Saat ini jimin sudah berada di halaman mansion keluarga Lee. Jimin pulang dengan seung gi dan jong suk menjemputnya dan ke duanya diperintahkan tuan Lee untuk membawa jimin pulang ke mansion nya. Jungkook pun selalu setia mendampingi jimin bahkan ia yang membawa barang-barang milik jimin.
Mereka pun masuk ke dalam dengan dua orang maid yang menyambut kedatangan mereka. Salah satu dari pelayan mengambil alih barang-barang jimin dan membawanya kedalam kamar yang sudah di siapkan untuk jimin dan jungmin.
Salah satu maid menghampiri mereka dengan senyum yang mengembang.
"Tuan muda, tuan besar sudah menunggu di ruang keluarga."
"Baiklah kami akan ke sana." Ucap seung gi
"Jungkook, kau juga ikutlah."
"Ne seung gi-ssi." Mereka kini berjalan ke arah ruang keluarga dengan melewati bagian rumah yang sangat luas yang bernuansa warna putih dan gold dengan langit-langit yang berhiaskan lukisan yang indah.
Mereka pun sampai di depan pintu besar berwarna cokelat. Jong suk segera membuka pintu itu dan terlihat tuan besar Lee sedang duduk menghadap ke jendela dengan menyilang kan kakinya sambil menyesap tehnya.
Jimin yang menggendong jungmin berjalan mendekat ke arah tuan lee.
"Kek, jimin pulang." Ucap jimin sambil tersenyum. Mendengar suara sang cucu yang ia rindukan, tuan lee menolehkan kepala ke arah sampingnya dan kini ia melihat cucunya jimin sedang menggendong bayi mungil.
"Jimin, kau pulang nak? Astaga kakek sangat merindukan mu. Eh? Apa dia bayimu?"
"Ne kek, ia sudah lahir dan namanya jungmin."
"Nama yang sangat manis untuk bayi yang manis ini." Ucap Tuan Lee sambil mengusap pipi chubby jungmin.
"Sangat mirip denganmu." Tuan Lee dan jimin terlalu asik dengan jungmin sampai lupa menyuruh yang lain juga ke sini untuk membahas sesuatu.
"Ekhemm.." Deheman keras di berikan oleh seung gi dan akhirnya tuan Lee dan jimin pun menoleh Ke arah mereka.
"Kalian sudah tiba rupanya." Ucap tuan lee yang menatap sekilas pada tiga orang itu dan kembali menatap jungmin.
"Aish.." Seung gi pun kesal melihat tuan lee mengacuhkannya.
"Siapa pemuda itu?" Tanya tuan lee tanpa mengalihkan pandangannya dari jungmin.
"Dia jeon jungkook kek." Ucap jong suk.
"Hmm.. Jadi dia yang bernama jeon jungkook cucu dari jeon seijin?"
"Benar tuan saya..." Belum selesai jungkook menyelesaikan ucapannya, tuan Lee menyelanya.
"Pergi kau dari sini." Ucap tuan Lee dingin membuat jimin dan ke tiga orang itu menatap terkejut pada tuan lee.
"Kakek jungkook kesini.." Jong suk yang ingin menjelaskan pada tuan Lee pun mengurungkan niatnya karena melihat sang kakek tengah menahan amarahnya.
"PERGI KAU DARI SINI!! JANGAN PERNAH MENDEKATI CUCUKU LAGI. AKU TAK AKAN MENGIJINKAN SEORANG JEON MASUK KEDALAM KELUARGA KU!" amarah tuan Lee pun meledak dengan kasar tuan lee mendorong tubuh jungkook sampai tersungkur ke lantai.
"Kakek, kenapa.."
"Diam jimin! Kau tak seharusnya berhubungan dengan keluarga jeon. Jimin, ingatlah satu hal jangan pernah kau mendekatinya dan berhubungan lagi dengannya. Kembali ke kamarmu sekarang."
"Tapi kek.."
