webnovel

Tahu

Flashback - Kemarin Lusa

Claude POV

Aku menatap puluhan dokumen di meja. Semua dokumen ini tidak akan selesai kalau Felix belum datang dan membawa stemy kerajaan ke sini. Di mana lagi orang itu?

Aku berbalik dan menatap ke jendela. Memikirkan segala macam hal dalam kepala ku.

TOK! TOK! TOK!

"Masuk!"

Felix muncul dari balik pintu. Ada yang salah dengan wajahnya. Dia tersenyum sejak tadi. Dasar aneh.

"Ini stempel kerajaan nya, Yang Mulia."

Felix meletakkan stempel itu kemudian berdiri di samping meja. Aku kembali duduk dan menyelesaikan dokumen yang ada. Tapi ada yang aneh, Felix masih tersenyum.

"Hentikan."

"Iya, Yang Mulia?"

"Hentikan senyum bodoh mu itu."

Biasanya dia akan diam setelah aku meletakkan kata 'bodoh' di tengah kalimat ku, tapi dia membalas.

"Saya tadi tidak sengaja bertemu peri kecil, Yang Mulia."

"Omong kosong apa itu?"

Aku melirik Felix, dia salah tingkah. Kau menyembunyikan sesuatu dari ku, huh? Kau mudah ditebak.

"Kalau Kau mau melanjutkan senyum bodoh mu itu, lebih baik keluar saja."

"Baik, Yang Mulia. Salam berkat dan hormat Obelia."

Felix menunduk dan pergi dengan senang hati. Benar-benar aneh. Dia menyembunyikan sesuatu dari ku.

***

Keesokan harinya

"Salam berkat dan hormat Obelia."

Felix meninggalkan ruangan ku. Aku memberinya waktu istirahat dengan alasan, 'Aku butuh istirahat.' Dengan begitu, Felix akan berpikir kalau aku sedang tidur.

Aku berdiri dan membuka pintu, mencari keberadaan Felix. 'Belum terlalu jauh' batin ku. Aku menipiskan hawa keberadaan ku dan mengikutinya dalam diam.

Felix keluar dari Istana Garnet, berjalan menuju tempat yang pernah ku bantai habis penghuninya, Istana Ruby. Untuk apa dia kemari? Felix berhenti, begitu juga aku. Aneh rasanya. Biasanya Felix yang mengekori ku ke segala arah, sekarang malah terbalik.

Felix terdiam menatap ke pinggir danau, aku mengikuti arah pandangan nya. Di sana ada serangga kecil.

'Jadi ini yang kau maksud peri kecil, hm? Dia tidak lebih dari serangga kecil.'

Serangga itu mencoba meraih sesuatu di pinggir danau. Aku tertarik untuk melihatnya jatuh, tapi sisi lain diri ku tidak menginginkannya. Aku menatap serangga itu dari jauh, sedangkan Felix mendekatinya.

Aku akhirnya tahu apa yang ingin digapai oleh serangga itu, bunga lily. Sepertinya ini cukup menarik, biar ku lihat seberapa gigi kau berusaha.

"Sedikit lagi Kau bisa menggapainya," aku bergumam, "apa semua serangga tangannya itu pendek?"

Tepat saat itu juga, serangga itu tergelincir. Felix cepat-cepat menangkapnya. Entah kenapa aku merasa sedikit lega, padahal yang hampir jatuh hanyalah serangga kecil.

Setelah itu mereka mulai berbicara. Entah kenapa aku merasa kesal saat melihat serangga itu memeluk Felix. Setelah aku kembali ke Istana Garnet, akan ku beri doa hukuman.

Pembicaraan mereka kembali berlanjut, cukup umum untuk serangga kecil. Mereka menuju gazebo. Aku bersembunyi sedekat mungkin dengan mereka, menguping pembicaraan di antara keduanya. Namun topik pembicaraan kali ini berbeda, lebih serius.

'Apa benar dia hanya serangga kecil? Pemikirannya lebih dewasa.'

Claude POV end

Flashback end

***

Hening menyelimuti kami. Aku ingin pergi dari situasi ini! Huhuhu...selamatkan aku! Masih hening beberapa menit sampai Felix dan Lily datang bersama beberapa pelayan.

Akhirnya, aku selamat! Aku mau pulang! Huhuhu...aku tidak akan mengambil jatah cokelat diam-diam lagi kalau bisa bebas dari Claude saat ini juga.

Para pelayan menyiapkan meja dan dua buah kursi di luar gazebo. Satu set meja untuk tea time? Ha? Dia pikir aku akan ikut dalam tea time nya, ha?

