webnovel

Bab 37. Melatih Fisik

"Selama seseorang belum pernah mengikuti test itu sebelumnya, maka ia diperbolehkan ikut. Selain syarat itu, tidak ada lagi. Kamu hanya perlu membawa dirimu sendiri," jelas Tetua Chen.

"Apa aku boleh ikut dalam test itu?" tanya Fu Xie Lan serius

"Xie Lan, apa kamu serius? tapi dalam test it..."

"Tidak apa-apa, lagipula ada kamu di sisiku," potong Fu Xie Lan dengan seulas senyum terukir di bibirnya

"Aku juga penasaran, ingat? aku tidak bisa mengingat apapun tentang diriku," tambahnya lagi seolah-olah hal itu memang terjadi pada dirinya.

Sebenarnya bukan itu maksud Wan Lie, ia takut jika seseorang kembali mengganggu ibunya seperti kejadian di perpustakaan itu, ingat! meskipun aroma half grip dalam tubuh ibunya tidak tercium lagi namun beberapa orang sudah melihat wajahnya. Dan sedikit banyak Fu Xie Lan ternyata mengerti akan hal itu.

"Kamu berhenti mengkhawatirkanku seperti itu," tambahnya lagi.

"Baiklah, terserah kamu saja," pasrah Wan Lie sembari menghembuskan napas kasar.

"Dimana test itu dilakukan?" tanya Fu Xie Lan kembali kepada Tetua You

"Emm kurasa Tetua Bao bisa menemanimu," yang ditanya menjawab sambil melirik Huang Bao

"Apa sudah menjadi kebiasaanmu untuk selalu merepotkanku?" Tetua Bao memutar bola matanya jengah.

"Lagipula, meskipun kamu tidak memintaku, sudah pasti aku akan melakukan hal itu," tambahnya lagi

"Em baiklah, terima kasih paman," ucap Fu Xie Lan

"Wan Lie, ayo!" tambahnya lagi mengajak Wan Lie untuk pergi.

"Kami permisi," ujar Wan Lie kemudian mereka berdua meninggalkan ruangan.

Selepas kepergian mereka berdua, tetua Chen kembali pada posisinya semula.

"Aku juga ingin pergi, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan," tiba-tiba Huang Bao berdiri dan ikut mengundurkan diri dari ruangan itu.

Sekarang hanya tersisa tetua Chen dan tetua You dalam ruangan itu.

"Kamu tidak pergi?" tanya Tetua Chen yang melihat tetua You masih duduk tenang di posisinya.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi," ya mereka sedang membicarakan sesuatu hal sebelum kedatangan orang-orang itu.

"Pertanyaanmu yang mana?" ucap tetua Chen berpura-pura lupa dengan pembahasan mereka tadi.

"Half grip itu, apa memang benar ada di sini? tapi kenapa aku tidak bisa merasakan keberadaannya? apa kamu menyembunyikannya? hanya sekedar informasi bahwa berita keberadaan Half Grip itu sudah menyebar, katanya dia seorang Fairy? Hhh..yang benar saja."

"Apa kamu tidak takut, jika pengawal Bai tiba-tiba datang dan menyeretmu karena Half Grip itu?" tambahnya lagi tanpa memberi kesempatan Tetua Chen untuk berbicara. Tubuhnya masih mengingat sakit yang ia rasakan ketika membentur dinding aula istana demon. Memikirkannya saja membuat tubuhnya berkeringat dingin.

Semesta sangat tahu bahwa siapapun yang berurusan dengan seorang manusia, meskipun hanya seorang half grip maka celaka yang akan ditemuinya.

'Pengawal Bai? andai saja dia tahu bahwa pemuda yang mengajaknya berbicara tadi adalah anak Lord, kira-kira bagaimana responnya,' monolog Tetua Chen dalam pikirannya

"Jika kamu beruntung, saat pury test kamu akan mengetahuinya sendiri. kusarankan agar tidak terkejut," ucap Tetua Chen kemudian berdiri dan bersiap-siap ingin meninggalkan ruangan.

"Rasanya tidak etis jika atasan menghalang-halangi bawahannya untuk berangkat kerja," sambil melihat keluar jendela dan memperhatikan bayangan pohon yang menandakan bahwa waktu mungkin sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi yang berarti perpustakaan sudah seharusnya dibuka.

"Baiklah-baiklah, salahku berkunjung pagi-pagi sekali."

