webnovel

Bab 4

Blenda menatap ponselnya yang sejak tadi berdering. Dia pun membaca sederet angka baru di kontaknya. Tanpa mau peduli dia pun meletakkan ponselnya kembali di tempat asalnya. Dia tidak kenal nomor itu dan mungkin saja tidak penting atau bahkan orang iseng yang akan mengerjai dirinya, atau mungkin salah sambung.

Lagi-lagi ponsel itu berdering dan Blenda pun hanya menatap ponsel itu dengan malas. Nomor yang sama pikir Blenda.

"Kok gak di angkat Kak." kata Elisabet--mami Blenda dan juga Bryna.

"Males ah Mi palingan juga orang nyasar, kalau gak orang iseng aja, lagian aku gaada kontak ya dia juga." jawab Blenda.

Bisa di kata Blenda ini paling gak suka di gangu. Dia paling benci kalau nomor baru terus menerornya, kecuali kirim pesan dulu kasih identitas baru Blenda mau merespon.

"Angkat aja dulu siapa tau penting."

Blenda menggelengkan kepalanya, hingga dia menatap Bryna sang adik yang baru saja turun dari tangga. Dan setelah itu berbaring di samping Blenda dengan kepala yang berbatasan paha Blenda.

Ponsel Blenda berbunyi kembali, Bryna pun langsung mengambil ponsel Blenda dan menatap deretan angka yang tak asing bagi dia. Bryna pun langsung membuka ponselnya dia mengetik angka itu di ponselnya sendiri dan mendelik.

"Eh ini bocah ngapain telepon lo mulu." Kata Bryna menunjukan nomor asing itu pada Blenda.

"Lo kenal?" jawab Blenda menatap Bryna.

"Kenal lah, ini kan Mozza ketos songong itu, ngapain dia telepon lo dan dari mana dapat nomor telepon lo." Cerocos Bryna

Blenda yang sadar pun langsung merebut ponselnya dan mereka tombol hijau. Tanda jika dia menerima panggilan itu dan sekaligus membuktikan ucapan Bryna. Apa benar ini Mozza atau bukan.

"Haloo siapa ya." Kata Blenda basa basi walau dia sudah tau.

Sedangkan Bryna hanya memutar bola matanya malas dan berkata drama dengan gerakan bibir tanpa suara.

"Ini gue Mozza, gue gangu lo ya?"

"Eh engak kok, sorry tadi gue masih makan, gatau kalau lo telepon gue."

"Bohong." jawab Bryna tanpa suara dan mendapat pukulan dari Blenda.

"Iya gak papa kok. Jangan lupa ya besok nonton gue, gue tunggu di area."

Blenda tertawa, "Iya besok gue bakal nonton lo kok, tenang aja kalau perlu gue duduk paling depan"

"Gue jemput mau? Dari pada nanti ketemu di sana, mendingan gue jemput lo aja di rumah sekali gue bilang ke ortu lo biar mereka gak khawatir."

Blenda diam melirik Elisabet yang saat ini menatapnya, apa lagi Bryna yang menunjuk Blenda dengan dagunya.

Karena kikuk di tatap begini Blenda pun menunduk dan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Emm terserah lo aja deh." jawab nya dengan nada terkecil. Berharap Bryna dan Elisabet tidak memiliki dengarnya. Tapi sayang mereka sudah tau.

"Jam 3 gue jemput."

"Iya." jawab Blenda dan tersenyum walau Mozza tidak melihatnya tapi hal itu membuat Bryna dan Elisabet penasaran

Blenda mematikan sambungan telepon itu saat Bryna bangun dari tidurannya. Dia pun menatap dua wanita di hadapannya dengan bingung.

"Ada apa?" tanya Blenda bingung

"Siapa Kak yang telepon kok langsung senyum gini." kata Elisabet.

"Bukan siapa-siapa Mi." jawab Blenda.

"Halla sok malu lo, Mozza kan yang telepon. Gue denger jam 3 lo mau ngapain sama dia." kata Bryna mendesak agar Blenda mau bercerita padanya saat ini.

"Apaan sih lo, sok tau."

"Gue denger oon, suaranya kenceng ya kali gue budek."

"Siapa tau lo lagi tuli sesaat makanya telinga lo bermasalah."

"Eh bangke lo jadi Kakak, gue sumpahin lo jatuh cinta beneran sama Mozza."

"Haduhh kalian ini jangan berantem, siapa sih Mozza dan Kakak mau kemana jam tiga?" Lerai Elisabet.

