webnovel

The Helper - (2)

Bayant-Ukhaa, Mongolia

Camp Konsentrasi

20.30 Mongolia Time

Mark dan Wendy terus berlari ke arah barat daya sesuai instruksi Mark. Entah intuisinya salah atau benar, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencegah tertangkap untuk kedua kalinya.

Berlari di tengah kegelapan dengan jarak ratusan meter kini nampak sia-sia, karena empat orang petugas berseragam lengkap menghadang mereka. Keempat orang itu bahkan membawa senjata api di sakunya masing-masing. Mark dan Wendy berusaha berlari mundur, namun sayangnya, mereka dalam posisi dikepung. Dengan berat hati, kedua orang itu mengangkat kedua tangannya sembilan puluh derajat tanda menyerahkan diri.

Tanpa pikir panjang, keempat petugas berseragam dihadapan mereka segera memborgol tangan keduanya, bahkan kali ini sekaligus membungkam mulut mereka dengan tali rami.

Keduanya diseret paksa kembali menuju halaman depan camp konsentrasi itu. Entah apa yang akan terjadi pada mereka, namun Mark masih memikirkan strategi yang bisa mereka lakukan, begitu juga dengan Wendy.

"Apa yang Kau lihat? Berusaha kabur lagi hah?" seru salah seorang dari mereka.

TAKK!!

Seseorang itu memukulkan tongkat besi ke kepala Mark

TAKK!!

Kali ini giliran Wendy

Beberapa saat kemudian, terdengar suara mobil berhenti, mengalihkan fokus orang-orang di camp itu, termasuk Mark dan Wendy. Sepertinya seseorang dari militer telah datang, dilihat dari jenis mobil dan orang-orang yang muncul dari dalamnya.

"Hormat!" seru seseorang yang memukulkan tongkat besi tadi begitu melihat seseorang yang turun dari mobil militer itu.

"Apa benar ada dua orang warga negara Korea yang ditangkap lalu diasingkan disini karena pendaratan darurat dari maskapai Rusia?"

"Benar Kapten, merekalah dua orang itu!" jawab seseorang itu sembari menunjuk Mark dan Wendy.

Seorang pria lain muncul dari balik pria yang bertanya sebelumnya, "Mark and Wendy?" tanyanya kemudian.

Mark dan Wendy terdiam, bukan hanya karena mulut mereka yang dibungkam, tapi mereka sangat berhati-hati untuk mengungkap identitas mereka di wilayah ini.

Mark masih mengamati tampilan pria yang baru saja berbicara dalam bahasa Inggris itu. Mark yakin, dia warga naturalisasi, sama sepertinya. Kulitnya sangat putih, kelopak mata ganda, iris mata berwarna biru, bukankah jelas Ia memiliki darah campuran Eropa?

"No worry, I'm Vernon Lee, I'm here because of Song Mino. I'm the secretary of the Korean ambassador to Mongolia," jelasnya dengan nada dingin. "Aku bisa berbicara dalam bahasa yang sama dengan kalian. Maaf telah datang terlambat, kalian nyaris kehilangan nyawa ditangan orang-orang bodoh ini," lanjutnya sarkastik.

Markas NISA

Ruang Divisi Multinasional, Seoul

25 April 2016

14.30 KST

"Apakah Kau sudah memantai lokasi Jay?" tanya Jaebeom pada Kyung Soo yang sibuk dengan keyboard dan monitornya.

"Sudah, tampaknya dia sudah bergerak menuju lokasi target," jawab Kyung Soo

"Jay, manusia bunglon itu, jadi selama ini dia berada di Mongolia tanpa diketahui siapapun termasuk timnya? Benar-benar pro," ujar Seokjin sembari memakan lolipopnya. Benar-benar kekanak-kanakan.

"Aku rasa sebelumnya dia berada di Cina, atau bisa saja di Rusia. Waktu yang cukup baginya semenjak kita mendapatkan instruksi untuk menghilangkan jejak Mark dan timnya," komentar Jimin.

"Yah tentu saja, sniper andalan tim kita itu lebih mandiri dan berguna," ujar Jaebeom sembari tetap fokus pada monitor Kyung Soo.

"Ha ha ha ha ha," tawa Seokjin seketika pecah, diiringi tepuk tangan yang cukup keras.

