"Silakan masuk sayang," kata Pete sambil membuka kan pintu mobil untuk gue. Ucapan yang penuh sindiran.
Sedangkan gue masih memilih untuk diam, masih gugup dan merasa canggung sama Pete. Lama lama tingkah Pete semakin menjadi. Dia malah godain gue terus terusan.
Niat mau gue kerjain, malah gue yang gugup bukan main sekarang.
"Kenyang sayang? Enak ya tadi makanannya?" tanya Pete saat mobil sudah dijalankan. Gue tau dia lagi nyindir gue.
"Kenapa diam, sayang? Tadi romantis banget ya kita, sayang," lanjut Pete semakin menjadi.
Gue bisa mendengar suara kekehan kecil dari Pete.
"Sendiri yang mulai. Sendiri yang gugup," sindir Pete terang terangan.
Gue sungguh merasa tertohok. Langsung gue memalingkan wajah. Ga mau Pete melihat muka gue yang udah merah ini.
"Ada yang merah, tapi bukan kepiting rebus."
SINDIR TEROS!
"Ada yang kesal tapi ga berani ngomong," kata Pete lagi.
Asli ya, rasanya gue pengen tarik tuh congornya Pete.
Gue menatap Pete tajam.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com