webnovel

THREE

Yixing terbangun saat mendengar suara Sehun. Yixing terduduk mengumpulkan kesadarannya terlebih dahulu. Yixing menjentikkan jari menyalakan lampu di kamarnya. Yixing berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Dari aksesnya panggilan suara Sehun berasal dari sana

"Ada apa Sehun?" Yixing menghampiri Sehun yang sedang duduk di ruang tamu. Yixing sepertinya belum menyadari jika Sehun tak sendirian disana

"Sembuhkan mereka ge" Sehun mengalihkan pandangannya ke arah Kai dan Hun yang duduk meringis meniup luka mereka. Yixing mengernyit heran melihatnya

"Ada apa dengan kalian?"

"Ini ulah dia" Kai dan Hun kompak menunjuk Sehun. Sehun hanya mendengus melihat kedua pemuda itu mengadu pada Yixing

Yixing mendekat dan duduk di antara Kai dan Hun. Yixing mengusap luka Hun dan Kai bergantian dengan tangannya yang memancarkan cahaya membuat luka itu menutup seketika. Yixing tersenyum menatap luka yang menutup itu

"Terima kasih Yixing ge"

"Jika tersenyum Yixing ge semakin mirip dengan Lay ge" Yixing hanya bisa tersenyum menanggapinya. Yixing mengalihkan pandangannya pada Sehun

"Apa yang kau lakukan pada mereka Sehun?"

"Aku tidak melakukan apapun. Aku tidak sengaja ge. Aku hanya refleks"

"Aku tahu kau sedang waspada tetapi jangan terlalu gegabah juga. Tidak mudah bagi orang asing untuk masuk kemari. Kau tahu sendiri akan hal itu"

"Aku mengerti ge" Sehun hanya menghela nafas berat mendapat pencerahan dari Yixing

"Kalian juga kenapa keluar malam-malam?" Yixing menatap Kai dan Hun menuntut jawaban. Sehun tersenyum puas melihat hal itu

"Aku tidak bisa tidur dan aku bertemu Se...maksudku Hun saat ingin keluar mencari udara segar. Kebetulan juga aku melihat pintu belakang terbuka dan kami pun mengintip dari balik pohon"

"Biar aku menjelaskan sedikit kepada kalian. Tidak mudah untuk seseorang keluar masuk disini. Bahkan gerbangnya menggunakan identitas dan juga kode untuk masuk. Kalian bisa masuk kemari itu karena kalian diberikan kode akses. Untuk lebih jelasnya besok akan aku jelaskan. Sekarang kembalilah ke kamar kalian" Yixing berjalan masuk ke dalan kamarnya

Sehun bisa melihat lampu kamar Yixing mati yang menandakan Yixing sudah berkelana dalam alam mimpinya. Sehun menghela nafas dan menatap Kai dan Hun

"Kalian mengerti apa yang dikatakan Yixing ge tadi bukan? Kembalilah ke kamar"

"Sehun"

"Ada apa?" Sehun dan Hun bersamaan menatap ke arah Kai

"Sehun, Hun. Bukan Hun. Kau mengerti tidak? Kau seharusnya membiasakan diri dengan panggilan barumu itu" Sehun yang mendengar celetukan Kai terkekeh mendengarnya. Kai dan Hun yang melihat Sehun seperti itu mengernyit heran

"Kau mengingatkanku kepada Jongin. Kau benar-benar mirip.... Ada apa kau memanggilku?"

"Ah itu, selamat malam" Sehun tersenyum dan mengangguk kecil menanggapinya

"Selamat malam juga" Sehun melambaikan tangan tanpa berbalik. Sehun berjalan menuju kamarnya menyisakan Kai dan Hun

"Hun"

"Hm"

"Aku mengira Sehun tidak semenyeramkan itu. Dia sama seperti kita dan mirip denganmu"

"Hm"

"Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat"

"Hm"

"Sedari tadi aku mengatakan sesuatu kau hanya menanggapinya dengan hm..hm..hm. Kau kenapa?"

"Aku mulai mengantuk"

"Harusnya kau kembali ke kamar kalau kau mengantuk"

"Gendong aku"

"Kau sadar umur tidak? Kau bahkan lebih tinggi dariku. Aku heran kenapa para fans bisa terpesona dengan dirimu"

"Karena aku tampan"

"Dasar bayi besar. Jalan sendiri atau kutinggal?"

