"Sihir, kata Anda ?!"
Liliana menatap padaku seakan menentang dengan sangat ide yang kuucapkan padanya. Pandangannya begitu tajam padaku, kedua matanya yang berwarna biru tersebut.
"Benar, kita akan menggunakan sihir."
Ia menggelengkan kepalanya, lalu memegang dahinya sendiri. Hembusan nafasnya yang ia keluarkan lewat mulut mencerminkan dirinya yang tengah berpikir keras.
"Yang Mulia, bukankah Anda tahu Sihir itu dilarang di Kerajaan ?"
"Aku tahu Sihir dilarang di Kerajaan. Tetapi itulah salah satu cara agar dapat mengalahkannya, jika kita melawannya dengan kekuatan fisik, kita akan kalah jumlah Liliana."
"Ta-Tapi !"
"Kamu juga pernah menggunakan sihir bukan, sewaktu perang dahulu."
Aku membuatnya mengingat kembali saat dimana dirinya mengeluarkan Sihir menggunakan pedangnya, sebuah angin besar ia keluarkan sewaktu mengibaskan pedang, membuka gerbang istana yang tertutup rapat.
"Jangan samakan Sihir dengan Berkah, Yang Mulia !"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com