Taman dengan berbagai tumbuhan hidup merupakan tempat yang indah dan asri, hal ini membuat taman menjadi tempat yang sering digunakan untuk bersantai dan bermain bersama keluarga maupun teman.
Taman juga menjadi tempat untuk orang-orang disekitar berolahraga. Tempat ini paling ramai pada akhir pekan dimana hari yang dimana para pelajar dari sekolah dasar hingga mahasiswa yang libur datang untuk olahraga.
Didekat pinggiran taman ada dua perempuan cantik yang sedang bermain bulutangkis.
"Aku yang service yah Lily."
"Oke Rika!"
Perempuan yang wajahnya berwarna putih seputih sutra, dengan rambut hitam yang dikuncir kebelakang agar mempermudah disaat olahraga, dan juga berpakaian olahraga berwarna biru bernama Lily.
Kemudian perempuan yang rambutnya terurai berwarna pirang, dengan pakaian olahraganya berwarna pink yang terbilang cukup terbuka, bernama Rika sedang bersiap melakukan service.
Orang-orang disekitar yang lewat tidak bisa untuk tidak melihat mereka bermain, mengapa? Coba bayangkan ada dua gadis cantik berolahraga yang olahraganya itu banyak mengandung gerakan yang membuat getaran tubuh.
Disaat banyak orang yang memperhatikan mereka, tiba tiba ada suara banyak orang berteriak kasar dibelakang kerumunan.
"Woi! Kalau jalan pakai mata!"
"Lihat-lihat kalau jalan!"
"Udah merasa hebat kau senggol aku!?"
Ditengah tengah kerumunan tersebut ada seorang pria menggunakan hoodie untuk menutupi kepalanya sedang menerobos jalan seakan akan tidak ada orang didepannya.
Pria itu berhenti sejenak dan melihat sekitarnya, setelah dia sadar ada disituasi apa sekarang ia mengatakan sesuatu.
"Kalian kalau berdiri lihat lagi dimana... Ini jalan pinggiran buat pejalan kaki lewat... Seharusnya aku yang marah melihat jalan diblokir seperti ini."
Kata pria itu dengan nada dingin sambil memandang mata orang disekitarnya, ia juga mendengus memperhatikan orang itu.
"Cuma cewek seperti ini aja kalian udah serasa ngelihat artis,"
Lily dan Rika yang juga memperhatikan keributan merasa tersinggung atas kata kata pria yang mengenakan hoodie itu.
Rika yang tidak tahan atas kata kata pria itu langsung menghampirinya dan menarik hoodienya dari belakang.
"Kau kalau mau ngomongin aku langsung didepan orangnya! Dan juga kalau bicara lepasin dulu tudung mu!" Teriak Rika sambil melepas tudung pria itu secara kasar.
Lily yang ingin menghentikan Rika tiba tiba membeku melihat wajah pria itu seakan akan melihat seseorang yang ingin mencari sesuatu tapi tidak ketemu dan muncul saat tidak dicari. Rika yang juga melihat wajah pria itu juga tidak jauh berbeda dari ekspresi Lily.
Pria yang baru memperhatikan kedua gadis itu juga terkejut tapi tidak terlihat seperti terkejut dimata orang lain, ia berkata dengan nada sedikit rindu.
"Yoo!... Lily, Rika kalian sudah besar!"
Kedua perempuan tersebut yang mendengar suara pria didepannya mulai memakai ekspresi sedih dan mata mereka terlihat ingin menangis, saat mereka berdua ingin mengatakan sesuatu pria itu mengucapkan sesuatu yang hanya bisa didengar mereka berdua.
"Mari hentikan disini dulu reuninya, nanti pas makan malam temui aja aku."
Kedua gadis itu mengangguk dan mengucapkan berbarengan.
"Iya Kak Dirn!"
"Oke~ kalau gitu aku pulang dulu."