"Pilihan seperti apa itu. Tidak ada pilihan sama sekali" Hun mendengus dan segera menyusul Kai yang berjalan mendahuluinya

Saat Kai dan Hun tak sengaja berpapasan dengan Jongin yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan. Jongin menghentikan langkahnya dan menatap Kai dan Hun bergantian. Jongin menoleh merasakan angin berhembus di sekitarnya

"Astaga. Siapa yang membuka pintu dan tidak menutupnya. Jika Junmyeon hyung, Minseok hyung dan Kyungsoo hyung melihat ini bisa-bisa aku lagi yang disalahkan" Jongin menjentikkan tangannya membuat pintu belakang seketika menutup dengan sendirinya. Kai dan Hun menelan ludah kasar, mereka melupakan jika mereka belum menutup pintu saat masuk tadi. Pantas saja mereka sedikit kedinginan

"Kalian sedang apa?" Jongin mengalihkan fokusnya ke arah Kai dan Hun. Jongin bersedekap dada menunggu jawaban mereka berdua

"Kami tidak bisa tidur tadi tetapi kami sudah akan kembali ke kamar"

"Eoh" Jongin mengangguk kecil menanggapinya. Jongin nampak berjalan menuju dapur

"Dia benar-benar mirip denganmu seperti yang dikatakan oleh Sehun tadi" Kai memukul kepala Hun membuat Hun mengaduh. Hun mendengus dan berjalan mendahului Kai masuk ke dalam lift

Kyungsoo terbangun dari tidurnya. Kyungsoo meregangkan otot-ototnya dan berjalan menuju kamar mandi. Namun sebelumnya Kyungsoo membuka tirai jendelanya membiarkan cahaya matahari pagi masuk menyinari kamarnya

Kyungsoo keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian kasualnya. Jongdae yang melihat itu mengernyit heran mendapati Kyungsoo mengenakan pakaian kasual

"Kau mau kemana?"

"Aku ingin mengamati keadaan sekitar" Jongdae yang mengerti dengan maksud Kyungsoo mengangguk kecil

"Kau sendirian"

"Iya"

"Aku ikut"

"Aku menunggu di luar. Hyung ingin membawa mobil sendiri atau ikut di mobilku?"

"Aku membawa mobil sendiri saja"

"Baiklah"

Kyungsoo berjalan keluar rumah menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya. Kyungsoo memarkirkan mobilnya di depan rumah. Kyungsoo bersedekap dada bersandar di mobil menunggu Jongdae. Kyungsoo melihat Do yang sepertinya habis olahraga pagi. Do hanya menunduk sopan menyapa Kyungsoo. Kyungsoo hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman

Tak lama berselang Jongdae keluar dan menuju garasi mengambil mobilnya. Kedua mobil itu keluar dari halaman rumah menuju suatu tempat. Mobil Kyungsoo dan mobil Jongdae berhenti tepat di depan sebuah taman dekat rumah sakit. Kyungsoo dan Jongdae turun dari mobil mengenakan topi

Jongdae mengedarkan pandangannya mencari keberadaan seseorang. Pandangan Jongdae terhenti pada seorang lelaki seusia ayahnya sedang berbincang dengan seseorang

"Arah jam 10, pakaian olahraga berwarna abu-abu "

Kyungsoo mengikuti instruksi Jongdae dan benar saja, itu Professor Jang. Sepertinya dia sedang berbincang dengan seorang pegawai rumah sakit. Terlihat dari pakaiannya sepertinya dia seorang perawat

"Sepertinya dia sendirian. Tidak ada tanda-tanda Professor Min di taman ini"

"Hyung benar. Menurut hyung, Apa yang sedang mereka bicarakan?"

"Kita tidak akan tahu jika hanya berdiam disini"

"Professor Jang sudah pergi, hyung. Bagaimana kalau hyung mengikutinya. Aku ingin memastikan sesuatu dengan perawat itu terlebih dahulu"

"Baiklah"

"Berhati-hatilah hyung"

Jongdae mengangguk kecil dan bergegas pergi. Jongdae menurunkan topinya menutupi wajahnya agar tidak ada yang tahu dan mengenalinya. Jika ada yang mengenalinya bisa gawat. Sungguh lucu jika keberadaannya diketahui oleh Professor Jang. Sedari dulu mereka terlalu halus dalan bertindak hingga tidak menimbulkan curiga di sekitarnya makanya mereka tidak pernah ketahuan

Jongdae mengernyit heran melihat Professor Jang masuk ke dalam sebuah cafe. Walau begitu Jongdae tetap mengikutinya. Jongdae masuk dan mengambil tempat di pojok, tempat yang bagus untuk memantau tanpa ketahuan

"Apa anda ingin memesan sesuatu?" Jongdae mendongak menemukan seorang pelayan menghampirinya

"Moccacino"

