webnovel

Menyewa

"Tentu saja, itu untuk satu kamar. Apa kau pikir itu untuk dua kamar? Tenanglah luas kamar yang aku sewakan cukup untuk menampung kalian berdua, bahkan ada kamar mandi di dalam juga. Jadi bagaimana? Kalian akan mengambilnya bukan? Ini sudah murah lho," seru Shamatsu .

"Ah... baiklah kami akan sewa satu kamar, dengan fasilitas sebagus ini, bagaimana kita bisa menolaknya. Aneh rasanya jika kami menolaknya dan mencari tempat lain, apalagi tempat ini terasa lebih menyenangkan," jawab Hagin yang kemudian dia memberikan segepok uang pada Shamatsu, "Ini untuk sewa satu bulan, bisa kau antar kami ke kamarnya? Kami cukup lelah jadi butuh istirahat, hahaha... aku tidak sabar untuk melihatnya, semoga itu sesuai dengan apa yang kau katakan, Pak."

Setelah Shamatshu menghitung uang yang diberi Hagin, dia segera mengantar mereka berdua menuju kamar yang telah mereka sewa.

Kamar bernomor 3 ialah kamar yang Hagin dan Buya sewa. Kamar itu sendiri cukup luas untuk menampung mereka berdua ditambah dengan sebuah kamar mandi dalam yang memudahkan mereka, terdiri dari sebuah ruang utama, lalu sebuah sekat pemisah dan satu kamar mandi. Mereka berdua merasa puas dengan tempat yang mereka sewa.

Shamatsu menjelaskan kembali Apartemen Ichidori kepada mereka berdua, dimana dia memberitahu beberapa kamar lainnya yang terletak tak jauh dari kamar mereka.

Kemudian Shamatsu meninggalkan mereka setelah dia menjelaskan tata letak Apartemen, dari dapur hingga tempat untuk mencuci. Shamatsu pergi menuju ruang tamu dan dia menyalakan rokok, kepulan asap keluar dari mulutnya sekaligus membawa beban dari pikirannya. Dia menatap langit-langit sambil memikirkan penghuni baru apartemennya, dia cukup senang dengan adanya penghuni baru, namun dia juga khawatir dengan para penghuni baru. Kekhawatirannya itu berasal dari beberapa hal di masa lampau.

Hagin langsung membereskan barang-barang yang dia bawa dan ia dibantu oleh Buya, lantas mereka menyiapkan Futon yang ada di kamar itu. Cukup lama untuk mereka membereskan barang bawaannya bahkan menghabiskan waktu lebih dari 20 menit hanya untuk merapikannya.

Setelah Hagin merapikan kamar yang berada dalam kondisi cukup buruk, dia mengambil minuman ringan serta snack. Membuka ponselnya, Hagin mengirimkan pesan pada Ayahnya untuk memberitahu kondisinya saat ini.

Saat Hagin mengirimkan pesan, Buya dengan asyiknya menikmati makanan, beberapa makanan berat ia santap dengan lahap. Begitu Hagin selesai dengan ponselnya, dia merebut beberapa Snack yang berada di dekat Buya dan memakannya segera. Tak lama kemudian, Hagin memilih untuk membersihkan dirinya sebelum tidur untuk menghadapi hari esok, dimana dia akan pergi ke SMA Hanju.

Begitu sinar matahari memasuki celah-celah jendela, Hagin membuka kedua matanya dan mengembalikan tenaga yang terhisap kuat di futon. Saat Hagin membuka mata, dia segera membangunkan Buya yang masih terlelap tidur. Dengan sebuah tendangan kuat Hagin membalikkan badan Buya yang cukup gempal.

"Hoi... bangun, mau sampai kapan kau tidur," seru Hagin ketika dia menendang Buya, tak berselang lama dia berkata, "Aku akan menggunakan kamar mandi dulu, lebih baik kau segera bangun... jika tidak... tidurlah sampai tak mampu bangkit lagi," ucapnya sembari membawa handuk dan masuk ke kamar mandi.

Lebih dari 10 menit Hagin di kamar mandi, membersihkan dirinya dengan teliti, lalu dia keluar setelah merasa tubuhnya bersih. Saat Hagin keluar dari kamar mandi, Buya masih berada di dalam futonnya, wajahnya cukup memperlihatkan jika saja dia puas dengan apa yang tengah ia lakukan.

