webnovel

Sadewa (Chapter 11)

Amor terllihat memainkan ponselnya sembari berjalan menuju kelasnya. Namun tanpa sadar, ia menabrak seorang siswa yang berjalan berlawanan arah darinya.

"Eh, maaf ..." gumam laki-laki itu. Untung saja ponsel yang masih ada di tangan Amor itu tidak terjatuh.

"Oh, nggak apa-apa kok," sahut Amor sembari tersenyum. Ia memerhatikan laki-laki itu dari bawah sampai atas. Laki-laki itu terlihat menggunakan sepatu berwarna hitam, seragam sekolah khas rabu-kamis, kacamata yang cukup tebal, serta rambut yang tertata rapi, penampilan laki-laki itu sangat berlawanan dengan Dewa.

"K-k-kenalin, n-namaku Andre, n-nama k-kamu s-s-siapa?" tanya pemuda itu dengan tergagap-gagap sembari mengulurkan tangannya dengan sedikit bergetar. Amor pun tersenyum sembari membalas uluran tangan itu.

"Namaku Amor," sahut gadis itu. Amor sedikit merasa aneh dengan Andre, pemuda itu terlihat sangat gugup. Gadis itu cukup sering melihat keberadaan Andre selama di sekolah, hanya saja mereka tidak sekelas. Tapi, ia tidak pernah melihat pemuda itu bergaul dengan siapapun.

Selama di sekolah ini, Amor belum pernah melihat ada bullying di sekolah ini. Tapi, entah kenapa tidak ada seorang pun yang berteman dengan pemuda ini. Padahal jika diperhatikan, laki-laki di hadapannya ini sama sekali tidak terlihat buruk.

"Jangan sendirian lagi. Kalau butuh teman, kita bisa jadi teman kok," ujar gadis itu sembari tersenyum.

Dari kejauhan, Dewa menyaksikan semua adegan antara Amor dan Andre. Dewa merasakan sesuatu yang sangat aneh, antara khawatir dan tidak suka. Dewa khawatir, sebab, laki-laki itulah yang memandangi Amor secara terus menerus. Sejak itu, Dewa merasakan firasat yang buruk.

Di satu sisi, ia juga merasa tidak suka dengan keakraban Amor dan Andre. Dewa tidak tahu kenapa ia tak suka Amor berbicara dengan pria lain. Mungkinkah ia cemburu? Tapi, atas dasar apa ia cemburu?

*****

Pada saat menjelang sore hari, Dewa baru sampai di rumahnya setelah selama seharian terus belajar di sekolah. Ia membanting tubuhnya di atas sofa yang yang sudah tidak nyaman diduduki itu. Tapi, ia sama sekali tak melihat penampakan Belle yang biasanya selalu menyambutnya jika ia pulang.

Dewa pun berdiri untuk mencari sosok makhluk itu di dalam kamarnya. Tak lama kemudian, Dewa pun menemukan makhluk ghaib itu di dalam lemari pakaiannya. Sosok itu bersembunyi dengan sedikit ketakutan.

"Ngapain lo di situ?" tanya Dewa, gadis itu pun meletakkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Ssttt ... jangan berisik. Aku sedang bersembunyi dari seseorang yang pernah membunuhku," gumam Belle dengan raut wajah tertentu. Dewa mengembuskan napas panjang, rupanya itu yang membuat Belle bersembunyi?

Belle sangat takut jika melihat seseorang yang berwajah oriental. Sebab, ia dan seluruh keluarganya dibantai oleh orang-orang Jepang, ia tewas di tempat yang terpisah dari keluarganya pada tahun 1960an. Sejak kematiannya, ia jadi takut melihat orang seperti itu. Itu karena Belle beranggapan bahwa orang berwajah oriental itu sudah pasti dari Jepang. Padahal, orang berwajah oriental bukan berarti orang asli Jepang.

Dewa pernah memberitahu kepada makhluk itu menegenai pola pikir Belle yang salah kaprah itu. Tapi, sosok itu tetap saja bersikeras dengan pendapatnya. Akhirnya, Dewa pun mengalah.

"Ya udah, lo keluar dong dari lemari gue. Orang Jepangnya udah pergi ruh," gumam Dewa, makhluk itu melongokkan kepalanya perlahan-lahan.

"Kau yakin?" tanyanya. Dewa hanya menjawab dengan anggukan. Tampaknya, laki-laki itu jadi gila karena melihat tingkah Belle yang sangat bodoh itu.

Setelah Belle keluar dari lemari itu, Dewa pun mengambil pakaiannya yang berada di dalam lemari. Ia nyaris saja melepaskan pakaiannya hingga terlihat tubuh atletisnya. Namun, Dewa sadar jika Belle masih berada di dalam kamarnya sembari memerhatikan dirinya. Ia sangat enggan mengganti baju jika makhluk itu masih ada di sekitarnya.

"Lo mau ngeliatin gue ganti baju?" tanyanya dengan sedikit kesal.

"Tidak, aku hanya ingin bertanya, kau mau ke mana dengan baju itu?" tanya Belle sembari menunjuk baju yang akan digunakan Dewa.

"Oh, gue mau ketemu teman," sahut Dewa.

"Teman wanitamu itu?" tanya Belle, Dewa menganggukkan kepalanya. Mendengar itu, hati Belle jadi semakin kacau. Karena hal ini, ia sering menyalahkan dirinya sendiri, kenapa ia harus menjadi makhluk yang tak terlihat seperti sekarang ini? Kenapa dirinya harus mati? Kenapa dirinya tak ditakdirkan untuk kembali menjadi manusia?

Tapi di balik itu semua, tidak seharusnya ia menyesali itu. Karena, semuanya sudah terlanjur terjadi ...

*****

Menjelang waktu maghrib, Amor baru saja pulang dari makam adiknya. Ia merasa sangat lega setelah mengunjungi sang adik. Seolah-olah, rindu yang ia pendam telah tumpah sepenuhnya.

Namun di tengah jalan, sekali lagi, Amor merasa seperti diikuti seseorang. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak, dan melihat ke belakang. Tapi, tidak ada seorang pun di sana.

Namun, seseorang dengan tiba-tiba mendekap mulut Amor menggunakan sapu tangan dengan sangat erat hingga ia sulit sekali bernapas. Lalu, gadis itu tak sadarkan diri.

Pemuda yang menggunakan jaket hitam serta tudung yang menutupi kepalanya itu pun menggendong Amor, dan membawanya ke suatu tempat ...

***** TBC *****

Siguiente capítulo