webnovel

Bab 9

Pagi ini Blenda bersiap-siap untuk pergi camping, dan alhasil Bryna lah yang mengantar Blenda pagi ini sekalian pergi ke sekolah Blenda. Untung saja kaki Blenda sudah agak membaik walau masih sakit jika di tekuk. Dan Puji Tuhan banget pagi tadi Elisabet dan juga Adam sudah berangkat ke bandara bersama dengan Dimas. Nikmat mana yang sudah kita lewatkan pagi ini. Dengan semangat Bryna pun menurunkan Blenda tepat di depan gerbang sekolah milik Bryna. Tentu saja Bryna tidak turun dari mobil yang ada semua orang bakalan tau siapa mereka berdiam.

"Ingat lo jaga kesehatan, jangan sakit-sakit gue enggak ada. Terus nih ya sepatu lo jangan lo lepas. Kaki lo jangan menyentuh tanah, kalau gak alergi lo bakalan kambuh dan sulit di hilangin di hutan gaada dokter. Lo harus mandiri gak boleh merengek. Kalau ada hewan atau binatang yang nyerang lo, apa lagi hantu, banyak-banyak berdoa. Semoga lo pulang dengan selamat, dan jangan lupa juga bawa Rosario buat melindungi lo dari marabahaya selama gue gaada di samping lo. Gue gak bisa jagain lo kalau lo ngalas begini." cerocos Bryna tanpa henti dan membuat Blenda tersenyum.

Bukannya marah Blenda malah ketawa, mengingat ini pertama kalinya Bryna bilang panjang lebar seperti saat ini. Yang ada biasanya malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, dan ini patut di musium kan.

"Tas lo di belakang lo ambil sendri, gue gak turun yang ada semua orang bakalan tau siapa kita."

"Yaudah gue turun, jemput gue hari rabu jam 5.an mungkin udah sampai di sekolah."

"Iya kalau gue gak lupa."

"Nah kan songongnya keluar lagi, baru juga jadi mak-mak cerewet."

"Bawel lo, turun sono lo ambil tas lo dan ngalas sana lo sama Mozza. Jangan deket-deket dia belum jinak."

Blenda tertawa dan mempalingkan wajahnya menatap Mozza yang berada di dekat pintu masuk sekolah ini. Dia pun langsung turun dan mengambil tasnya dan menghampiri Mozza.

"Dasar bocah cinta." dumel Bryna dan meninggalkan sekolah miliknya sendiri.

Blenda pun langsung tersenyum saat menatap ke arah Mozza. Dia pun langsung meletakkan tas kecil yang dia bawa, di atas ransel Mozza.

"Di anter siapa? Kok gak turun yang nganter." tanya Mozza.

"Sopir tadi, jadi langsung pulang, ayo masuk absen dulu."

Mozza tersenyum dan langsung menarik tangan Blenda untuk masuk dan absen. Setelah itu menarik tas miliknya di bagasi buat dan naik ke dalam bus.

"Eh bukannya lo di bus dua ya kok di sini." Kata Blenda menatap Mozza bingung.

Gimana gak bingung kalau tiba-tiba saja Mozza dan kedua temannya masuk ke dalam bus Blenda. Padahal mereka tidak satu kelas.

"Ya gak papa kan gue OSIS jadi bebas mau naik bus mana aja. Lagian Pak Agung juga gak masalah kok. Gue duduk sama lo ya."

"Enak aja, Bryna duduk sama gue." sahut Alexa cepat.

"Lo duduk aja sama si Dirga, dia nganggur."

"Gamau, gue maunya sama di Bryna bukan Dirga"

"Bawel lo, pokoknya lo duduk sama Dirga, gue mau duduk sama pacar gue masalah buat lo." kukuh Mozza.

"Ehh."

Bukan hanya Alexa yang kaget, tapi Blenda juga yang kaget saat Mozza bilang duduk dengan pacarnya. Itu otomatis Blenda kan? Bukanya tadi Mozza bilang ingin duduk dengan dirinya?

Langsung saja bus ini gaduh dengan pengajuan Mozza. Semua anak berteriak dan membuat Blenda menunduk malu. Dia pun langsung duduk dan menutup wajah nya. Semoga saja wajahnya gak merah dan degup jantungnya bisa normal kembali.

