wewe Gombel dengan cara mengorbankan satu persatu keluarga Ndoro Sastro menjadi tumbalnya," kata Wibi.

Wibi berpikir keras untuk menghadapi kejadian ini. Bagaimana dia akan melawan makhluk setengah lelembut yang bersemayam dalam tubuh Mbok Sum sekaligus menyelamatkan Alit yang berada dalam cengkeraman makhluk tersebut. Dia teringat tulisan di buku Primbon bahwa bayi sungsang memiliki kemampuan supranatural untuk mengendalikan lelembut.

"Hanya Alit yang bisa mengatasi ini semua, Rat," kata Wibi sambil memandang Ratri.

"Bagaimana mungkin, Mas? Alit saja berada dalam kekuasaan Simbok. Aku takut dia akan terbunuh!"

"Panggil dia, Rat. Sadarkan Alit kembali sebelum Simbok melaksanakan niatnya untuk membunuhnya. Bukankah kalian bisa saling berkomunikasi secara batin?"

"Tapi, Mas ..., dengan kondisi seperti itu, apa Alit masih bisa mendengar suaraku?"

"Kamu coba Rat. Semoga Gusti Alloh memberi kekuatan melalui tubuh Alit."

"Baiklah, akan aku mencoba membangunkan Alit."

Kemudian Ratri memejamkan matanya. Dalam bayangannya, Ratri melihat Alit telah tumbuh menjadi seorang bocah yang lucu. Dia tidak ingin kebahagiaan ini terenggut karena ulah Simboknya.

Alit harus diselamatkan! Alit harus selamat! Ratri memohon pada Gusti Alloh agar keluarganya diberi kekuatan dan keselamatan. Kemudian perlahan-lahan Ratri membuka matanya dan menatap tajam ke arah Alit.

Alit, anakku. Bangunlah, Nak! Ini ibu. Ibu dan ayah akan segera menolongmu.

Terjalin ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Alit menangkap getar-getar halus yang terpancar dari hati melalui mata Ratri.

Getar-getar halus itu semakin kuat dirasakan oleh Alit.

Ibu ...! Ratri mendengar namanya disebut lirih. Suara itu menggema di rongga kepalanya.

Bangunlah Alit! Bangunlah anakku!

Terlihat Ratri meneteskan air mata. Dia tidak tahan melihat tubuh anaknya berada dalam cengkeraman Mbok Sum sedangkan kuku-kuku runcingnya siap menembus leher Alit.

Tak lama kemudian Mbok Sum merasakan getaran aura tubuh Alit semakin menguat. Dia tidak ingin Alit kembali sadar dan pulih kekuatannya. Mbok Sum mengalihkan perhatiannya pada Ratri dan menatap tajam pada Alit.

"Hentikan, Ratri! Atau akan aku robek-robek tubuh anakmu!" terdengar suara berat dari mulut Mbok Sum.

Sementara itu Wibi mencari seblak atau sapu lidi yang sering digunakan untuk membersihkan kasur. Seblak kasur merupakan salah satu alat untuk mengusir lelembut, begitu tertulis dalam buku Primbon. Berbekal alat itu Wibi mencoba menghadapi Mbok Sum, makhluk setengah lelembut tersebut.

Makhluk ini mungkin saja bisa melukai Alit ataupun diriku karena dia menggunakan tubuh Simbok. Aku harus berhati-hati, kata Wibi dalam hati sambil berjalan ke arah Mbok Sum. Tiba-tiba Mbok Sum mengangkat tubuh Alit dan mendekatkan kuku runcingnya ke dada Alit.

"Jangan!" teriak Wibi sambil mengacungkan seblak sapu lidinya.

Mbok Sum menghentikan tindakannya. Dia memperhatikan apa yang dibawa Wibi. Perlahan Mbok Sum melangkah mundur seperti ada yang membuatnya takut. Serta merta Wibi mengayunkan-ayunkan seblak itu ke arah Mbok Sum. Mbok Sum berkali-kali menangkis dengan tangan kanannya.

Sungguh di luar dugaan Wibi, makhluk yang bersemayam dalam tubuh Mbok Sum menjerit kesakitan hingga mengendurkan cengkeramannya pada tubuh Alit. Alit dapat sedikit bernapas dan mengembalikan kemampuan supranaturalnya. Wibi melihat ditengah-tengah dahi Alit muncul bulatan seperti mata yang berkilat memancarkan cahaya putih menyilaukan.

