Atta sudah mendiamkan Citra selama dua hari tanpa diajak berbicara sedikitpun, bahkan Citra diliburkan masuk klinik selama itu. Citra sudah minta maaf dan berjanji tidak akan melakukan kebodohan yang sama serta akan bersungguh-sungguh untuk ujian mendapatkan sertifikasi sebagai tenaga medis yang sah nya kedepan.
Atta, lelaki itu selalu saja gagal untuk marah lebih dari dua hari dengan adiknya, buktinya sore ini Ia senagaja menjemput Citra dirumah untuk di ajak belanja. dua hari mendiamkan adiknya yang ceroboh itu membuat Atta tidak tenang namun juga harus Ia lakukan agar Citra tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Citra tidak pernah berhati-hati saat melangkah.
Hal yang di takutkan Atta itu adalah sikap Citra itu berpotensi menyakiti perempuan itu sendiri. Atta sudah mengenal Citra sekian lama dan Atta sangat paham bahwa hidup adiknya tidaknya mudah dan enak, maka dari tiu Atta tidak ingin hal-hal yang buruk dialami oleh Citra.
"Kak Ida mau cari apa ?" tanya Citra sambil menggandeng tangan calon ipar nya itu.
Atta mengajak serta calon istri nya untuk berbelanja sore ini. Persiapan pernikahan mereka sudah hampir rampung dan acaranya tidak akan lama lagi.
"Mau cari tas sama dompet aja sih yang untuk hantaran." Sahut Khalida calon istri Atta. Wanita asal Bandung itu punya paras yang cantik dan juga merupakan pribadi yang kalem serta ramah. Citra dan Khalida sudah sangat akrab hingga tidak ada lagi rasa canggung di keduanya.
"Kalau gitu Citra temani kakak dulu, nanti gantian." Saran Citra. Khalida jelas senang bisa berbelanja bersama Citra, apalagi menyangkut barang keperluan wanita. Pendapat Citra dibutuhkan.
"Citra gue kasih ATM aja mau nggak ? Gua mau ajak Ida nonton soalnya, belanja sama gue aja entar. Lo sendiri." Seloroh dokter gigi muda itu songong.
"halaaahh.. selalu gitu." Rajuk Citra sebal. Bukan sekali Ia ditinggal belanja sendiri oleh Atta dan Khalida. Kakak nya itu hanya akan memfasilitasi nya trasnportasi dan ATM tapi tidak dengan jasa keliling mall bersama nya. Atta selalu menyelipkan agenda kencan saat mereka belanja bersama Khalida, calon istri Atta.
"Mau nggak ?" tanya Atta sambil menunjukkan ATM nya, mungkin uang di dalam nya tidak banyak namun bisa lah dibuat untuk Citra foya-foya keliling mall. Bisa beli tas bermerek dan juga semua koleksi pakaian yang sudah lama Ia idamkan.
"Mauuuu !" Citra buru-buru merebut ATM ditangan Atta lalu beranjak meninggalkan calon penganten itu.
Besok Arkan akan bertunangan dan Ia sudah janji akan datang ke acara lelaki itu, datang sebagai rombongan hantaran dari pihak lelaki. Arkan memberitahu nya kalau perempuan dari keluarganya memakai baju maroon dan juga kerudung warna mocca. Oleh karena itu, sore ini Citra mencari sepatu yang cocok yang akan Ia gunakan esok hari bersama baju padu warna itu. Mari kita jajan habis-habisan.
"Dokter Citra !" panggil seorang bocah mendekati Citra yang kini sedang melihat-lihat sepatu yang berjejer dalam toko sepatu.
Matanya Citra langsung berbinar saat tahu siapa yang memanggilnya, "Oh my little boyfriend." Sambut Citra lalu merendahkan dirinya agar bisa memeluk bocah lelaki itu.
"What are you doing ?" tanya bocah itu kemudian menggandeng tangan Citra.
"Looking for woman shoes." Sahut Citra, "Haikal dengan siapa kesini, sayang ?" tanya Citra sambil mengelus rambut Haikal.
Harap-harap dalam hati sebenarnya Haikal menjawab bersama dengan paman nya, Mas Badboy. "With my mom." Jawab Haikal lugas sambil menunjuk kearah wanita cantik yang sedang mencoba memakai sepatu yang akan Ia beli.
