Pagi hari pun tiba, saat ini Jimin tengah berada di dapur. Membuat sarapan untuk dirinya dan sang suami. Hari ini adalah awal dari kehidupan rumah tangganya bersama Jungkook, ia akan belajar menjadi sosok seorang istri yang baik untuk suaminya dan berakhirlah pukul 5 pagi ia bangun dan memulai aktivitasnya sebagai seorang istri.
Jimin saat ini selesai memasak dan kini ia sedang menata masakannya di atas meja kemudian ia melirik ke arah jam yang ada di dinding dapur yang kini tengah menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit.
"Finish! Semoga Kookie akan suka." Monolognya.
Setelah selesai jimin pun kembali ke kamar berniat untuk membangunkan sang suami yang mungkin saja masih tidur.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"Kookie~..... Oh ternyata sudah bangun." Gumamnya saat tak mendapati suaminya di atas ranjang dan telinganya menangkap suara shower yang tengah hidup mengalirkan airnya. Jimin pun duduk di tepi ranjang sambil melipat kakinya guna menunggu jungkook yang berada di dalam kamar mandi.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
𝘽𝙡𝙖𝙢
"Eoh? Baby kau di sini?!" Ucap jungkook yang sudah keluar dari kamar mandi dan sudah memakai baju santainya dengan tangan yang kini tengah sibuk mengeringkan rambutnya.
"Kemari, ku bantu mengeringkan rambutmu." Ucap jimin dan segera di turuti oleh jungkook.
"Kookie bekerja hari ini?" Tanya jimin dengan tangan yang kini sibuk mengeringkan rambut suaminya.
"Tidak by, Appa memberikan cuti selama satu minggu. Waeyo?"
"Kookie lelah tidak? Aku ingin jalan-jalan ke taman."
"Baiklah. Setelah sarapan ne?"
"Um ne.. Ah.. Sudah selesai Kook. Mari kita sarapan!" Jungkook meraih handuk yang ada di tangan jimin kemudian meletakkannya pada tempatnya. Kemudian Jungkook menarik lembut tangan jimin untuk membawanya keluar dari kamar mereka menuju ruang makan.
***
Setelah sarapan Jimin dan Jungkook pun sudah berada di dalam mobil mereka sudah berada dalam perjalanan ke taman kota untuk sekedar jalan-jalan dan menikmati waktu cuti Jungkook.
"Kookie, pulang nanti kita ke rumah eomma dan appa ne.. Aku ingin bertemu jungmin."
"Baiklah sayang tapi...." Jimin mengerutkan keningnya.
"Wae kookie?"
"Jungmin jangan di bawa pulang dulu ne.."
"Waeyo kookie? Aku ingin menjemputnya dan membawanya pulang." Jungkook melebarkan kedua matanya. Hei.. Dia masih ingin menghabiskan waktu liburnya hanya berdua dengan istrinya. Akhirnya jungkook pun memutar otaknya untuk mencari alasan agar jimin tak membawa jungmin bersama mereka dulu.
"J-jangan dulu sayang, apa kau tak kasihan pada eomma? Ia masih ingin bersama jungmin. Baru kemarin eomma bertemu dengan cucunya, apa kau tega, hum?" Ucap jungkook dengan nada memelas dan berharap jimin mengurungkan niatnya agar tak membawa jungmin pulang.
"Ah.. Benar juga eomma jin pasti sangat sedih jika aku membawanya pulang. Baiklah aku hanya akan menemuinya saja kalau begitu." Putus jimin. Dalam hati jungkook bersorak kegirangan karena mendengar jimin yang mengurungkan niatnya untuk membawa jungmin.
Setelah 15 menit perjalanan keduanya pun sampai di taman kota. Jungkook memarkirkan mobilnya dan setelahnya mereka pun turun dari mobil.
"Wah... Sudah lama tidak ke tempat ini." Ucap jimin yang tampak antusias.