"Mozza ketos songong di sekolah Bryna Mi, sekarang malah deketin Kakak. Dia itu pacar Kakak Mi." Adu Bryna dan mendapat pukulan syahdu dari Blenda

"Jangan percaya Mi, boong aja dia bukan pacar Blenda kok."

"Kalau bukan kenapa janjian jam 3 hayoo mau kemana lo, kencan kan."

"Tau ah gue mau tidur." Kata Blenda dan berlalu.

Bryna tertawa kencang menatap Nlenda yang salah tingkah apa lagi Elisabet yang masih bingung dengan tingkah mereka.

"Dia kenapa, Dek " Kata Elisabet.

"Jatuh cinta Mamiku sayang." jawab Bryna gemas. Kalau saja deket mungkin Bryna udah mencubit kedua pipi Elisabeth dengan gemas.

"Siapa yang jatuh cinta ?" ucap seseorang

Bryna dan Elisabet pun menoleh dan tersenyum.

"Kak Blenda jatuh cinta, Papi." jawab Bryna tersenyum jahil.

"Jatuh cinta sama siapa?"

Bryna menggidikan bahunya dan bediri dari duduknya. dia pun tersenyum manis dan setelah itu berlalu.

******

Tepat jam 3 sore mozza benar-benar menjemputnya dan berpamitan pada Elisabet--Mami Blenda. Tentu saja dengan ancaman Bryna kalau yang keluar saat ini Blenda bukan Bryna. Dan akhirnya mereka pun mengaku telah bertukar tempat.

Sedikit malu apa lagi Elisabet yang terang-terangan mengoda Blenda. Untung saja acara berpamitan itu tidak lama dan mereka langsung menuju area pertandingan.

Dan di sini tiket yang di berikan Mozza tidak berguna, saat Mozza mengajaknya duduk di pinggir lapangan bersama dengan Pak Sinyo, guru olah raga sekolah Blenda.

"Gue tanding dulu, do'ain menang ya." Kata Mozza.

Blenda mengangguk, "Semangat." katanya dan membuat Mozza tersenyum.

"Nasip jomblo gaada yang nyemangatin." ucap Dirga lesu.

"Gue semangatin ya Ga, abis gini lo semangatin gue." ucap Nathan.

"Iya deh dari pada kagak ada Nat." jawab Dirga pasrah.

"Semangat Dirga." teriak Nathan dengan ekspresi seperti anak cewek.

"Iya kamu juga ya Nathan semangat." teriak Dirga.

Sedangkan Mozza dan juga Blenda pun hanya tertawa dengan tingkat mereka. Bukan hanya mereka tapi semua anak yang berada di sini.

Sekali lagi Mozza menatap Blenda dengan curiga bukannya setiap hari bertemu Bryna dia selalu bertengkar, tapi dua hari ini Bryna nampak berubah, apa mungkin dia sudah tidak marah lagi dengan Mozza. Atau mungkin dia sudah nwnerima keberadaan Mozza kali ini?

"Eh kampret ayo tanding, ngapain lo di sini liatin Bryna mulu." kata Nathan menepuk bahu Mozza.

Mozza pun tersenyum dan mengangguk. Sedangkan Blenda hanya bisa tersenyum dan memperhatikan mereka semua yang berlari ke arah tengah.

Pertandingan selama satu jam ini pun berlangsung dengan meriah, apa lagi beberapa kali Mozza mencetak point begitu juga dengan anggota yang lain.

Bahkan saat ini point Mozza masuk memimpin, sedangkan sang musuh sudah kelewat jauh dari kata menang.

Suara peluit membuat semua anak yang berlarian di sana berhenti dan melompat. Pertandingan usai dan di menagkan oleh geng Mozza.

Blenda pun berdiri saat Mozza berlari ke arahnya. Dia pun langsung mengambil handuk dan juga air mineral dan memberikannya pada Mozza.

"Terima kasih." kata mozza dan langsung meneguk minuman itu.

"Sama-sama." Jawab Blenda tersenyum.

"Air minum gue mana Ga, handuk juga mana, gak Lo siapin apa?" kata Nathan celingukan. Apa lagi saat melihat Blenda dan juga Mozza tadi.

"Handuk lo gue jemur di warungnya Bu Siti, terus air mineral lo gue buang ke parit." jawab Nathan sebal.

"Jomblo maa bisa apa, bisanya jadi penonton." kata Dirga lesu dan duduk di samping Nathan.

"Muka lo gausah di melasin, gue gak tertarik sama lo." Kata Mozza melempar handuk ke arah Dirga.

"Sialan lo, mentang-mentang baikan sama doi aja belagu lo jadi orang." dengus Dirga.