"Ada tambahan?" Jongdae menggeleng menandakan hanya itu pesanannya saja. Begitu pelayan itu pergi, Jongdae mengalihkan fokusnya kembali pada Professor Jang yang nampak menyeruput minumannya. Jongdae duduk bersedekap dada menatap Professor Jang. Professor Jang sepertinya tidak menyadari akan kehadiran Jongdae disana

Kyungsoo sedikit berlari mengikuti perawat yang berbincang dengan Professor Jang di taman. Kyungsoo menghentikan langkahnya begitu perawat itu memasuki sebuah kamar rawat. Kyungsoo berpikir mungkin itu kamar salah satu pasien

Kyungsoo memilih untuk menunggu perawat itu keluar. Kyungsoo bersandar bersedekap dada menunggu perawat itu keluar dari kamar rawat itu. Kyungsoo tidak memperdulikan orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya menatap dirinya. Kyungsoo tidak tahu apa yang membuat mereka menatap dirinya. Kyungsoo merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Kyungsoo menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka. Kyungsoo segera menghampiri perawat itu sebelum pergi. Kyungsoo menepuk pundak perawat itu membuat perawat menoleh

"Bisa kita bicara?" Perawat itu mengernyit heran mendengar ucapan Kyungsoo. Mungkin karena merasa tidak mengenal, perawat itu merasa bingung

"Kau siapa? Ada keperluan apa dengan Perawat Kang?" Kyungsoo menoleh mendengar suara lain disana. Seorang dokter keluar dari kamar rawat dan menghampiri mereka. Kyungsoo memandang dokter itu dengan tatapan datarnya. Kyungsoo tersenyum sinis dan membuka topinya membuat dokter itu sedikit terkejut. Padahal tadi dokter itu dengan sombongnya bertanya kepada Kyungsoo

"Halo....Dokter Lee"

"Maaf. Aku tidak mengenalimu tadi" Kyungsoo tersenyum mengejek mendengar ucapan Dokter Lee

"Kenapa kau terkejut aku datang kemari? Apa kau tidak senang dengan kedatanganku?"

"Tentu saja aku senang. Aku hanya sedikit terkejut kau tiba-tiba datang. Ada keperluan apa kau dengan Perawat Kang?"

"Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya. Apa kau keberatan?"

"Aku tidak keberatan. Kau bisa berbicara dengannya sepuasmu. Apa perlu aku menyiapkan ruangan?"

"Tidak perlu"

"Maaf menyela pembicaraan kalian tetapi kenapa aku harus ikut bersama kau? Aku merasa tidak mengenalmu" Kyungsoo tersenyum sinis dengan tatapannya yang begitu tajam membuat Perawat Kang  menelan ludahnya kasar

"Ikut denganku" Kyungsoo memasang kembali topinya dan memberi isyarat kepada perawat itu mengikutinya Perawat Kang dengan ragu-ragu mengikuti Kyungsoo setelah mendapat persetujuan dari Dokter Lee

"Apa yang kau bicarakan dengan laki-laki itu di taman?"

"Aku...."

"Jangan mengatakan kau tidak tahu maksudku karena aku tidak ingin mendengar itu"

Perawat Kang nampaknya menelan ludah kasar mendengar ucapan Kyungsoo. Tatapannya nan tajam dan auranya yang menyeramkan. Bahkan nada bicaranya pun terdengar begitu dingin di telinga Perawat Kang. Kyungsoo seakan tahu apa yang ingin dikatakan perawat itu

Perawat Kang nampak berpikir sejenak memikirkan tentang apa yang dimaksud Kyungsoo. Perawat Kang mulai mengingat laki-laki yang di taman tadi

"Dokter Jang. Aku mengenalnya karena dia dulu langganan di apotik tempatku bekerja. Dia datang menemuiku menanyakan tentang sebuah obat di rumah sakit ini. Katanya obat tidak ada tersedia di seluruh apotik di kota ini. Bahkan dia sudah berkeliling rumah sakit namun hasilnya masih nihil"

"Obat apa yang dicarinya?"

"Namanya terlalu rumit. Sejenis obat-obatan yang langkah"

"Apa kau tidak bisa mengingatnya?"