Mata ketiga! Benarkah apa yang sedang kulihat? Itu seperti waktu di rumah sakit dulu. Bulatan di dahi Alit itu seperti apa yang pernah aku lihat setelah Alit dilahirkan. Bedanya sekarang bulatan itu memancarkan cahaya. Mungkin di situ letak kekuatan supranatural anakku. Wibi memperhatikannya dengan seksama. Tiba-tiba secepat kilat meluncurlah dua bayangan anak kembar berwarna putih dan kuning menerjang makhluk tersebut.

Siapakah mereka itu sebenarnya? Bukankah mereka telah lenyap oleh kuku-kuku runcing Mbok Sum? kata Wibi dalam hati.

Wibi dibuat terkejut dengan kemunculan kembali bayangan putih dan kuning. Bayangan putih kemudian menghantam dada Mbok Sum sedangkan bayangan kuning menyahut tubuh Alit. Mbok Sum terhuyung beberapa langkah ke belakang. Alit pun berhasil direbut dan diserahkan kembali pada Ratri.

Kedua bayangan anak kembar kembali menyerang Mbok Sum lagi. Wibi pun berusaha memukulkan seblak sapu lidi ke tubuh Mbok Sum dengan harapan makhluk itu segera keluar dari tubuh Mbok Sum. Karena merasa kesakitan makhluk itu semakin marah dan menunjukkan kekuatan aslinya. Kekuatan dari sosok baurekso Wewe Gombel yang sebenarnya!

Tubuh Mbok Sum menjadi tegak dan kedua tangannya berayun-ayun sangat cepat serta muncullah tangan-tangan yang lain untuk melindungi tubuhnya dari terjangan kedua bayangan anak kembar. Terjadi adu kecepatan dan adu kekuatan di antara ketiga makhluk gaib itu.

Berkali-kali bayangan anak kembar itu terpental akibat kibasan tangan Mbok Sum. Tapi secepat kilat itu pula mereka menerjang Mbok Sum kembali. Mbok Sum yang telah dirasuki kekuatan baurekso Wewe Gombel bergeming mendapat serangan tersebut. Wibi pun terpaksa menjauh untuk menghindari ayunan kuku-kuku runcing makhluk tersebut.

Sesaat kemudian kedua bayangan anak kembar itu terlihat menghentikan serangannya sambil mencari celah kelemahan makhluk setengah lelembut itu. Mereka mengambil posisi berhadapan dengan Mbok Sum. Perlahan-lahan tubuh bayangan mereka bersatu dan terpancar cahaya kuning menyelubungi mereka.

Cahaya kuning itu semakin pekat warnanya dan berubah menjadi bola api merah menyala menandakan kekuatan mereka menjadi berlipat ganda. Secepat kilat bola api itu meluncur cepat bagai panah api menghantam tubuh Mbok Sum.

Tetapi tubuh Mbok Sum yang telah dirasuki baurekso Wewe Gombel ternyata mempunyai kekuatan yang lebih besar dari mereka. Mbok Sum menjulurkan kedua tangannya menangkap bola api itu. Di tangan Mbok Sum bola api tersebut membesar dan keluar pancaran-pancaran lidah api yang begitu banyak. Lidah api itu menyerang dan melilit membungkus tubuh Mbok Sum. Kini tubuh Mbok Sum terlihat seperti bara api yang menyala-nyala.

Tubuh Mbok Sum pun menggeliat menahan serangan itu. Untuk beberapa saat lamanya belum ada tanda-tanda kalau makhluk itu dapat dilumpuhkan. Sementara itu Alit telah kembali ke pangkuan ibunya. Ratri memeluk erat anak keduanya itu.

Siapa sebenarnya kedua bayangan itu, anakku? tanya Ratri dalam hati.

Mereka itu saudara kembarku, Ibu. Merekalah yang menyertai kelahiranku di dunia ini. Mereka adalah kakakku 'Kakang Kawah' dan adikku 'Adi Ari-Ari'. Terdengar jawaban menggema di kepala Ratri.

Dalam kepercayaan Jawa, sebelum bayi lahir didahului dengan keluarnya air ketuban yang disebut sebagai Kakang Kawah dan setelah bayi lahir diikuti keluarnya plasenta atau ari-ari yang disebut sebagai Adi Ari-ari. Mereka berdua mempunyai peran masing-masing untuk menjaga dan melindungi jabang bayi.

"Sepertinya makhluk setengah lelembut itu terlalu tangguh untuk kedua saudara Alit," kata Wibi ketika memperhatikan bara api itu semakin memudar warnanya. Bara api itu kemudian terlihat mulai retak-retak. Dan keluar pancaran cahaya putih keperakan dari retakan tersebut.

Apakah bara api itu akan pecah? Wibi mulai merasa khawatir.

*****

Siguiente capítulo