webnovel

BAB VII Ruang Sunyi  

Degh! Degh! ... Degh! Degh! ...

Suara jantung membangunkan Anna dari tidurnya. Sambil mencoba meraba sekitar Anna membuka mata. Kenyal dan berlendir, tangan Anna terus meraba ke sekeliling. Namun, tak ada cahaya dimana pun, gelap gulita seperti di gua.

"Tempat apa ini?"

Ghlup! Ghlup! ...

Tempat itu bergelombang tak henti-henti, bersamaan dengan itu berbagai suara mulai terdengar meskipun sangat pelan.

Shishik ... shishik! Grazzhk!

"Tempat ini ... sedang bergerak?"

Anna berpikir apakah ia sedang di dalam sebuah kendaraan? Namun sepengetahuannya, tak ada kendaraan yang lentur seperti ini di Jawa.

Lalu seketika itu Anna teringat, tentang makhluk hitam pekat bermata hijau bundar. Makhluk yang menjulurkan lidah merahnya dari dalam mulut lebarnya untuk mengusap matanya. Makhluk yang membuka rahangnya lebar-lebar dan menelannya bulat-bulat.

Lutut Anna seketika menjadi lemas, keringat mulai mengucur dan napasnya mulai tersenggal-senggal.

"Tidak ... aku sudah ...!"

Kepalanya seketika menjadi berat dan tubuhnya menjadi ringan.

Glush! ...

Seketika Anna terbangun di ruang yang sangat putih, tanpa perabot atau garis wujud ruangan. Hanyalah warna putih sejauh apapun Anna memandang.

"Anna!"

Wanita Bercahaya yang pernah menyelamatkannya dari sang serigala, muncul secara tiba-tiba dari belakangnya. Pakaiannya putih, seputih ruangan itu dan kulitnya terlihat terang menyala namun tak mencolok mata.

"Di mana ini?!"

"Mungkin ... mimpi?"

"Mimpi?"

Wanita itu melompat kedepan Anna dan mendekatkan wajahnya.

"Anna~, kuatkan dirimu. Ini belum berakhir"

"Hah?"

Wanita itu menggenggam tangan Anna lalu mengangkatnya selagi mengepalkan tangan Anna membentuk sebuah tinju. Lalu ia tersenyum pada Anna.

"Bertahanlah,kuatkan diri mu. Masih ada harapan!"

...

"Eh?!"

Anna kembali ke ruang gelap, kenyal dan berlendir itu.

Sambil menarik napas perlahan Anna mulai berpikir. 'Sesuatu ...' pasti ada sesuatu yang bisa dia lakukan.

Lalu ia mengingat tepat saat makhluk itu hendak menelannya. 'Sebuah bola yang tergantung di ujung tenggorokan itu.'

"Benda itu! Kalau aku bisa memukulnya, mungkin aku akan dimuntahkan!"

Segera Anna mengubah posturnya merangkak dengan tujuan mengetahui posisinya saat ini. Perlahan Anna terus meraba selagi merangkak dalam mulut kenyal penuh lendir itu.

Hingga sesuatu yang keras seperti tembok tersentuh tangannya. Ini pastilah gigi pikirnya. Kalau begitu bola itu ada di arah yang berlawanan!

Anna pun berbalik arah menuju bola yang ia tuju. Namun, sesaat setelah ia berbalik pijakannya menjadi melayang.

Makhluk itu tiba-tiba membuka mulutnya dan melontarkan Anna keluar dari dalam mulutnya.

Gruzak . . gruzak! Dug!

Anna terlontar ke lantai keras dan bergulung hingga menabrakan punggungnya ke sebuah tembok.

"Akh!! ..."

Namun ini bukan saatnya bersantai! Pikirnya.

Segera Anna mengarahkan pandangannya ke depan meskipun badannya masih terasa sakit dan sulit menarik napas dengan tenang.

Makhluk itu masih di depannya. Sambil membuka mulutnya makhluk itu memiringkan kepalanya.

Mata hijau bagai permata zamrud bersinar agak terang memantulkan cahaya lampu dari langit-langit ruangan itu

"Di mana ini?"

Meskipun Anna sangat penasaran dengan tempat keberadaannya sekarang, ia tak bisa melepaskan pandangannya dari makhluk di depan matanya itu.

Anna yang sudah bisa menarik napasnya, mencoba menstabilkan pernapasannya sambil perlahan meraba tembok di belakangnya.

"Hack... !!"

Makhluk itu tiba-tiba membuka dan menutup mulutnya dengan cepat lalu berputar seperti mengejar ekornya.

Sejenak pikiran Anna terlintas 'apa yang dilakukan makhluk itu?'

Kemudian makhluk itu membuka sedikit mulutnya berkali-kali sambil mengeluarkan sedikit suara seperti sedang bergumam.

Seketika itu makhluk itu melompat dan menghilang membentur tanah seakan menjadi debu asap hitam. Meninggalkan Anna seorang diri di ruangan itu.

Sebuah ruangan berbentuk kubus, berlantaikan dan bertembokkan semen dengan sebuah jeruji besi di salah satu sisinya. Di balik jeruji besi itu hanyalah kegelapan saja.

Suatu ruangan di mana angin tak berembus dan cahaya tak menembus. Hanya suatu suara air saja yang dapat Anna dengar menetes dengan tempo yang sama entah dari mana.

Tangisnya pun mulai terjatuh. Namun tak ada yang dapat ia lakukan selain meringkuk dalam sunyi.

Siguiente capítulo