"Yee ngiri mulu lo Dir." kekeh Mozza

"Kita nganan kali Za kalau lo ngiri, siapa tau ketemu di pertigaan depan." Nimbrung Nathan menaik turunkan alisnya.

Mozza hanya tersenyum kecil dan meraih handuknya, memasukan kembali ke dalam tasnya.

"Gue pulang duluan, takut Bryna di cariin." kata Mozza dan menarik tangan Blenda.

" Ehh." Kata Blenda reflek ,menatap tangannya yang di pegang

"Woi Bos tangan woi tangan." teriak Nathan heboh dan membuat Mozza tertawa.

Berbeda dengan Blenda yang diam saja menatap tangannya di genggam oleh ozza. Sesekali dia juga melirik Mozza berharap Mozza juga sadar dengan apa yang dia perbuat. Tapi nyatanya sampai di parkiran pun Mozza tidak melepas tangan itu dan malah membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Blenda masuk.

Dengan rasa kikuk Blenda pun masuk ke dalam mobil Mozza. Dan menatap Mozza yang mengelilingi mobil ini dan masuk ke jok pengemudi.

"Mau makan dulu apa langsung pulang?" Kata Mozza melirik jam tangannya

"Terserah lo aja deh, gue ngikut."

Mozza tersenyum, "Kalau gue bawa ke KUA lo juga bakal ngikut?" kekeh Mozza

"Ehh."

Mozza tertawa kecil dan menjalankan mobilnya meninggalkan area pertandingan ini.

Di dalam mobil mereka juga saling diam tidak ada yang berbicara. Karena bosan Mozza pun akhirnya mereplay lagu di dalam mobilnya, sesekali ikut bernyanyi membuat Blenda menoleh.

"Bry mampir apartemen gue dulu ya, gue butuh mandi bau keringet, masa iya kencan sama lo bau gini, ntar lo nya ilfil." kata Mozza sambilek mencium bau badannya sendiri.

Blenda menahan nafasnya saat Mozza bilang kencan, tepat seperti apa yang di bicarakan oleh Bryna semalam. Kayaknya adiknya itu memiliki keturunan untuk menatap masa depan.

"Terserah aja lah." jawab Blenda

"Terserah mulu jawaban lo, gue bawa ke kua baru tau rasa lo." dengus Mozza.

Blenda tertawa, "Emang lo berani bawa gue ke kua?"

"Jadi sekarang lo nantangin gue?" Kata Mozza menepikan mobilnya.

Blenda diam mungkin ini bukan saatnya becanda, apa lagi Mozza yang menatap dirinya tajam seperti ini. Seperti tatapan Hanzel yang sebal dengan dirinya

"Kok berhenti?" Kata Blenda panik.

"Tuh belakang lo ada kantor kua, ayo turun."

Blenda pun langsung menoleh dan membulatkan matanya sempurna, saat matanya menatap tiga huruf besar yang tertempel di kaca bawah lampu.

"Kok---"

"Ayo turun."

"Mau ngapain." ucap Blenda mulai panik. Ya kali dia mau nikah di usianya kayak gini.

"Ke kua lah, mau ngapain lagi."

"Ih gausah becanda deh, gue tadi becanda doang kenapa di sini sih. Ayo jalan lagi "

"Kan lo yang nantang tadi." kukuh Mozza sambil tertawa.

Blenda pun mengerucutkan bibirnya, hingga Mozza pun melajukan mobilnya kembali ke arah apartemennya.

Tawa Mozza tak berhenti di situ, Mozza tau Blenda saat ini sedang marah padanya. Apa lagi ekspresinya sangat mengemaskan bagi Mozza.

"Udah deh gausah ngambek gini, gue gak akan serius ngajakin lo ke kua, gatau kalau besok." jawab Mozza tertawa kecil.

"Apaan sih, garing "

Mozza tertawa, "Lo tunggu di sini aja, gue mandi dulu."

Blenda mengangguk dan duduk di depan TV saat ini dia sudah sampai di apartemen Mozza yang cukup simpel tapi elegant. Sambil menunggu Mozza akhirnya Blenda pun sibuk dengan ponselnya dan membalas pesan dari Bryna yang bawelnya minta ampun.

Mozza pun langsung saja mandi cepat dan menghampiri Blenda. Lagian dia tidak ingin membuat Blenda menunggunya lama.

"Bry ayo." Kata Mozza tiba-tiba dan membuat Blenda terjingkat kaget. Hampir saja ponselnya itu di lempar ke lantai

"U-udah." jawab Blenda gugup.