Pri- tidak Dirn melambaikan tangannya kepada mereka berdua, dan berjalan hingga semakin menjauh.
Kedua perempuan itu juga langsung mengambil peralatannya dan langsung pulang dengan wajah yang lebih ceria dari sebelumnya.
***
Pada era modern ini banyak hal yang telah berkembang, terutama dalam hal listrik tenaga surya, rata rata rumah diseluruh dunia telah memasang teknologi itu. Tidak lama ini juga diluncurkan teknologi yang bisa melakukan panggilan hologram.
Banyak tempat sekarang akibat teknologi berkembang, terutama dalam hal rumah, mereka tersusun rapi dan memakai teknologi terbaru. Disalah satu susunan tersebut ada rumah seperti sudah ditinggal beberapa tahun yang merusak pemandangan.
Dirn berdiri didepan halaman rumah itu sebentar dengan ekspresi pahit.
"Sudah 2 tahun lamanya aku melihat rumah ini, dan dari luar terlihat seperti tidak terawat."
Rumah itu sudah ditinggalkan oleh Dirn selama 2 tahun lebih.
Dirn langsung masuk dengan niat ingin membersihkan rumah misalnya ada banyak jaring laba-laba, yang mengejutkan adalah dalam rumah itu masih terlihat selama dalam beberapa tahun.
"Nampaknya obat obatan yang kutinggalkan waktu itu benar benar membuat para pengerat sialan itu tidak berani masuk kedalam."
Pengerat yang dimaksudkan itu tikus, karena Dirn benci sama hewan itu dulu, membuatnya overprotektif terhadap lingkungan sekitar dan membuat berbagai macam obat untuk membuat mereka menjauh.
"Juga... Yap, tidak usah ambil pusing, intinya didalam masih kelihatan bagus, meski ada sedikit debu."
Dirn yang memegang pinggir kursi terdapat debu, mulai membersihkan rumah.
Sekitar dua jam berlalu, Dirn yang telah selesai membuang sampah dan mulai memegang pisau untuk bersiap memotong bahan masakan mendengar bunyi bell.
Ding-dong~
Dirn yang mendengar itu meletakkan kembali pisau diatas meja, kemudian berjalan kepintu dan membukanya.
Dirn melihat 4 wajah didepan pintunya dan tersenyum lembut.
Ke empat orang tersebut langsung masuk dan memeluk Dirn.
"Heii, udah lepasin, sesak kakak," kata Dirn sambil tertawa dan ia mengelus kepala orang itu.
"Salah kakak yang pergi tanpa bilang bilang ke kami!" Teriak Lily disamping Dirn dengan wajah muram melototi mata Dirn.
"Iya tuh! Untung Lily ngasih tau Fico sama Ryan tadi, kalau tidak kami udah pergi berburu dari tadi!" Seorang pria berbadan lebih pendek sekitar 5cm dari Lily bernama Fico menggerutu.
"Untung aku, Rika, gadis paling cantik disekolah ngebuka tudung Kak Dirn tadi, huhu~" Kata Rika sambil kedua tangannya memegang dipinggang dan tertawa.
"Terus? Yang ngasih tau kami Lily pun." Ketus seorang pria yang sama tinggi dengan Rika bernama Ryan.
"Ryan sialan! Aku yang nyuruh Lily buat ngasih tau kalian!" Mendengar itu Rika pun langsung mencengkeram kerah baju Ryan tapi langsung tangannya langsung diraih Dirn yang hendak menghentikannya.
"Udah udah jangan berantem."
Dirn yang menghentikan perkelahian orang itu mulai tersenyum dan tertawa.
"Kalian semua sekarang besar, kecuali Fico."
Fico yang mendengar itu langsung menjawab.
"Aku tumbuh makin tinggi! Dua bulan lalu aku 163 sekarang 165!" Jawab Fico berusaha membenarkan dirinya.