"Kau terlihat sangat senang baby!" Ucap jungkook saat melihat jimin yang tampak antusias dan mengulas senyumnya melihat jimin yang kini dapat tersenyum lebar.
"Eoh.. Kookie lihat ada mobil ice cream! Aku ingin membelinya!"
"Baiklah sayang, ayo kita ke sana." Jungkook pun menarik tangan Jimin dan berjalan ke arah mobil ice cream itu.
"Ahjushi, tolong ice cream nya dua." Ucap Jimin pada penjual.
"Ingin rasa apa tuan?"
"Kookie ingin rasa apa?" Tanya Jimin pada jungkook yang berada di sebelahnya sedang merangkul pinggang sempitnya.
"Rasa cokelat sayang." Jimin pun mengangguk dan menoleh kembali pada Ahjushi penjual ice cream.
"Rasa strawberry satu dan cokelat satu."
"Baiklah tunggu sebentar ne." Ucap penjual ice cream itu dan tak lama ice cream mereka pun siap.
"Silahkan nona." Ucap si penjual es cream itu dengan memberikan dua cup ice cream pada Jimin.
"Terima kasih Ahjushi tapi, maaf saya laki-laki Ahjushi." Ucap jimin dengan menerima dua cup ice cream miliknya dan jungkook.
"Oh.. Maaf kan saya tuan! Saya kira anda wanita karena anda sangat cantik." Ucap si penjual dengan membungkukkan badannya merasa bersalah dan jimin di buat merona malu karena orang itu mengatakan jika ia terlihat cantik. Sedang Jungkook kini terkekeh geli melihat respon jimin dan tangannya terulur mengusap puncak kepala istrinya yang kini menundukkan kepala menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya.
"Tidak apa-apa Ahjushi. Banyak yang mengira bahwa istri saya ini seorang wanita karena memang dia sangat cantik untuk seorang pria." Jelas jungkook dan memakluminya.
"Anda sangat beruntung memiliki istri sepertinya, dia sangat cantik dan manis. Semoga kehidupan rumah tangga kalian selalu bahagia."
"Terima kasih Ahjushi. Kalau begitu kami permisi." Setelah itu jungkook dan jimin pun pergi dari sana dengan jungkook yang merengkuh bahu jimin.
Setelah berjalan cukup jauh dan menikmati pemandangan taman jungkook membawa jimin ke salah satu bangku di taman itu guna mengistirahatkan kaki mereka yang sedari tadi berjalan.
"Duduklah sayang, sedari tadi kita sudah berjalan kau pasti lelah." Ucap jungkook sambil menarik lengan jimin agar duduk di sebelahnya. Jimin pun menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.
"Oh ya kookie, box bayi milik jungmin masih di mansion kakek. Nanti kita mampir ke sana ne?"
"Untuk mengambilnya?" Jimin pun mengangguk.
"Tidak perlu sayang, setelah dari taman kita ke baby shop untuk membelinya lagi. Biarkan yang lama di sana. Sewaktu-waktu kita menginap di mansion kakek jungmin bisa memakainya."
"Baiklah kalau begitu. Kita pergi sekarang? Karena sudah semakin siang."
"Kau benar baby, kajja!" Jungkook dan jimin pun berjalan menuju tempat jungkook memarkirkan mobilnya. Namun, saat mereka berjalan sambil mengobrol dan bercanda tanpa sengaja jimin menabrak tubuh seseorang.
𝘿𝙪𝙠
"Akh!/Aww!" Pekik jimin dan orang itu bersamaan.
"Hei baby, kau tidak apa-apa?" Tanya jungkook pada jimin yang kini mengusap bahunya.
"Ne kookie aku tak apa."
"Yak! Kalau jalan pa—Jimin?" Ucap orang itu setelah jimin menabraknya dan seketika ia begitu terkejut saat melihat siapa yang ada di depannya. Jimin yang belum melihat ke arah orang itu pun segera menoleh saat suara seorang wanita menyebut namanya. Setelah itu jimin pun membelalakkan matanya lebar dengan berbinar.