Bawaan lahir atau apa sih jantung gue berdebar begini . Batin Blenda.

Dan ya Alexa pun mengalah dia pun duduk bersama Dirga di belakang Blenda. Sedangkan Mozza dia sudah duduk di saling Blenda dan mengacak rambutnya.

Tak lama bus yang di tumpangi Mozza dan Blenda pun berkala meninggalkan pekarangan sekolah ini. Di tengah jalan Didot yang membawa gitar pun langsung di rampas oleh Mozza.

Mozza berdiri dan berdehem tapi matanya terus menatap ke arah Blenda yang ternyata juga menatapnya. Mozza pun menarik nafasnya dalam dan tersenyum, gugup tentu saja iya. Mengingat selama ini mereka saling bertengkar dan sekarang malah dekat. Membuat jantung Mozza tidak sehat. Mungkin setelah camping dia harus periksa ke dokter siapa tau jantungnya bermasalah.

"Ehem, saya berdiri di sini untuk menghibur kalian semua, semoga kalian suka." ucap Mozza layaknya pengamen jalanan yang keluar masuk ke dalam bus.

Blenda tertawa kecil akan ucapan Mozza yang hampir saja mirip dengan pengamen jalan. Hingga suara Mozza benar-benar membuat Blenda terhipnotis dan menatap bola mata Mozza yang menatap Blenda. Seakan lagu ini di persembahkan untuk Blenda.

Lagilu bukti. Bukan hanya Mozza saja yang bernyanyi tapi hampir semua anak yang berada di bus ini ikut bernyanyi. Ada juga yang menari dan bertepuk tangan

Tentu saja mereka semua menatap Mozza yang terus menatap Blenda dengan memuja, sesekali berteriak dan juga mengoda mereka berdua. Tapi sayangnya mereka berdua asik dengan dunia mereka, asik dengan detak jantung yang mereka rasakan, asik dengan suasa yang mendukung walau ini bus dan banyak anak yang ikut bernyanyi di sini.

******

Kalau saat ini Blenda di nyanyikan lagu oleh Mozza, lain halnya dengan Bryna yang sedang berlari di lapangan untuk menghindari dari tangkapan Hanzel.

Tentu saja perlakuan mereka bedua itu menyita perhatian semua anak di sekolah ini, untuk menikmati acara yang mereka tayangkan di sini. Sesekali semua anak berteriak histeris, saat melihat Hanzel melepas kemejanya dan melemparkannya di pinggiran lapangan. Dan kembali berlari mengejar Bryna yang tidak memiliki rasa lelah itu saat berlari.

Walau sejujurnya Bryna sudah ngos-ngosan apa lagi ini olah raga dan sinar matahari sangat terik. Kenapa tidak mendung saja kan enak gak panasan, mungkin Bryna salah hari saat ini makanya hari ini cerah dan panas.

Sesekali Bryna mengusap peluhnya yang terus bercucuran di dahinya, dia tidak peduli semua anak berdiri di pinggiran lapangan menatap mereka berdua.

Hingga kaki Bryna mereka dadak lemas dia sudah tidak sanggup lagi untuk berlari. Entah sudah berapa putaran tapi ini sudah satu setengah jam Bryna berlari dan di kejar oleh Hanzel.

Saat tau Bryna memenangkan Hanzel pun langsung berlari cepat dan menarik pinggang Bryna. Hingga membuat Bryna jatuh ke dalam pelukannya.

Kepala Bryna pun bersandar di dada bidang Hanzel. Nafasnya terengah, tangannya mengalun dengan indah di lengan Hanzel. Dan hal itu malah membuat Hanzel tersenyum dan semakin mengeratkan pelukan nya di pinggang Bryna.

"Gue menang, dan tepatin janji lo sayang." Bisik Hanzel.

Bryna tidak menjawab dia hanya mengangguk. Suaranya sulit untuk keluar dan dia juga tidak bisa berontak. Dia bukan orang yang ingkar janji, janji adalah hutang dan harus di bayar bukan? Yang terpenting saat ini Bryna pun menjadi dapat mobil sport terbaru dari hanzel.