Tentu saja karena Jaebeom bermaksud menyindir Jimin, rekan satu timnya yang bertugas sebagai sniper namun sering gagal menjalankan misi. Entah karena perintah menembaknya yang digagalkan, atau kesalahannya sendiri.

"Hey, Aku selalu maksimal dalam mengerjakan misi, dan misi terakhir Kau ubah seolah Aku tidak berguna!" bela Jimin.

"Terserah Kau saja," jawab Jaebeom tak acuh. "Dimana BamBam?" lanjutnya.

"Ia sedang keluar makan siang," jawab Seokjin yang diangguki oleh Jaebeom.

Markas NISA

Kafetaria

25 April 2016

14.45 KST

Seperti informasi dari Seokjin, BamBam tengah menikmati makan siangnya di kafetaria. Semangkuk sup kimchi, nasi panas, dan daging sapi panggang terhidang dihadapannya. Namun alih-alih memakannya dengan lahap, BamBam belum juga menyentuh hidangan khas Korea itu. Pikirannya berkutat pada sesuatu yang mengganjal sedari tadi pagi.

Pagi hari ini sekitar pukul delapan, Ia tiba paling awal di ruangan divisi multinasional, kantornya bersama keempat rekan lainnya. Tak lama dari itu, Jesslyn Wang, sekretaris direksi NISA datang membawa perintah darurat dari atasannya. Isinya hanya satu, namun cukup membuat BamBam terdiam ditempatnya, dan kebingungan hingga saat ini. Ia menghindari pertemuan dengan anggota timnya sedari pagi tadi, berencana berpikir matang-matang. Bagaimanapun juga, Ia tidak ingin menghilangkan nyawa seseorang, namun di satu sisi, Ia ingin patuh terhadap aturan yang mengikatnya itu.

"Wah, terlihat lezat sekali makananmu," ujar seseorang tiba-tiba. Membuat BamBam cukup tersentak dari lamunannya.

Wanita itu, Moon Byul, sahabatnya sedari sekolah menengah yang saat ini bekerja di NISA, namun di divisi berbeda dengan BamBam, divisi intelijen nasional.

"Kau kenapa?" tanya Moon Byul peka, karena tak biasa sahabatnya itu termenung didepan makanan. Bahkan Ia sudah melahap hampir seperempatnya, jika BamBam normal, sudah pasti Ia akan dimaki habis-habisan.

"Entahlah, rasanya Aku sedang menarik ulur komitmenku sebagai seorang intelijen," jawabnya.

Melihat BamBam yang sudah dispastikan sedang bermasalah, Moon Byul semakin gesit melahap makanan BamBam itu sembari memperhatikan sang empunya makanan dihadapannya "Ceritakan padaku."

"Apakah Kau pernah menerima dan melaksanakan perintah pembunuhan seseorang? Dan targetmu itu sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun, hanya saja idealismenya mengancam segelintir pihak," tanya BamBam hati-hati. Suaranya Ia pelankan seperti berbisik.

"Tentu saja, dan Aku tidak pernah melaksanakannya,"

"Lalu bagaimana?"

"Aku membiarkan orang lain yang lebih pantas melakukannya, dan Aku berusaha tidak terlibat dan jika bisa mencegah sebisanya," jawab Moon Byul santai.

"Bagaimana caranya?"

"Bagaimana lagi? Play dumb, bertingkah seolah Kau bodoh dan tidak berguna dalam misi itu, atau ... arahkan mereka ke arah yang salah, ulur waktu, dan lainnya dengan rapi, seolah itu natural," jelas Moon Byul

"Ah, begitu ya, baiklah. Sepertinya Aku akan mengikuti caramu," ucap BamBam dengan wajah yang tidak lebih tegang dan bingung dari sebelumnya.

"Hey, bisa-bisanya Kau menghabiskan setengah makananku, dasar babi," heboh BamBam.

"Ya, babi yang imut, hehehe," balas Moon Byul dengan wajah imut yang dibuat-buat. "Bagaimana kondisi Mark Tuan dan tim?"

UHUKK!!

BamBam tersedak kuah kimchi.

"Ba ... bagaimana Kau bisa tahu?"

"Tentu saja Aku tahu, dia sudah diintai oleh NISA sejak lama, hampir empat tahun terakhir."

Siguiente capítulo