"Udah lah, ayo." ajak Mozza dan membuat Blenda menganguk.

*****

"Lo sering ke sini ya." Kata Blenda menatap penjual nasi goreng di pinggiran jalan tapi cukup ramai. Bahkan ada juga pemuda pemudi yang sedang makan di sini.

"Iya, kenapa lo gak suka."

"Suka kok." jawab Blenda

Mozza pun langsung memesan dua piring nasi goreng dan juga dua gelas es teh manis, setelah itu kembali duduk di samping Blenda.

Kalau saja warung lesehan ini ada yang kosong mungkin saat ini mereka sudah duduk di bawah dan menikmati suasana yang indah

"Eh Den Mozza datang sama pacarnya ya." Kata entah siapa Blenda tidak tau, tapi kalau di lihat masih seumuran.

"Do'ain aja Don, lo ngapain di sini? Tumben banget." jawab Mozza.

"Bantuin Bapak lah Den, mau ngapain lagi."

"Kemaren pas gue ke sini lo gaada, lo kemana?"

"Dia belajar Den Mozza. Doni dapat beasiswa kuliah di Amerika , katanya sayang kalau gak di ambil." Jawab bapak penjual nasi goreng itu dan menyodokkan dua piring nasi goreng kepada Mozza dan juga Blenda.

"Wehh gila, sip bagus Don kalau bisa kuliah di sana sekali aja lo kerja sama gue besok. Jadi lo gak bebani hidup ortu lo di sini buat ngirim uang buat lo selama di sana. Gimana lo mau gak?" tawar Mozza.

"Mau Den mau, terima kasih ya Den" Kata Doni berbinar.

"Sama-sama Don." jawab Mozza tersenyum.

"Yaudah Den saya kerja dulu, selamat menikmati Den Mozza dan mba----"

"Bryna." Potong Mozza cepat saat tau Doni tidak mengenal Bryna

"Selamat menikmati Non Bryna."

Blenda mengangguk dan tersenyum, sejak tadi dia memang sudah makan karena perutnya yang lapar sekali sejak tadi, dan tanpa menunggu Mozza makan Blenda sudah lebih dulu makan .

"Den teh manis ya tinggal satu gelas gimana?" Kata Doni tiba-tiba.

"Gak papa lah Don bawa sini aja, kayaknya dari tadi rame banget." jawab Mozza.

"Iya nih Den, rame banget daru tadi sore malah udah mau abis. Adem sih datangnya kemaleman"

"Yaelah Don, tadi abis tanding basket dulu." jawab Mozza.

Doni pun yang kepo langsung tanya apa pertandingan tadi menang atau kalah. Tapi Doni yakin jika Mozza pasti emang. Sambil menydiirkna Es tehnya Doni pun memanggil piring kotor di samping meja Blenda.

Blenda menoleh dan menatap es teh manis di hadapannya saat ini. Dia pun langsung berdiri dari duduknya tapi di tahan sama Mozza.

"Mau kemana?" Tanya mozza bingung

"Mau beli minum di depan."

"Gausah, ini buat lo aja.x

Mozza mengambil pipet dan memasukan ke dalam gelas itu. Dan dengan rasa gak enak Blenda pun meneguk minuman itu dengan tenang.

Tapi tiba-tiba saja jantungnya seakan berhenti berdetak. Saat Mozza memasukan satu pipet dan ikut minum bersama dengan Blenda.

Mata Blenda menatap Mozza meneliti apa ini cowok sadar dengan apa yang dia lakukan atau apalah apalah?

"Jangan liatin gue, takutnya jatuh cinta, mending liatin es batunya adem." Kata Mozza dan menoleh ke arah Blenda.

Blenda pun gelagapan dan menjauhkan bibirnya dari pipet itu dan memilih memakan nasi goreng nya kembali, dari pada harus berhadapan dengan Mozza.

Dimana letak sisi songgongnya? Di mana ketak menyebalkan? Di mana letak kesombongannya? Dimana letak kearoganannya? Gak ada, dan di sini Blenda pastikan jika Bryna salah menilai Mozza selama ini.

Dia baik, humoris. Tidak seperti yang di ceritakan oleh Bryna kalau dia ngebosenin, jahat, dan suka seenaknya sendiri. Tanpa sadar Blenda pun tersenyum mengingat ucapan Bryna dan kenyataan yang saat ini di hadapannya.

Sedangkan Mozza yang melihat gerak;gerik aneh Blenda pun ikut tersenyum dan melanjutkan acara makannya.

Semoga bisa.

******

Siguiente capítulo