"Eoh? Ji-eun noona!"
"Jimin!" Wanita bernama ji-eun itu pun segera menarik jimin dan memeluknya. Namun, saat melihat ke belakang jimin, ji-eun menemukan seseorang yang sangat ia kenal dan orang yang pernah mengisi hatinya.
"Jungkook?" Ji-eun pun membeku dan jimin pun melepaskan pelukannya pada ji-eun.
"Ah.. Iya noona dia jungkook." Ucap jimin dan semakin memelankan suaranya di akhir kalimatnya.
"Kenapa kau bisa bersamanya? Apa terjadi sesuatu yang tidak ku ketahui selama ini?" Tanyanya pada kedua orang yang ada di depannya itu.
"Um.. I-itu..
"Ya, kemarin terjadi sesuatu. Sesuatu yang menjadikan jimin milik ku." Ucap jungkook dengan senyum yang tersungging di pipinya.
"Apa maksud mu? Apa yang kau lakukan pada jimin hah!" Ji-eun menaikkan suaranya saat ucapan jungkook membuat otaknya menciptakan pemikirannya sendiri.
"Noona tenanglah, kookie! bicaralah yang jelas jangan membuat orang salah paham!" Jungkook pun terkekeh geli mendengar respon dari ji-eun.
"Jangan salah paham ji-eun. Aku...
"Aku apa hah?! Kau ingin menyakiti jimin ku eoh?!" Mendengar ucapan ji-eun, jungkook merasa tak Terima saat miliknya di klaim orang lain. Jungkook pun menatap nyaman pada ji-eun.
"Yak! Apa maksudmu dengan jimin mu?!
Jimin adalah milik ku!" Protes jungkook tak mau kalah.
𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩
Ji-eun pun menarik jimin dan memeluknya erat, "Aku tak akan memberikan jimin padamu! Aku tak ingin jimin disakiti olehmu! Syuhh! Pergi sana jauh jauh dari jimin ku!"
"Yak!"
"A-anu itu..
"Ssshhh kau diam! Aku tak ingin kau menjadi seperti ku yang pernah di sakiti olehnya!" Ujar ji-eun pada jimin dan seketika bibir jimin pun terkatup.
"Aish.. Wanita ini kenapa menjengkelkan!"
"Apa katamu?!"
"Ya kau menjengkelkan! Kembalikan jimin ku!"
"Tidak akan!"
Jimin mulai jengah dengan pertengkaran jungkook dan ji-eun. Akhirnya jimin pun memutuskan melerai keduanya.
"Yak! BERHENTI!!" Pekik jimin yang masih dalam pelukan ji-eun. Jungkook dan ji-eun pun akhirnya berhenti dan diam kemudian keduanya menatap jimin bingung. Jimin pun segera melepas pelukan ji-eun pada tubuhnya.
"Kalian berdua menjengkelkan! Dan kau kookie tidak akan ada jatah untukmu satu minggu! Aish!" Jimin yang merasa kesal pun akhirnya memutuskan pergi dari sana meninggalkan keduanya blank.
"Apa yang dia katakan barusan? Tidak akan ada jatah satu minggu?" Ucap jungkook ke arah ji-eun yang belum juga mencerna kata-kata dari jimin nya. Sedang ji-eun yang di tanya pun menganggukkan kepalanya membenarkan semua ucapan jungkook.
Seketika mata jungkook melebar dan menatap horror kepergian jimin.
"Y-yah.. Baby! Jangan seperti itu sayang! Bagaimana kita membuat adik jungmin nantinya. Sayang~" Ucap jungkook sambil berjalan mengejar istri mungilnya yang kini sedang merajuk
Sedang ji-eun mengerutkan keningnya masih sulit mencerna kata-kata kedua orang itu.
"Jatah? Adik?" Ji-eun pun menaikkan bahunya acuh. Kemudian ia pun juga pergi dari taman itu.
𝙏𝘽𝘾