"KE KAMARMU SEKARANG!" tanpa berani berkata apa pun lagi jimin berlari keluar dari ruangan itu menuju ke kamarnya
"Dan kau jeon! Jangan pernah lagi menemui jimin dan jungmin. Jimin akan ku nikahkan dengan orang yang lebih baik darimu. Sekarang kau pergi dari sini!"
"Tapi tuan..."
"Kau dengar bukan?! PERGI!!" Jungkook pun pergi dari ruangan itu dengan rasa kecewa jungkook pun bingung sebenarnya apa yang salah dari keluarganya?
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Ucap jungkook yang berlalu meninggalkan mansion itu.
"Kakek, sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap seung gi pada tuan lee.
"Kalian keluarlah." Ucap tuan lee sambil berjalan ke arah mejanya.
"Kakek jelaskan dulu pada kami! kenapa kakek melarang jungkook berhubungan dengan keluarga kita?"
"Karena dendam lama."
"Maksud kakek?"
"Kalian akan tau sebentar lagi. Awasi jimin jangan biarkan pria jeon itu menemuinya karena dalam waktu dekat aku akan menikahkan jimin dengan cucu dari teman lama ku."
"Tapi kek..."
"Tak ada bantahan seung gi!! Jong suk bawa seung gi pergi dari ruangan ku." Ucap tuan Lee mutlak dan jong suk pun menggiring seung gi keluar dari ruangan itu.
"Tak akan ku biarkan salah satu keturunanmu masuk ke dalam kehidupan keluargaku jeon seijin. Tidak akan pernah." Gumam tuan Lee dengan nada penekanan di kalimat terakhirnya.
Tuan Lee pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan menghubungi seseorang.
"Yoboseo Dong-gun-ah."
"Ne hyung, bagaimana kau menerimanya?"
"Aku menerimanya. Kita akan bertemu di restoran milik ji sung besok saat makan siang, bagaimana?"
"Oke hyung, kita akan bertemu di sana jangan lupa bawa cucu cantikmu itu. Nanti aku akan membawa cucu tampan juga kita akan segera menetapkan tanggal pernikahan mereka."
"Ne tentu saja. Aku tak sabar bertemu kawan lama."
"Hahaha.. Baiklah hyung kita akan betemu besok.
"Hm."
Tuan Lee pun mengakhiri sambungan telepon itu dan kemudian ia beranjak keluar ruangannya menuju kamar jimin.
𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"Kakek?" Ucap jimin setelah membuka pintu kamarnya.
"Besok kakek akan mengajakmu makan siang bersama teman kakek. Dan sekaligus mempertemukan mu dengan calon suami mu." Jimin benar-benar terkejut dengan apa yang di ucapkan sang kakek. Jimin bingung haruskah ia menerimanya? Di sisi lain jimin sudah menerima jungkook dan mulai mencintainya namun dia juga tak bisa menolak perintah kakeknya.
"N-ne kek." Dengan terpaksa jimin menerimanya.
"Bagus. Sekarang istirahatlah." Tuan Lee pun meninggalkan jimin yang kini menundukkan kepalanya. Ia merasakan sedih dan kecewa akan keputusan dari kakeknya.
.
.
.
Jungkook kini berada di rumahnya dimana orang tuanya tinggal dia ingin kejelasan akan masalah yang terjadi antara keluarganya dan keluarga jimin.
Jungkook kini berjalan ke arah ruang kerja ayahnya dan saat akan sampai ia di kejutkan dengan keluarnya wanita paruh baya yang cantik.
"Kamjagiya!!aish.. ibu mengejutkanku." Ucap jungkook sambil mengusap dadanya.
"Ibu aku ingin menanyakan sesuatu pada ayah tentang sesuatu." Seokjin mengernyit heran tak biasanya jungkook berucap lembut pada seseorang.Apa kepala putranya terbentur sesuatu.
"Masuk saja ayahmu tidak sibuk." Jungkook pun melangkah masuk ke dalam ruangan ayahnya di ikuti seokjin di belakangnya.
"Eoh, jungkook ada apa nak tak biasanya kau datang." Ucap namjoon yang heran akan kedatangan putranya.