Bryna pun langsung memeluk Hanzel mengesekkan hidupnya di dada bidang Hanzel. Sungguh dia sangat capek bahkan kalau tangan Hanzel tidak di pinggangnya pun Bryna sudah yakin jika dia akan ambruk di lapangan ini.

Semua orang bersorak bahagia melihat pemandangan ini. Apa lagi kedua teman Hanzel yang langsung bertepuk tangan dan langsung berjalan ke arah Hanzel.

"Weh selamat bro jadian juga lo berdua." ucap Alceo bertepuk tangan.

Hanzel tertawa, "Iya iya."

"Jan lupa traktirannya Bos banyakin." sahut Bara.

Hanzel mengangguk dan melepas pelukannya. Tapi nyatanya Bryna menahannya dan menggelengkan kepalanya. Tentu saja hal itu membuat Hanzel curiga.

"Kenapa?" tanya Hanzel berbisik

"Capek, kaki gue lemes, gak bisa jalan." Jawab Bryna lirih.

Tanpa aba-aba Hanzel pun langsung menggendong Bryna dan membuat semua orang memekik kegirangan. Bahkan ada juga yang sudah memvidio dan juga mempoto mereka berdua. Sedangkan Bryna hanya bisa menutup wajahnya dengan menyembunyikan wajah nya di balik tubuh Hanzel.

Hingga akhirnya mereka pun sampai di lapangan. Hanzel langsung mendudukkan Bryna di kursi kantin, dan Hanzel pun langsung memesan makanan dan juga minuman untuk dirinya dan juga Bryna.

"Berhubung gue baik hari ini, lo semua gue traktir." teriak Hanzel.

Alceo dan Bara pun langsung bersorak gembira dan memesan beberapa makanan, hingga meja makan kantin ini penuh dengan makanan yang di siapkan oleh ibu-ibu kantin.

Sedangkan Hanzel dia langsung menyuapi Bryna yang mendadak lemas itu. Mungkin tadi pagi Bryna belum sarapan makanya dia terlihat pucat dan juga lemas. Tapi karena kejadian ini Hanzel bisa memenangkan Bryna dan membuat Bryna di sampingnya. Mungkin ini saatnya, dan tidak harus kucing-kucingan lagi.

*****

Sampainya di tengah hutan Blenda pun langsung mendirikan tendanya yang dia bawa dari rumah. Walau sekolah ini menyiapkan semua peralatan camping, tapi tetap saja Blenda ngotot bawa tenda sendiri dari rumahnya.

Tidak mudah mendirikan tenda kalau saja tidak di bantu oleh Mozza. Sedangkan Alexa dan juga Rachel sesekali membantu, tapi banyak ngeluhnya. Kalau dia capek dan alhasil Blenda sendiri yang bekerja bersama dengan Mozza.

Setalah sudah berdiri semua anak langsung membagi kegiatan mereka. Ada yang mencari kayu bakar, masak dan banyak juga yang tidak melakukan apapun, dan masih mendirikan tenda mereka.

Sama halnya dengan Blenda saat ini. Yang mendapat bagian mencari kayu tentu saja tidak sendiri tapi ramai-ramai Mozza juga ada di sana bersama dengan temannya.

Setelah merasa cukup, Blenda pun mengikat kayu itu dengan tali yang dia temukan di bawah pohon. Mungkin bekas orang lewat atau petani atau bahkan orang yang suka berkeliaran di sini

"Sini gue bawain kayunya." ucap Mozza merebut kayu di tangan Blenda.

"Eh eh gausah Za gue bisa kok bawa begini doang gak papa." tolak Blenda

"Udah deh gausah nolak kalau gue bilang gue ya gue" kukuh Mozza

"Kepala batu." gerutu Blenda tapi memberikan kayu bakatnya ke arah Mozza.

Dan setalah ini mereka pun langsung menuju perkemahan. Dan menatap semua anak yang ternyata sudah duduk lihai di depan tendanya.

Mozza langsung melempar kayu itu di tengah-tengah mereka sedikit lemparnya. Setelah itu semua anak yang ikut kayu bakar pun sama halnya dengan mozza.

"Hah capek." keluh Blenda memijat kakinya yang terasa sakit.

