Kamal mondar-mandir tak tenang. Entah ada firasat apa. Tiba-tiba saja ia sangat ingin pulang sore. Baru jam empat sore dan Kamal akhirnya menutup kedai lalu pulang ke rumah.
Sepanjang jalan, ia memikirkan rencananya pindah ke desa Sindang kasih, Sukabumi. Awalnya ia akan mempercepat kepindahannya. Namun, ia memikirkan Haruna yang belum bisa keluar dari rumah Tristan.
"Andai saja Haruna sudah bisa keluar," gumam Kamal.
Taksi yang membawa Kamal pun tiba di depan gerbang. Kamal membayar ongkos taksi lalu turun. Ia disambut oleh teriakan manja Kiara.
"Kakek!" Kiara berseru memanggil kakeknya sambil berlari.
Kamal tersenyum melihat Kiara. Rasa cemasnya sedikit berkurang. Tapi, firasat buruknya masih menghantui pikiran Kamal.
"Kek, tadi Kia sama Tante Vi main boneka."
"Oh, Kia main boneka sama Tante. Nenek gak diajak main sekalian?"
"Enggak. Nenek sibuk beresin baju Mama. Jadi, Kia cuma main sama Tante."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com