***

"Ibu apa yang kamu lakukan?" Wan Lie kebingungan melihat Fu Xie Lan melakukan gerakan-gerakan yang menurutnya sangat aneh.

Setelah mereka kembali dari ruangan tetua Chen, mereka tidak langsung kembali ke kamar dan disinilah mereka berada, sebuah tanah lapang yang lebih mirip sebuah lapangan berukuran kecil, tempat itu berada di belakang kediaman tetua Chen. Fu Xie Lan menemuan tempat itu ketika ia menggunakan kemampuan matanya semalam.

Mendengar Wan Lie bertanya, Fu Xie Lan hanya melirik sekilas tanpa niat untuk menjawabnya. Yang ia lakukan sekarang adalah meregangkan otot-otot tubuhnya di bawah sinar matahari pagi yang mulai terik, semua gerakan yang ia lakukan adalah gerakan dasar saat ia masih berada di organisasinya. Ia memutuskan untuk memulai melatih otot-otot tubuhnya yang sangat kaku.

Tidak mendapat respon apapun, Wan Lie hanya menghembuskan napas kasar sembari memperhatikan ibunya dari bawah pohon yang berada tidak jauh dari posisi ibunya berada.

Kini Fu Xie Lan sedang berlari mengelilingi tanah lapang itu, hal itu terjadi beberapa menit, keringat mulai bercucuran di keningnya, suara napas memburu mulai terdengar sebagai tanda bahwa ia sudah hampir mencapai batasnya. Rambutnya yang dikuncir kebelakang juga ikut bergerak mengikuti irama kakinya, angin sepoi-sepoi berhembus menerbangkan ujung-ujung setelan pria yang digunakannya.

"Hmm, damai sekali, jika saja aku bisa terus berada disisimu ibu, aku pasti akan senang sekali," monolog Wan Lie tanpa mengalihkan perhatiannya dari sosok Fu Xie Lan walau hanya sedetik. Meskipun Wan Lie tidak mengerti apa yang sedang ibunya lakukan, namun apapun itu ia akan tetap berada di sisi ibunya sebelum berangkat untuk mencari keberadaan bangsa Elf, waktunya benar-benar sangat singkat.

Melihat ibunya membungkukkan badan dengan hanya kedua tangan yang menyangga tubuhnya, Wan Lie segera beranjak dan memberikan sebotol air kepada Fu Xie Lan, air itu ia siapkan beberapa saat yang lalu ketika ia meihat Fu Xie Lan mulai berlari.

"Istirahatlah dulu, jangan terlalu memaksakan diri ibu, itu tidak baik bagi tubuhmu."

Wan Lie yang awalnya tidak mengerti dengan apa yang dilakukan ibunya, kini sedikit banyak ia menjadi mengerti setelah melihat semuanya.

"Hosh...Hosh, terh-him-hah kasih," Fu Xie Lan mengambil botol air yang di sodorkan Wan Lie kepadanya, namun ia tidak langsung meminumnya karena ia mengetahui bahwa hal itu tidak akan baik bagi kesehatan jantungnya. jadi, ia memilih untuk berteduh terlebih dahulu di bawah pohon tempat Wan Lie sebelumnya berada, duduk di tanah tanpa alas dengan kaki yang dibiarkan begitu saja, mungkin olahraganya cukup untuk hari ini.

Wan Lie hanya tersenyum melihat semua hal yang dilakukan ibunya.

'Andai saja ayah ada disini,' ungkapnya dalam hati dan ikut duduk di sebelah Fu Xie Lan, menatap langit biru yang sangat bersih tanpa awan putih sedikitpun.

Ketika napasnya sudah dalam keadaan teratur, Fu Xie Lan meneguk air pemberian Wan Lie hingga tandas.

"Lelah sekali," ini pertama kalinya ia berolahraga menggunakan tubuh itu, ternyata sangat melelahkan.

Keduanya kemudian tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Angin sepoi-sepoi kembali bertiup perlahan membuat Fu Xie Lan memejamkan mata sejenak merasakan angin itu membelai lembut kulitnya yang sudah basah oleh keringat, rasanya sangat nyaman sekaligus menyegarkan.

Namun berbeda dengan Wan Lie, ia segera bangkit dari duduknya dan mengedarkan pandangannya. Angin sepoi-sepoi yang baru saja berhembus membuatnya memasang sikap waspada. meskipun hanya beberapa detik, namun sangat jelas bahwa ada bau hangus bercampur aroma amis darah yang ikut terbawa.

Siguiente capítulo