Maka, Alexa menarik napas dalam sekali lagi. Ibu jarinya gemetar hebat saat akan membuka pesan-pesan dari sang pemuda. Bahkan, karena merasa amat khawatir, Alexa sampai menutup mata saat membukanya. Secara perlahan, dia mengintip dari celah kelopak matanya.
Namun, apa yang dia lihat tak seperti bayangannya. Gadis itu sampai terdiam selama beberapa detik dan terus membaca pesannya berulang-ulang.
'Kau di mana?'
'Jawab teleponnya, Alexa.'
'Jangan memikirkan hal konyol.'
'Kenapa telepon di bawah tidak diangkat? Kau tidak dengar?'
'Kau kenapa?'
Butuh waktu satu menit hingga Alexa tersadar dan ingat apabila harus menghubungi tuannya agar tidak khawatir. Jujur saja, dia kaget melihat rentetan pesan yang ditujukan padanya. Apalagi, semua pesan yang tiba seolah mengandung nada khawatir. Alexa tak bisa memikirkan alasan lain, kecuali tuannya butuh sesuatu yang sangat mendesak, sehingga meneleponnya sebanyak belasan kali. Pesan yang masuk juga tak kalah banyaknya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com