Aku masih diam sampai akhirnya mereka menyajikan kue cokelat. Dasar! Kenapa harus ada kue cokelat, sih? Kalau begini aku tidak bisa menolak.

Entah apa yang dipikirkan Claude, dia berjalan mendekati ku dan mengangkat ku lagi. Gah! Kau mengagetkan ku! Aku diam seperti patung saat Claude mengangkat ku. Masalahnya dia kaku sekali saat mengangkat ku.

Claude mendudukkan ku di salah satu kursi kemudian dia duduk di kursi yang tersisa. Aku menoleh ke arah para pelayan, mereka terlihat sangat senang. Aku hampir mati karena menunggu terlalu lama dan kalian malah senang melihat Claude mengangkat ku begitu?

Untuk meredakan amarah ku, aku langsung menyantap kue cokelat dihadapan ku. Tidak peduli reaksi mereka, mau dibilang tidak sopan, rakus, apapun itu. Aku melahap kue itu sampai habis.

"Pantas saja Kau berat."

Apa? Kau membicarakan nafsu makan ku, ha? Apa itu masalah untuk mu? Mau aku makan dengan lahap atau tidak itu bukan urusan mu. Kau orang yang akan membunuhku diam saja!

"Ehehe, Athy suka cokelat," aku tersenyum lebar.

"Aku tahu."

***

Tea time dengan Claude sudah berakhir. Aku kembali ke Istana Ruby. Tidak. Aku tidak sendiri, Claude juga ikut. Dia berjalan di depan sedangkan aku digendong Felix. Maunya orang itu apa, sih? Tadi dia datang tiba-tiba ke taman, sekarang malah ke Istana Ruby.

Aku membisu. Hanya bisa menatap Claude dari belakang. Setelah ku perhatikan, rambut Claude berkilau seperti emas dan aku suka emas.

"Sejak kapan tempat ini jadi seperti kandang anjing?"

Ha? Apa yang kandang anjing? Maksud mu Istana Ruby? Bukannya kau tahu insiden pencurian di Istana Ruby? Atau memang kau tidak tahu?

"Pindahkan Athanasia ke Istana Emerald."

ISTANA EMERALD? Apa Claude serius mau memindahkan ku ke Istana Emerald? Istana Emerald adalah istana yang digunakan para putri dari generasi ke generasi. Ini adalah istana yang Claude berikan pada Jennette di novel <Lovely Princess>.

Aku jadi berpikir, sepertinya ada yang salah dengan Claude. Baru pertama kali bertemu dia sudah sok kenal kemudian memberikan Istana Emerald pada ku. Besok apa lagi?

***

Sore harinya

Claude sudah kembali ke Istana Garnet dan aku sudah dipindahkan ke Istana Emerald. Berbeda dengan Istana Ruby, Istana Emerald dua kali lebih besar dan lebih mewah.

Tadi saat para pelayan sibuk memindahkan barang-barang penting, Felix mengantarkan ku ke Istana Emerald. Di tengah jalan, aku bertanya pada Felix tentang istana tempat kami bertemu. Aku bersyukur setelah Felix memberitahukan ku bahwa itu Istana Garnet. Syukurlah saat itu tidak ada Claude.

Aku tidak habis pikir kalau ternyata istana sederhana itu adalah istana raja. Padahal raja sebelumnya, Anastasius, sangat suka kemewahan. Aku seharusnya tidak heran, ya?

Claude ke mana-mana selalu memakai sebuah kain kemudian diikat di pinggangnya, menampakkan dada bidangnya. Itulah yang novel <Lovely Princess> jelaskan. Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah bertemu Claude, aku percaya sekarang.

"Hei, Felix."

"Iya, Tuan Putri?"

"Baju apa yang dipakai oleh papa?" aku menaruh jari di dahi ku, memasang wajah berpikir.

"Itu adalah kain dari Siadona, Tuan Putri," Felix tersenyum.

Ah, dari Siadona. Diana- maksud ku ibu atau mama berasal dari Siadona. Aku tidak tahu kalau Claude sangat mencintai mama. Mungkin karena aku (Athanasia) merenggut nyawa mama, Claude jadi membenci ku.

Aku menghela napas. Masuk akal juga kalau alasan dia membenci ku adalah mama. Omong-omong, aku harus mengganti panggilan untuk Diana menjadi mama dan panggilan Claude menjadi papa. Akan sangat bahaya kalau aku kelepasan bicara. Mulut ku ini memang susah diajak kompromi.

***

Ngak ada sangkut pautnya sama tahu~

lol_hoshicreators' thoughts
Siguiente capítulo