Bagaimana gak sakit, kalau habis turun dari bus mereka langsung berjalan entah berapa kilo, hingga mereka sampai di tempat tujuan. Dan bukannya beristirahat mereka semua langsung mendirikan tenda dan juga mencari kayu bakar, dan langsung memasak bagi yang mendapat jatah memasak.

Mozza datang dan langsung menyodorkan sebotol minum ke arah Blenda.

"Terima kasih." katanya tersenyum manis dan membuat Mozza kehilangan akal.

Tentu saja dia langsung terpesona dengan cewek di hadapannya saat ini. Apa lagi mengingat Bryna tidak pernah senyum sekali pun dengan orang lain, berucap maaf, Terima kasih bahkan tidak pernah keluar dari mulut sablaknya. Tapi kali ini malah Mozza sering mendengar kata itu, dan juga menikmati senyum itu.

Pak Agung pun datang dan langsung menggunakan data mereka semua. Agar Pak Agung tau kalau anak didiknya tidak ada yang yang hilang apa lagi ketinggalan. Dan semuanya lengkap.

"Bry mojok mulu lo sama Mozza, mentang-mentang udah baikan aja kita di lupakan." omel Rachel tidak Terima.

"Gue gak lupain lo, lo tetap jadi sahabat baik gue" jawaban Blenda malah membuat Rachel tertegun, dan setelah itu memeluk Blenda bersamanya dengan Alexa

"Jadi sampai mana hubungan orang berdua?" tanya Alexa

"Sampai mana apanya? Orang kita gaada hubungan kok." jawab Blenda melirik ke arah Mozza.

"Za kode tuh masak lo gak peka." kata Nathan tiba-tiba dan ikut nimbrung.

Dirga pun datang dan langsung duduk di samping Alexa. Dia pun menatap cewek yang penampilannya sudah kayak preman ini. Dan setelah itu menatap Rachel yang memiliki sikap lembut tapi tegas sama hal nya dengan Bryna, dia pemberani.

"Dari mana lo berdua baru datang ke sini?" tanya Mozza

"Dari sana, abis ketemu Pak Agung."

"Ngapain lo? Bikin rusuh kan lo. Udah gue tebak." kata Alexa menimbrung

"Dasar mulut sablak, kagak lah. Orang gue gak ngapa-ngapain kok, cuma di suruh siapin bendera hijau doang."

"Halla ngaku lo, bikin rusuh kan lo, terlalu banyak alasan"

"Yah nama ya juga lelaki Lex, pinter boong. Yang kemarin aja belum ketelen, eh udah di tambahin lagi, nyangkut dah di tenggorokan." ucap Rachel.

"Nyamber aja mulut lo Chel kek listrik baru di colokin." kekeh Mozza dan membuat semua orang tertawa kecuali Nathan.

"Udah deh udah gausah berantem begini, kayak sedang curhat aja lo." kekeh Blenda.

"Yah gimana lagi dong nama ya juga lelaki begitu."

"Eh gue juga cowok ya tapi gue gak gitu ya, nyatanya gue gak pernah boongin Bryna selama ini. Ya kan Bry." jawab Mozza seakan dia sedang, membela kaumnya.

"Dih mana gue tau, sekarang di sini lo bilang baik, sedangan di belakang gue? Gue juga gatau apa yang lo lakuin selama gue gatau." Jawab Blenda dan membuat kaum wanita tertawa puas.

"Yaudah mulai besok gue izin terus sama lo, biar lo tau apa yang gue lakuin setiap hari. Kau perlu lo gue bawa pulang ke apartemen gue tinggal serumah sama gue, biar lo juga tau kegiatan apa aja yang setiap hati gue lakuin." Jelas Mozza dan membuat Blenda mendeliki.

"Kode bikin dedek." Kata Nathan yang sejak tadi diam saja.

"Kode tanda-tanda bakal jadian." Kata Alexa.

"Kode kasih sayang yang sekian lama terpendam dan dan akhirnya terungkap." Kata Dirga panjang lebar.

"Kepanjangan oon, bego sih lo." Cibir Alexa

Dan ya. Akhirnya mereka pun saling bertengkar satu sama lain. Tentu saja hal kocak itu membuat semua orang yang berada di sini langsung tertawa terpingkal dengan tingkah mereka.

*****