webnovel

Bertengkar

Melihat rumah Tristan begitu sepi, Christian pun memutuskan menelpon Tristan. Christian tidak bisa masuk ke dalam rumah Tristan karena gerbang rumah Tristan terkunci.

Panggilan tersambung.

"Halo, Tristan kamu di mana?"

[Di dalam rumah dan aku tahu kalau Kakak ada di depan gerbang. Ada apa? Aku malas jalan ke depan untuk membuka pintu dan gerbang]

"Lepaskan Haruna!"

Tristan yang awalnya masih bersikap tenang pun menjadi terkejut. Dari mana Chris tahu bahwa Tristan membawa Haruna ke rumahnya dan dari mana Chris mengenal Haruna? Kedua pertanyaan itu berputar-putar di dalam pikiran Tristan. 

[Kakak tidak bisa mencampuri urusan pribadiku. Kakak pulang saja!]

"Bebaskan Haruna dan aku akan membayar hutang ayahnya Haruna padamu," ucap Christian.

[Tidak. Ini bukan karena uang. Kakak juga tahu uang 2 Milyar itu hanya sebagian kecil dari harta yang kumiliki. Jadi, jangan ikut campur!]

Tristan memutus sambungan teleponnya. Ia juga mematikan daya ponselnya. Tristan menatap jauh ke arah gerbang rumah dari jendela kamarnya. Ia heran melihat Tristan yang begitu murka mendengar Haruna ada di dalam rumah.

"Semakin menarik dan semakin membuatku tidak ingin melepaskan Haruna. Dari mana Chris mengenal keluarga Haruna?" Tristan yang baru saja selesai mandi masih memakai handuk kimono. Ia melangkah mencari Haruna yang sedang memasak di dapur. 

Haruna sedang menyiapkan sarapan. Baru saja Haruna mematikan kompor dan menaruh roti bakar buatannya di dalam piring. Tiba-tiba Tristan menarik pinggang Haruna dan memeluk tubuh sintal Haruna dengan erat.

"Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?" Haruna memberontak dalam dekapan tubuh kekar berisi milik Tristan. 

"Mantra apa yang kau gunakan? Kenapa kakakku begitu marah mendengar kamu ada di sini?" tanya Tristan. Satu tangannya yang lain mencengkram dagu Haruna agar menatap wajah Tristan.

"Aku tidak pernah menggunakan mantra apapun dan aku juga tidak kenal dengan kakakmu," ucap Haruna. 

"Chris, Christian. Kau pasti mengenalnya?"

"Huh, jadi Chris kakakmu? Bagaimana bisa kalian berbeda seratus delapan puluh derajat. Chris jauh lebih baik, jauh lebih sopan, dari pada kamu. Aku tidak percaya pria sebaik Chris memiliki adik sepertimu," ucap Haruna dengan tatapan tajam. 

Rahang Tristan mengeras mendengar kata-kata makian yang keluar dari bibir Haruna. Setiap kali Haruna menentang ucapannya, gairah Tristan menjadi naik. Ia tidak bisa menahan hasrat untuk menyentuh Haruna. Dengan kasar Tristan mencium dan melumat bibir Haruna. Kedua tangan Haruna mendorong tubuh Tristan, tetapi tenaga Haruna tidak mampu mendorongnya. Kedua sudut matanya mulai meneteskan bulir bening. 

Tristan menghentikan kecupan liarnya dan menatap wajah Haruna. Tristan mengusap air mata Haruna dan menempelkan keningnya di kening Haruna. "Jangan menangis! Aku mohon jangan menangis!" ucap Tristan. Ia membelai rambut Haruna. Entah mengapa hati Tristan tidak rela melihat Haruna menangis. Tristan memeluk Haruna dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Haruna.

Berdesir hati Haruna saat Tristan memeluknya dengan lembut. Haruna merasakan embusan napas Tristan menyapu lehernya. Ia sampai harus menahan napas beberapa detik untuk menahan gelenyar aneh di tubuhnya.

Di depan pintu gerbang, Christian mencari cara agar bisa masuk ke dalam rumah. Christian memanjat pagar teralis itu dan berhasil masuk ke dalam halaman rumah. Christian menuju pintu depan dan menggedor pintu itu dengan keras, membuat Haruna dan Tristan terkejut. Tristan melepaskan pelukannya dan Haruna segera melangkah pergi. Haruna berniat membukakan pintu, tetapi Tristan mencekal pergelangan tangan Haruna. 