"Ayah aku ingin menanyakan sesuatu padamu masalah keluarga kita."
"Masalah apa nak?" Namjoon menautkan alisnya bingung dengan ucapan putranya.
"Masalah keluarga kita dengan keluarga Lee."
"Lee? Lee hyo seop?" Ucap Namjoon ragu meski dia yakin jika jungkook menanyakan tentang keluarga Lee
"Ya ayah. Apa ada sesuatu masalah diantara kedua keluarga?" Namjoon memijit pelipisnya ia bingung jawaban apa yang harus ia berikan pada jungkook karena itu adalah aib keluarga jeon yang dilakukan oleh ayahnya.
"Ya jungkook, ayah sangat malu bila harus mengatakannya padamu."
"Apa maksud ayah?"
"Ini dimulai dari kakek mu yang dengan tega mengkhianati sahabatnya sendiri." Jungkook menaikkan ke dua alisnya merasa terkejut dengan ucapan ayahnya.
"Maksud ayah, kakek ku dan kakek jimin adalah sahabat?"
"Kakek jimin? Jimin siapa?" Sela seokjin mendengar nama jimin di sebutkan
"Jimin yang pernah bekerja di sini ibu."
"Bukankah marganya Park kita membahas keluarga lee kenapa bisa nama jimin di sebutkan?"
"Jimin adalah cucunya yang hilang bu. Dan kenapa aku ingin tahu masalah ini karena aku ingin menikahi jimin karena jimin telah hamil dan telah melahirkan anak ku, ayah ibu."
"APA?" Namjoon dan seokjin terkejut dengan ucapan putranya.
"Astaga jungkook.. Kau bisa membuat ayah gila!" Namjoon kembali memijit pelipisnya yang terasa pening.
"Maafkan aku ayah.. ibu, ini semua memang kesalahanku. karena aku jimin menderita selama ini aku telah merusaknya. Aku ingin bertanggung jawab namun kakeknya menolak ku karena aku seorang jeon." Ucap jungkook yang kini menunduk dan matanya pun berkaca-kaca.
"Ayah akan ceritakan semuanya padamu jungkook dan semoga ini bisa membantumu."
.
.
.
Hari telah berganti dan kini tiba saat tuan Lee dan teman lamanya bertemu.
Saat ini tuan Lee sedang menunggu di restoran itu dengan jimin yang tengah menunduk di sampingnya.
Tak berapa lama orang yang di tunggu pun datang namun ia hanya sendiri membuat tuan Lee mengernyit bingung.
"Maaf hyung aku terlambat." Ucapnya sambil menjabat tangan tuan Lee.
"Kenapa kau sendiri? Dimana cucumu?"
"Sebentar lagi dia datang, karena dia masih sibuk di kantornya. Eoh apa dia cucu mu? Cantik sekali." Ucap Dong-gun dengan pandangan berbinar.
"Jimin kenalkan dia Min Dong-gun, sahabat kakek waktu di SHS dulu."
"Lee jimin imnida." Ucap jimin sambil membungkuk sopan.
"Aih... Cucu mu sangat sopan. Aku sangat menyukainya."
"Tentu saja, dia cucu kesayanganku namun sayangnya sang suami meninggalkannya bersama putranya. Haa.. Benar-benar suami tak bertanggung jawab." Ucap tuan lee berbohong karena dia tak ingin temannya tahu kalau jimin mempunyai anak di luar nikah.
"Astaga, tega sekali suaminya itu. Kau yang sabar jimin. Kakek janji cucu kakek pasti bisa menjagamu dan lebih baik dari mantan suami mu itu." Jimin hanya tersenyum kecut mendengarnya karena yang sebenarnya bukanlah yang seperti itu. Kenapa kakeknya harus membuat cerita bohong itu?
Tak berapa lama seorang pria berkulit pucat menghampiri meja mereka dan terkejut akan keberadaan seseorang yang sangat ia kenal dan ia rindukan.
"Jimin?"
𝙏𝙗𝙘