"Ohh? Periksanya pakai sendalkan kemaren?" Ryan melemparkan tuduhan kepada Fico yang berusaha membenarkan diri.
"I-itu..!" Fico yang berusaha mengelak tuduhan Ryan terbatah batah saat ingin menjawab.
"Yah sudah, sekarang masuk dulu, kakak siapin makan malam dulu." Kata Dirn sambil berjalan kembali ke dapur.
Mereka berempat yang mendengar itu langsung berhenti dan menjawab bersamaan kemudian masuk keruang tamu.
"Iya Kak!"
***
Mereka yang selesai makan mulai bercerita kembali tentang masa lalu.
Keempat orang tadi merupakan anak anak yang tinggal didaerah yang sama dengan Dirn, pada saat itu mereka orang orang yang ingin berhasil, tapi kondisi orang tua tidak memungkinkan untuk mendukung mereka.
Hal ini membuat mereka bekerja untuk membantu meringankan keuangan keluarga mereka.
Dirn yang mengetahui mereka bekerja demi belajar merasa tersentuh dan menemui mereka berempat untuk membantu mereka mulai dari materi iya mengajarinya dan uang.
Dirn memberikan semua ilmunya yang bisa membuat mereka semakin termotivasi, dan membuat masing masing dari mereka semua bisa mendapat nilai lebih dari rata rata terhadap semua mata pelajaran dengan cara mereka sendiri.
Ia juga memperhatikan bakat masing masing dari mereka berempat sehingga mereka bisa mendapat beasiswa sebagai siswa unggulan.
Pada saat Dirn lulus sekolah, mereka baru naik kelas 9.
Dirn yang buru buru pergi karena kakeknya menyuruh datang segera, lupa untuk berpamitan kepada mereka.
Ketika Dirn sadar akan hal ini, dia telah hampir sampai dirumah kakeknya, ia hendak melakukan panggilan tapi baru ingat mereka tidak punya hp.
Hal ini mengakibatkan mereka berempat mati matian mencarinya, setelah mereka mencarinya hingga tahun baru.
Mereka pun mulai putus asa dan berspekulasi, mungkin Dirn kecelakaan ditabrak mobil, atau kabur dikejar polisi, ada juga yang mengatakan Dirn hidup di pulau belantara setelah diculik oleh seseorang.
Dirn yang mendengar spekulasi orang orang itu terkejut, karena hampir semua spekulasi mereka benar terjadi padanya.
Tidak ada yang tau bagaimana kehidupan Dirn selama dua tahun tersebut, hanya Dirn dan kakeknya yang tau.
Dirn yang mengingat kenangan tersebut mulai muram, dan ia juga ingat sesuatu yang Fico katakan didepan pintu tadi.
"Ohh iya Fico, kakak mau nanya."
Fico yang mendengar Dirn ingin bertanya langsung menoleh.
"Iya kak? Tanya aja!?"
Fico merespon dengan cepat dengan mata cerah.
"Ada yang mengganjal dipikiran kakak, maksud dari berburu yang Fico katakan tadi apa?"
Dirn yang memasang muka penasaran, karena kata berburu membuat darahnya mendidih lagi, karena rasa memburu saat dipulau dulu sungguh menyenangkan.
"Ohh? Kakak belum tau ya? Ada game Realitas Virtual yang dirilis serentak di seluruh dunia waktu tahun baru 2100, nama game itu Neswald."
Yang menjawab bukan Fico tapi Lily yang duduk disamping Dirn.
"Heii! Kak Dirn bertanya sama aku!"
Teriak Fico sambil mengepalkan tinju.
Dirn yang mendengar itu langsung tidak tertarik, karena itu cuma game, dia pikir ada semacam komunitas berburu disekitar sini.
'Game? Haa, game apa lagi? Ps 7? Xbox Black March?'
Gumam Dirn dalam hati, meski yang disebutnya itu adalah konsol suatu game, dia tidak tau sama sekali namanya game seperti itu, kecuali game tradisional, seperti congklak.
