"Permisi, Pak..." Callista mengetuk pintu ruangan Deren.
"Iya? Masuk" Deren mempersilahkan Callista.
"Ini berkas yang sudah saya perbaiki..." Callista menaruh beberapa kertas di atas meja Deren.
"Ohh...baik"
"Permisi...saya mau pergi"
"Callista!"
Langkah Callista berhenti.
"Apalagi dah nih cowok! Sekali lagi cari masalah, habis hidup lo" Callista mengomel dalam hati.
"Iya..." Callista menengok dan tersenyum terpaksa.
"Nanti jadi kan, temenin saya lembur?" Deren tersenyum.
"Gak, kalo gua bisa bilang enggak, gua bakal bilang! Tapi karena gak bisa jawab enggak, yaudah...terpaksa nih, bilang jadi!" Callista menghela nafas, dia terus mengomel dalam hati.
"Iya, jadi" Callista pun langsung pergi.
Deren terkekeh melihat tingkah Callista.
*
Jam makan siang pun tiba...
"Karina kok gak nyamperin gua, ya..." Callista hanya bengong di kursi kerjanya.
Tok,tok,tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Iya...buka aja" Callista dengan malas menjawab ketukan itu.
"Hai..." Deren muncul dari balik pintu.
"Ohh...si monyet" Callista berkata dalam hati.
Callista pun menghela nafas, dan memutar bola mata malas.
"Ada apa?" Callista dengan santai duduk di kursinya, dia tak peduli lagi.
"Mau makan siang bersamaku?" Deren tersenyum tipis.
"Gak...gua udah bareng temen"
"Mana temennya?"
"Nunggu"
"Karina kan?"
"Heem"
"Karina tadi pergi, katanya mau ambil barang...jadi dia gak bisa nemenin kamu makan siang"
"Boong banget" gerutu Callista.
"Gak percaya? Telfon aja" Deren tersenyum.
"Keknya dia gak boong deh...ahh, jadi males deh!" Callista menghela nafas.
"Yaudah iya" Callista akhirnya nurut pada Deren.
Deren dan Callista pun pergi makan siang bersama.
***
"Kita ke restoran Papah aku, ya...aku mau ngenalin seseorang ke kamu" Deren tersenyum dan berbicara dengan Callista sambil menyetir.
"Iya..." Callista hanya mainan hape, dia terus mencoba mengirim pesan pada Karina, tapi hanya centang satu.
"Sangat menyebalkan!" gerutu Callista.
"Kenapa?" Deren yang samar-samar mendengar ucapan Callista pun bertanya.
"Ehh...enggak" Callista tersenyum kikuk.
Sesampai di restoran besar, restoran bintang lima, semacam restoran ala cina gitu.
Di restoran itu terdapat beberapa bingkai foto..dimana ada dua cowok dan dua cewek di situ...tapi ada foto dimana Deren memanggku seorang perempuan dengan paras cantik dan boodygoals.
"Sepi banget" Callista menatap sekeliling.
"Emang udah di booking" Deren menggandeng tangan Callista, dia tersenyum, berjalan menuju perempuan yang menggunakan dres merah.
"Ohh..." mata Callista tertuju pada seorang perempuan cantik itu, dia dengan tenang duduk di sana, dan di restoran ini...ada beberapa foto, ada empat orang di foto itu...ada Deren juga...sepertinya mereka sahabatan, atau saudara, atau apa...
"Hai, Friska!" Deren berpelukan dengam perempuan itu.
"Ha? Pelukan?" Callista kaget melihatnya.
Callista baru sadar, perempuan itu adalah salah satu orang yang ada dalam bingkai foto yang terpasang di setiap dinding restoran ini.
"Dia siapa, sih?" Callista bertanya-tanya dalam hati.
"Hai, Frans!" Perempuan itu membalas pelukan Deren, dia terlihat sangat bahagia.
"Frans? Apa lagi sih ini?!" Callista mengerutkan kening.
Otaknya terus berputar, dia terus bertanya-tanya akan apa yang sedang terjadi.
"Gua kangen banget sama lo, Frans!"
"Gua juga kok, Ka" Deren tersenyum pada perempuan itu.
"Gua agak kaget liat lo! Ganteng banget lo sekarang!" Perempuan itu terkekeh, dia tersenyum lebar...sangat terlihat bahagia...tapi Callista hanya diam...seakan dia hanyalah pengikut Deren.
"Haha...makasih pujiannya..." Deren terkekeh.
"Restorannya gak berubah! Masih ada foto kita ternyata" Perempuan itu tersenyum lebar.
"Mereka ngomongin apa sih? Ini gua suruh ngapain?" Callista hanya bingung.
"Ehh iya! Lo mesti kenal sama orang ini..." Deren menarik Callista.
Callista hanya menurut.
"Kenalin...ini namanya Callista...dia calon istri gua" Deren tersenyum lebar, terlihat rasa bangga di wajahnya, Deren merangkul pinggang Callista.
"Ha? Calon istri? Gila nih cowok!" mata Callista melotot, hatinya terus berkata-kata.
"Ha? Calon...istri?" Perempuan itu terlihat kaget.
"Iya...calon istri..." Deren terkekeh.
"Dan Callista...kenalin, dia ini sahabat aku...namanya Friska, dia lanjut kuliah S3 di singapore, sebelum ke singapore, dia satu universitas sama aku..." Deren terlihat bahagia hari ini.
"Hai..." Callista tersenyum canggung.
Friska hanya memandang seakan benci akan Callista.
"Jauh-jauh gua dari singapore ke indonesia...maksud gua buat ambil hatinya si Frans...si cewek ini dengan mudahnya muncul dan mengangetkan gua dengam kenyataan dia ini calon istri nya Frans! Gila sumpah gila! Gua gak terima!" Friska berbicara dalam hati.
"Yaudah, ayo duduk..." Deren mempersilahkan mereka duduk.
"Kalian mau pesen apa?" Lanjut Deren.
"Gua samain aja sama lo..." Friska tersenyum tipis.
"Oke! Kamu apa?" Deren bertanya pada Callista yang dari tadi hanya diam.
"Emm...jus alpukat ada?" Callista menaikkan kedua alisnya.
"Ada..." Deren menjawab.
"Gua jus alpukat aja" Callista tersenyum terpaksa.
"Makanannya?" Deren mengerutkan kening.
"Lagi gak makan...nanti sore aja makannya" Callista tersenyum canggung.
"Ohh...yaudah" Deren mengangkat tangannya, memanggil salah satu pelayan, lalu menyebutkan pesanan mereka.
"Kalian kenal sejak kapan?" Friska membuka pembicaraan.
"Sejak...belum lama sih" Deren tersenyum.
Belum pernah ada yang di senyumin Deren se akrab ini kecuali Callista, dan baru kali ini Callista melihat Deren tersenyum akrab pada orang lain.
"Ohh..." Friska mengangguk-angguk.
"Berarti agak mudah buat hancurin hubungan kalian dong" Friska berbicara dalam hati, dia menarik salah satu sudut bibirnya.
"Calon lo cantik banget" Friska tersenyum.
"Iya, dong" Deren menjawab.
"Emang pinter milih lo!" Friska terus mengobrol dengan Deren.
Callista seperti nyamuk, hanya diam mendengarkan argumentasi mereka.