"Masuk ke kamarmu, dan jangan berani keluar! Atau kau akan tahu akibatnya jika melawanku. Pergi!" ucap Tristan. 

Haruna tidak ingin membuat Tristan marah lagi padanya, jadi ia memilih masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Setelah Haruna masuk ke dalam kamar barulah Tristan membuka pintu.

Ceklek!

"Dimana Haruna? Aku akan membawa Haruna pulang ke rumahnya," ucap Christian. 

"Sejak kapan Kakak jadi suka mencampuri urusanku. Kakak sudah terbiasa dengan kebiasaanku menyimpan seorang wanita di rumah. Kenapa sekarang Kakak harus mengganggu kesenanganku?" tanya Tristan.

"Aku tidak peduli jika wanita yang kau simpan di rumahmu adalah wanita panggilan seperti biasanya, tapi … tidak dengan Haruna. Dia perempuan baik-baik, dari keluarga baik-baik. Kau ingin membuat berita skandal bahwa putra kedua dari pemilik perusahaan terbesar di Indo menyekap seorang ibu rumah tangga. Kau pasti tahu bukan? Haruna memiliki seorang putri, kau tidak bisa menyekap Haruna seperti ini."

"Aku tidak menyekap Haruna. Kakak bisa tanyakan sendiri padanya jika Kakak mau," ucap Tristan. 

Tristan menunjuk kamar Haruna. Haruna jadi berdebar-debar, karena sejak tadi Haruna menguping pembicaraan mereka berdua. Haruna jadi bingung, apa yang harus Haruna katakan jika Christian menanyakan hal itu padanya. Haruna takut jika ia pergi dari sana, Tristan akan melakukan hal yang buruk pada keluarganya. 

Tok! Tok! Tok!

"Haruna, keluarlah! Kita pulang," ucap Christian. 

Haruna membuka pintu dan menolak untuk pulang. 

"Maaf, Chris. Aku tidak ingin pulang. Aku yang dengan sukarela ikut dengan Tristan." Haruna berbicara sambil sesekali melirik ke arah Tristan yang berdiri di belakang Christian. 

"Hutangmu akan aku bayar. Tidak perlu takut padanya. Sekarang, ayo kita pulang!" ucap Christian sambil menarik tangan Haruna, tetapi Haruna menepisnya dengan perlahan. 

"Tidak perlu. Aku akan tinggal dan bekerja di sini sampai hutang ayahku lunas," ucap Haruna. 

"Haruna."

"Chris, kumohon! Pergilah," ucap Haruna kembali. Haruna mendorong Christian lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. 

"Sudah lihat? Dia tidak mau pergi," ucap Tristan sambil berlalu meninggalkan Christian. Tristan masuk ke dalam kamarnya.

Christian yakin kalau Haruna pasti diancam oleh Tristan. Christian pergi dari rumah Tristan dengan cara yang sama saat melewati pintu pagar. Christian kembali memanjat pagar dan pergi melaju membawa mobilnya. Christian akan mencari cara lain untuk membantu Haruna. Saat ini Christian memilih pergi ke kantor dan akan memikirkan cara untuk membebaskan Haruna dari rumah Tristan. 

Di bank tempat Haruna bekerja. Sari dan Aulia merasa heran karena Haruna sering sekali terlambat. Hari inipun Haruna belum datang, padahal sudah jam setengah sembilan. Namun, tidak lama kemudian mobil Tristan sudah tiba di parkiran bank. Haruna bersyukur karena Tristan masih mengizinkannya bekerja. Setidaknya Haruna tidak disekap seharian di rumah dingin milik Tristan.

Haruna melihat kanan dan kiri sebelum keluar dari mobil Tristan. Tristan mengemudikan sendiri mobilnya karena ia juga memecat sopir pribadinya. Tristan tersenyum geli melihat wajah cemas Haruna. Haruna cemas jika sampai ketahuan karyawan yang lain jika ia dan Presdir datang bersama dengan mobil yang sama.

Siguiente capítulo