"Tch... dia ini benar-benar babi... harus bagaimana aku membangunkannya? Biarlah, lebih baik aku sarapan dulu," seru Hagin yang telah memakai seragamnya dengan lengkap.

Mengenakan setelan berwarna hitam gelap, dia terlihat sangat sempurna, wajahnya yang maskulin serta tatapan yang dingin memberikan suasana yang sulit untuk didekati akan tetapi sangat menarik.

"Ah... benar juga, kalau tak salah di sini ada sarapan gratis bukan... lumayanlah untuk mengurangi pengeluaranku, hahaha," pikir Hagin.

Hagin segera keluar dari kamar dan pergi menuju ruang makan yang terletak tepat di dapur dan berada dekat dengan ruang tamu. Waktu dia berjalan pelan menuju ruang makan, Hagin bertemu dengan pemuda yang tinggi dan tegap, rambutnya yang keriting cukup unik akan tetapi jika kau memandangnya lebih lama sembari menatap mukanya kau pasti akan terdiam.

Wajahnya cukup seram dan dikategorikan beringas, namun itu tampak begitu lucu saat bersanding dengan rambut keritingnya. Hagin memandangi pemuda di depannya cukup lama, mungkin sudah 2-3 menit dia melihatnya, sehingga pemuda itu cukup terganggu dengan tatapan Hagin.

"Oi... apa yang kau lihat? Alihkan pandanganmu," seru pemuda dengan suaranya yang kasar, sebelum dia meninggalkan Hagin sambil menggerutu, "Sialan... hari yang menyebalkan. Cuih...," katanya sambil meludah.

Hagin tidak menyangka akan menemui kejadian seperti ini di pagi hari yang cerah, Hagin memang melihat pemuda itu cukup lama tapi dia tidak berharap akan gerutuan dari pemuda itu, saat dia melihat arah yang dituju pemuda itu, Hagin menggelengkan kepalanya lalu kembali pergi ke tujuan asalnya.

Di meja makan, Hagin melihat Shamatsu yang menyiapkan beberapa makanan sesuai dengan porsi masing-masing. Walaupun porsi makanan terlihat tidak banyak, Hagin cukup puas, dia langsung duduk dan mengambil mangkuk yang berisi nasi setelah dia menyapa Shamatsu.

Hidangan yang berupa nasi dengan lauk sup lobak serta beberapa olahan sayur, Hagin menikmatinya dengan senang meski lauk yang begitu sederhana. Setelah menyelesaikan sarapannya, Hagin kembali ke kamar untuk mengambil tas serta memeriksa Buya.

Sesaat setelah Hagin tiba di depan kamarnya, ia mendengar kegaduhan dari dalam. Hagin segera masuk dan menemui sebuah adegan yang menggelitik, Buya tengah terburu-buru untuk mandi namun dia terjatuh karena terpeleset.

"Apa yang kau lakukan, Bro. Tarianmu itu terlalu buruk. Hahahaha..." Begitu melihat Buya yang duduk di lantai dan tampak kesakitan, Hagin tertawa hingga perutnya terasa sakit.

Hagin lekas membantu Buya untuk berdiri, meski tawanya tak kunjung hilang. Ia tidak kesusahan ketika mengangkat Buya dengan badan gempalnya, Hagin dengan mudahnya mengangkat Buya.

Meninggalkan Buya yang lekas mandi setelah terjatuh, Hagin mengambil tas yang semalam telah dia persiapkan sembari keluar dari kamar dan membawa satu bungkus snack.

"Oi.. Bro, aku akan menunggumu di depan, cepatlah sedikit ketika mandi," seru Hagin, yang tak lama dibalas oleh Buya, "Brengsek... kenapa kau tak membangunkanku, sial... tunggulah kejap tak lama aku mandi... Bro!!" teriak Buya dari kamar mandi.

"Hahahaha... kata siapa aku tak membangunkanmu... kau sendiri tidur seperti babi, pantaslah seperti ini. Ya... aku akan menunggu," ucap Hagin sambil keluar dari kamarnya.

Siguiente capítulo