webnovel

Story Dua Puluh Satu

"Lo kenapa sih, Ra?" Karina menatap Callista yang sedang menonton TV dengan muka murung.

"Gua mau pergi sebentar ya...gua mau hirup udara segar...ikut gak?" Callista bangkit dari tempat duduk.

"Enggak...nih kunci mobil..." Karina mengulurkan kunci mobilnya.

"Gak usah...gua mau naik taksi..." Callista tersenyum lalu masuk ke kamar, untuk siap-siap.

  *

     Callista turun di Mall.

       Tiba-tiba Callista berpapasan dengan Nathan.

"Callista?!" Nathan menaikkan kedua alisnya.

"Lo ngapain di sini?" Callista mengerutkan kening.

"Gua habis beli makanan..." Nathan tersenyum.

"Oh..."

"Lo mau kemana?"

"Jalan-jalan..."

"Jalan-jalan sama gua gimana?"

  Callista mengangguk "boleh...".

    Mereka pun pergi bersama.

"Lo kenapa sendiri terus kalo keluar? Gak punya temen lo?" Nathan terkekeh.

"Banyak kali kalo cuma temen..."

"Ya habis...lo kemana-mana aja sendiri melulu"

"Lagi pengen sendiri aja..." Callista tersenyum tipis.

"Lo lagi ada masalah?"

"Enggak..."

"Gausah boong! Lo kira gua gak tau...muka lo aja kusut gitu...cerita aja...gua siap jadi pendengar kok...siapa tau bisa gua tolong..."

"Gak ada yang perlu lo tolong, Than..." Callista tersenyum.

"Yaudah lo cerita aja..."

"Gua belom bisa percaya, Than..."

  Nathan tiba-tiba menarik tangan Callista untuk duduk di kursi.

"Sekarang cerita...lo harus cerita..." Nathan tersenyum.

"Maksa banget sih..."

"Gua gak tega liat muka lo kusut...terlebih lo itu pacarnya temen deket gua..."

"Lo deket sama Deren udah lama?" Callista tiba-tiba menghadap ke Nathan dan menatap lekat mata Nathan.

"Lumayan sih...udah lima tahunan lah..."

"Apa aja yang lo tau tentang Deren?"

"Banyak...sifat dia, orang terdekatnya, dan hal lainnya lah..."

"Orang terdekat dia siapa aja?"

"Banyak...ada dua sahabatnya, satu cewek dan satu nya cowok, ada juga lo...ada juga temen deket Deren, lo masih inget cewek yang seksi yang hampir peluk Deren di pesta kan?"

  Callista mengangguk.

"Nah itu temen deketnya...kaya partner nya...ya masih banyak lagi lah...ga mungkin gua sebutin satu-satu"

  Callista menghela nafas.

"Gak ada informasi yang lain..." Callista menghadap ke depan.

"Emang informasi apa yang lo butuh?" Nathan menaikkan salah satu alisnya.

"Friska itu siapanya Deren sih?" Callista mengerutkan kening.

"Sahabatnya...tapi Friska pernah ngaku kalo dia suka sama Deren...kayanya sekarang pun masih suka..."

"Ohh...tapi Deren pernah ada hubungan lebih dari sahabat sama Friska?"

"Enggak...setahu gua mereka cuma sahabatan..."

"Ohh...Deren pernah punya orang istimewa sebelum gua?"

"Ada sih...tapi bukan gua yang seharusnya cerita...Deren bakal cerita sendiri ke elo...jadi lo tunggu aja..."

  Callista menghela nafas.

*

   Saat Callista sampai di apartemen dan membuka pintu apartemennya, dia kaget...ada Deren di ruang tamu nya.

"Deren?" Callista mengerutkan kening.

  Callista lalu menatap Karina yang hanya diam berdiri kaku tak jauh dari Deren.

      Wajah Karina terlihat takut.

"Ikut aku..." Deren menarik tangan Callista.

"Deren, lepasin aku...Deren...sakit..." Callista mencoba melepas tangannya dari Deren, namun percuma.

   Deren tak melepaskannya.

      Deren memasukkan Callista ke mobilnya dan memasang seatbelt Callista.

Lalu dia naik dan menjalankam mobilnya.

"Deren turunin aku, gak! Kamu gak bisa paksa aku gini..." Callista terus memaksa untuk di turunkan.

  Tiba-tiba Deren menghentikan mobilnya mendadak.

    Jidat Callista terbentur air bag mobil.

"Auu..." Callista memeganggi jidat nya.

"Kamu mau bunuh aku?!" Callista membentak Deren.

  Terdengar nafas berat dari seorang Dareen Francisco.

     Deren menghadap ke Callista, dan menganggam kedua tangan Callista.

"Callista...maafin aku...aku gak bermaksud buat sakitin kamu...buat bohongin kamu...semua itu aku gak pernah bermaksud gitu...aku bohong karena demi kebaikan...jadi plis...maafin aku..."

"Gak ada bohong demi kebaikan, Der..." Callista menatap tajam Deren.

"Aku bakal lakuin apa aja yang kamu mau...asal kamu gak marah lagi..." Deren mencium kedua tangan callista.

"Aku mau kamu ceritain rahasia kamu...kamu ceritain siapa perempuan yang ada di bingkai foto di kafe papah kamu yang lagi di pangku kamu..."

  Deren langsung menatap Callista perlahan.

"Aku gak bisa cerita sekarang..."

"Kenapa? Kenapa gak bisa? Kamu mau aku mati penasaran?!" Callista mengerutkan kening.

"Enggak gitu...minggu depan aku bawa kamu ke suatu tempat...dimana semua rahasia tentang perempuan itu akan terungkap...bukan sekarang ya..." Deren tersenyum tipis.

"Yaudah" Callista menarik tangannya.

"Kita pulang?"

"Iya..." Callista menghadap ke jendela mobil.

  Deren menjalankan mobilnya.

     Tiba-tiba Deren menghentikan mobilnya di depan apotek.

"Kenapa berhenti?" Callista mengerutkan kening.

"Bentar" Deren keluar mobil.

   Tak lama kemudian Deren kembali membawa sebuah kotak kecil.

"Apa itu?" Callista mengerutkan kening.

"Salep..." Deren membuka kotaknya.

   Lalu Deren menarik tangan Callista, membuat posisi Deren lebih dekat dengan Callista.

"Ngapain?" Callista mengerutkan kening.

"Pakein salep dulu..." Deren mengoleskan salep ke jidat Callista.

"Kenapa gua jadi deg-deg an gini ya dekat sama Deren...masa gua jatuh cinta...ya gila aja...baperan banget sih..." Callista berbicara dalam hati, Callista hanya menatap Deren.

"Kenapa ngeliatin aku kaya gitu? Udah jatuh cinta sama aku?" Deren menarik salah satu sudut bibirnya.

"Apaan sih!" Callista langsung menjauh.

"Pipi kamu merah..." Deren terkekeh.

  Callista langsung memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

"Sini aku lihat..." Deren menarik tangan Callista.

"Enggak mau..."

"Aku mau lihat, sebentar aja..."

"Aku gak mau..."

"Sebentar aja...sama lihat luka nya..."

"Luka aku udah gak papa...aku gak mau di lihat..." Callista merengek.

"Yaudah siniin tangan kanan kamu...biar aku obatin..." Deren menarik tangan kanan Callista, lalu memberinya salep.

Siguiente capítulo