Citra mendekati wanita itu dan tersenyum ramah kea rah nya. "Hallo bu, saya Citra. Dokter gigi yang kemarin menangani gigi Haikal."
Wanita itu menyambutnya ramah, "Oh really ? Haikal memang ada cerita sikit kan tentang dokter. Patutlah dia cakap cantik, memang pun cantik orang nya." sahut Aleya, ibu nya Haikal dengan aksen melayu yang Ia punya.
"So, saya Aleya, mama nya Haikal."
"Salam kenal bu." Kata Citra.
"Eh panggil Aleya sahaja, tak apa lah. Kita boleh jadi kawan kan." Seloroh Aleya.
"Ok Kak Aleya, better."
Kedua wanita itu terkekeh bersamaan, "Mau cari sepatu ke ?"
Citra mengangguk mantap, "Besok teman nya Citra ada buat acara sedikit jadi butuh sepatu yang matching kan, yah biasa lah perempuan."
Aleya sumringah bukan main mendengar perkataan Citra, Ia menemukan teman yang pas Ia rasa, suka berbelanja tampak nya. "Wah samaan kita, ok baik kita cari sekarang abes tu kita lepak lah kejab, ok tak ?" tanya Aleya pada Citraa.
"Boleh kak."
"OK let's Go."
Entah berapa jam mereka habiskan untuk berbelanja, masing-masing dar mereka sudah menteng 5 paperbag berisi barang belanjaan mereka. Citra merasa double senang karena selain uang nya masih tersimpan rapi dalam bank untuk berbelanja kali ini, Ia juga punya teman baru yang punya hobi yang sama dengan nya, berbelanja.
Aleya, Citra dan Haikal menuju lobi mall karena sudah waktu nya mereka meninggalkan mall.
"Bareng sama aku saja yuk Citra, aku antarin."
"Nggak apa-apa kak, kita kan nggak searah." Tolak Citra sungkan.
"Nggak apa-apa." Kialh wanita satu anak itu mengibaskan tangan nya di udara. Land Cruiser hitam berhenti tepat di depan ketiganya.
Seorang lelaki keluar dari mobil tersebut dan membuat dokter cantik itu terkejut.
"Kak Irham !" panggil nya.
Lelaki berambut panjang itu ikut membolakan matanya saat menyadari bahwa yang bersama dengan sepupunya itu adalah Citra, adik nya Atta.
Kenapa sih Citra ini selalu saja melemahkan iman nya saat bertemu begini. Nggak pernah nggak cantik deh tuh anak. Malam ini, Citra hanya memakai panses warna hitam, celana jeans longgar, kaus pink serta jilbab senada. Simple tapi kenapa jadi cantik dan pas banget kalau Citra yang pakai.
"Citra !" senyum Irham kian melebar indah, "Belanja juga !" kata nya basa-basi. Ia tak tahan untuk tidak berbicara dengan Citra.
Jelas, dengan sejuta pesona dokter cantik itu, Ia tidak bisa mengabaikan nya begitu saja.
"Iya nih, tadi nggak sengaja jumpa Aleya dan Haikal."
"Wah, teman baru dong ya." Kata Irham kemudian.
Citra tersipu malu tanpa sebab. Ia merasa kalau Irham memandang nya penuh arti.
No, dia tidak boleh jauh mengagumi lelaki itu. Atta akan meledak-meletus lagi nanti kalau Ia kembali berulah.
Stop Cit, Irham adalah teman Kak Atta, artinya Irham sama dengan kakak nya sendiri. ya, begitu harus nya Ia berpikir. citra mengatur strategi dan mencoba menanamkan pikiran itu dalam otak nya walau sulit.
Citra takut terlampau jauh jatuh dalam pesona lelaki gondrong itu sedangkan Ia tahu bahwa mereka tidak boleh bersama-sama.
"Nah kan bagus, udah kenal juga kan. Yuk gak apa-apa, Irham yang nganterin." Kata Aleya lalu menarik tangan Citra membawa nya ke dalam mobil tanpa sempat untuk menolak lagi.
"Ham, anterin aku dulu ke rumah, setelah itu anterin dokter cantik ini." Perintah Aleya ada Irham.
Irham mencuri pandang kea rah Citra yang kini duduk di barisan tengah dan sepertinya dokter muda itu sedang gugup. Gugup saja cantik begitu, gimana kalau lagi senyum, tertawa, mendesah dan men. . .men lain nya.
Haih, astaghfirullah.