Perawat Kang diam dan nampak sedang memikirkan sesuatu. Perawat Kang merogoh sesuatu di sakunya dan memperlihatkannya kepada Kyungsoo. Kyungsoo mengambil kertas itu dan membacanya

"D1NG5R0US"

"Aku akan mengambil kertas ini. Jangan katakan kepada siapapun tentang hal ini atau aku tidak akan membiarkanmu. Aku tidak pernah main-main dengan perkataanku" Perawat itu hanya mengangguk kecil menanggapinya. Walau sebenarnya dia takut dengan Kyungsoo namun dia mengendalikannya dengan baik

Kyungsoo menghela nafas kasar mendapati semua dokter dan perawat menunduk hormat padanya. Ini pasti ulah Dokter Lee yang memberitahu keadaannya. Kyungsoo mengangkat tangannya memberi isyarat agar mereka menghentikan itu. Kyungsoo menoleh sebentar ke arah perawat yang tadi berbicara dengannya dan menatapnya lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam lift

Perawat yang tadi berbicara dengan Kyungsoo akhirnya bisa bernafas lega saat Kyungsoo sudah tak nampak dalam pandangannya. Jantungnya sudah olahraga sedari tadi karena Kyungsoo

"Kau darimana dengan Tuan Kyungsoo?" Perawat Kang menoleh mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut rekan kerjanya itu. Perawat Kang mengernyit heran saat mendengar nama panggilan yang mereka tujukan untuk Kyungsoo

"Tuan Kyungsoo?"

"Iya Tuan Kyungsoo. Kau sudah mendengar tentangnya bukan?"

"Maksudmu dia Do Kyungsoo yang itu. Salah satu dari dua belas pengusaha muda yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia penelitian dan kedokteran yang ada di Korea?"

"Iya"

"Aku hanya mendengar tentang mereka tetapi tidak pernah melihat fotonya. Pantas saja auranya sungguh menyeramkan"

"Kita harus berhati-hati terhadapnya dan mereka juga. Jangan sampai membuat masalah dengan mereka atau kau tidak akan pernah hidup tenang" Perawat Kang nampak menghela nafas berat dan merasa frustasi baru mengetahui tentang hal itu

Jongdae yang baru keluar dari mobil masuk ke dalam rumah sakit. Kyungsoo menghubunginya untuk bertemu di rumah sakit saja. Jongdae segera menuju ruangan tempat Kyungsoo sudah menunggunya. Jongdae segera masuk dan menemukan Kyungsoo tengah terduduk di sofa melihat sebuah kertas yang entah bertuliskan apa

"Bagaimana dengan perawat itu?" Jongdae menghampiri Kyungsoo dan duduk di sampingnya. Jongdae mengambil kertas yang dilihat oleh Kyungsoo

"Apa ini?" Jongdae membaca apa yang tertulis di kertas itu. Jongdae mengernyit membaca tulisan itu

"Nama obat. Bagaimana dengan Professor Jang" Jongdae terkekeh membuat Kyungsoo mengernyit heran. Jongdae yang melihat Kyungsoo bingung seketika diam dan merubah ekspresi wajahnya

"Professor Jang menerima hasil tes kesehatan dari seorang perawat dan itu berasal dari rumah sakit ini. Hasil tes kesehatan itu adalah milik ke sembilan member EXO"

Kyungsoo berdiri dan memandang keluar jendela memperhatikan aktifitas-aktifitas di luar sana. Jongdae pun melakukan hal yang sama

"Aku mulai mengerti sekarang hyung. Professor Jang membuat identitas palsu sebagai dokter agar bisa leluasa mengambil obat-obatan di apotik dan rumah sakit. Dia menjadikan Perawat Kang sebagai umpan agar kita curiga terhadapnya membuat kita terlalu fokus pada Perawat Kang dan melupakan fakta darimana Professor Jang mendapatkan hasil tes itu" Kyungsoo menoleh dan menatap Jongdae. Jongdae yang seakan mengerti pikiran Kyungsoo menoleh dan berjalan mengambil kertas itu

"Obat itu akan digunakan nantinya saat dia sudah mendapatkan DNA dari para member. Dia mengambil hasil tes kesehatan itu untuk menganalisis tentang para member. Berarti setiap para member melakukan tes kesehatan, dia akan datang untuk mengambilnya. Dia ingin bermain-main rupanya"

"Kita masih belum tahu apa yang sebenarnya dia ingin lakukan. Untuk sementara waktu kita hanya bisa memantau saja"

"Kita pura-pura tidak tahu untuk sementara ini dan kita ikuti permainannya. Aku yakin ada orang dalam yang membantunya mendapatkan hasil tes kesehatan itu. Hanya perawat dan dokter yang bekerja di rumah sakit ini bisa melakukan itu dan tentu saja bukan orang luar"

Kyungsoo dan Jongdae berpandangan seakan saling mengerti isi pikiran masing-masing. Mereka berdua tersenyum penuh arti tanpa ada yang tahu senyuman mereka itu

Siguiente capítulo