Aodan terdiam, sangat lama.
Hanya air mata yang terus menetes itu saja yang membuat sang Putri yakin kalau Aodan masih mendengar apa yang ia katakan.
"Aodan? Kau tidak ingin hidup bersamaku?" tanya sang Putri dengan bingung.
"Aku mau, bahkan sampai mati pun aku mau!" Aodan mengangguk-anggukkan kepalanya, hatinya sangat pedih. "Tidak bisakah kau mengucapkan kata yang lebih baik? Kau tidak bisa …."
"Aku tahu apa yang akan terjadi padaku Aodan, kekuatanku sudah memudar." Sang Putri memegang lengan Aodan dengan pelan. "Ayo kita habiskan waktu-waktu terakhir ini dengan bahagia."
Aodan menatap tangan putih itu, ia mengangguk dengan hati yang sangat sakit. "Kau benar, mari kita hidup bahagia untuk yang terakhir kalinya."
Kalau pun sang Putri benar-benar mati di depannya, Aodan akan ikut mati bersamanya, ia berjanji pada dirinya sendiri. Bahkan jika itu sangat menyakitkan menusuk dirinya sendiri dengan belati kesayangannya, Aodan akan tetap melakukannya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com