Kenapa Dirn membenci game sekarang? Karena yang membuat orang menjauhi dia pada saat di sekolah dulu sebagian besar gara gara game, anak anak disekolah tersebut kalau tidak tau yang sedang mereka mainkan pasti langsung dijauhi.
Ryan yang memperhatikan ekspresi Dirn kurang lebih paham kenapa dia berekspresi seperti itu, ia pun melanjutkan kata kata Lily tadi.
"Tapi kak, game ini bukan seperti game lainnya. Dulu kan ada yang game berjenis Virtual Reality, dan itu membuat kita bisa melihat pemandangan 360 derajat tapi tidak bisa bergerak bebas, apalagi merasakan."
"Iya, kurasa pernah mendengar itu, ada juga satu lagi, apa tuh namanya, Lul Thief?"
Gumam Dirn dengan suara pelan sambil mendengarkan Ryan menjelaskan. Semua yang mendengar gumaman Dirn tersebut tertawa, terutama Rika.
"Yaampun kak! Gimana ada plesetan Full Dive jadi Lul Thief? Haha!" Jawab Rika dari gumanan Dirn tadi kemudian dilanjutkan sama Fico sambil menggelengkan kepalanya. "Hah... Kurasa, kakak memang tinggal di suatu pulau yah? Sampai info seperti ini tidak tau."
Lily yang mulai berhenti tertawa juga ikut menambahkan.
"Kurasa dalam hal belajar pelajaran sekolah aja kakak pandai, mungkin waktu sekolah kakak dijauhi gara gara katrok soal game?"
Mendengar kata kata orang itu Dirn tersenyum pahit dan Ryan mulai melanjutkan kembali.
"Kemudian kak, ada juga Virtual Reality Full Dive, game ini hampir sama dengan jenis sebelumnya, tapi bisa bergerak cukup bebas didalam game, meski tampilan rata rata gamenya masih terlihat seperti 2D belum mengambil bentuk sempurna makhluk hidup itu udah cukup bagus meski masih ada banyak bug, dan juga Full Dive hanya bisa bergerak bebas, tapi beberapa indera tidak berfungsi dengan baik, contohnya fungsi indera perasa masih kurang dalam Full Dive mengecewakan."
Dirn yang mendengar penjelasan Ryan mulai semakin tertarik dan mengangguk menandakan Ryan untuk lanjut berbicara.
"Nah, sekarang bisa dianggap udah cukup sempurna, tidak bukan cukup tapi sangat sempurna. Mengapa?"
Mendengar penjelasan sebelumnya Dirn mulai secara kasar mulai mengerti.
"Game pertama Virtual Reality buatan kelompok ilmuwan jenius dari WO Group dengan nama gamenya Neswald, memberikan tampilan dalam game yang sangat nyata, seluruh indera bisa digunakan, kita bisa menyicip makanan disana, bisa berburu monster,"
Ryan berhenti sebentar dari nadanya yang biasa mulai bersemangat melanjutkannya.
"Ahh benar! Monster, disana terutama tampilan monster sangat realistis seperti efek film yang menggunakan CGI! Kita juga bisa ngebunuh mereka! Meski darah monster diganti sama warna hijau itu masih tampak menakjubkan."
Melihat Ryan yang mengagumi tentang monster Lily menggelengkan kepala dan melanjutkan.
"Dasar otak monster, selain itu, Virtual Reality yang namanya Neswald ini Npc atau disebut Non Player Character penduduk asli di Neswald terlihat seperti manusia asli yang punya emosi dan perasaan, tidak seperti game vr lainnya. "
Dirn yang semenjak tadi diam sambil mendengarkan tersenyum lebar, dia sangat tertarik dengan hal ini, dunia itu yang disebutkan, entah bagaimana bisa membuat Dirn Mizh merasakan bahwa ada banyak hal menarik yang akan terjadi disana.