webnovel

Ayah yang keras kepala

Kiran mendengarkan dengan baik setiap penjelasan yang dikatakan dokter mengenai penyakit ayahnya, Dari hasil pemeriksaan tidak ada yang seurius hanya saja memang Arbi sedang mengalami darah tinggi. Kiran yang semula sangat khawatir sedikit lebih tenang dibanding kemarin.

"Ayah tunggu disini biar, aku beli obatnya dulu sama bunda." Kiran meninggalkan ayahnya bersama Rafi sementara dirinya bersama Marsha pergi ke loket apotik rumah sakit.

"Keyla ga ikut?."

"Engga bun ada dirumah daddy, lagi banyak temen dia ada anak-anaknya kak Ara, ada Zidan jadi lagi rame banget pokonya."

"Oh…udah lama juga Ayah sama Bunda ga liat Keyla."

"Iya bun, nanti Ran bawa."

"Kamu jadi tadi ke dokter kandungannya?."

"Jadi bun, untung masih sempet nemenin ayah tadi."

"Tadi ayah nanyain kamu kemana."

"Iya tadi aku lupa bilang kalau sekarang aku sekalian cek ke dokter."

"Jadi gimana hasilnya?." Marsha penasaran.

"Kiran?." Seseorang memanggilnya membuat mereka berdua menoleh secara bersamaan.

"Bas?."

"Hai tante, ketemu lagi." Baskara menciumi tangan Marsha namun hanya tersenyum pada Kiran. Jelas Kiran membatasi interaksi fisik antara dirinya dan Baskara. Bisa saja detik ini ada orang suruhan suaminya yang diam-diam membuntuti dan memotret kebersamaan mereka. Bisa bahaya nanti.

"Siapa yang sakit Bas?."

"Nganter temen yang lagi berobat, tuh…" Baskara menunjuk kearah temannya yang sedang duduk padahal dengan tak melakukan itupun Kiran tak apa.

"Oh Kirain siapa, Maaf ya kemarin-kemarin aku lagi di luar jadi belum bisa ngomongin lagi soal projek kita."

"Aku kira batal Ran…"

"Nanti deh aku suruh Wina bikin jadwal ulang buat ketemu…"

"Wah sekarang Wina jadi asisten kamu nih?."

"Kasian, dia butuh kerja setelah ditinggal ibunya."

"Oke, aku tunggu Ran. Oh iya kamu lagi apa? Tante sakit?."

"Bukan tante, om Bas yang sakit." Marsha menjawab.

"Om? Sakit apa tante?."

"Cuman demam aja sama darah tinggi…"

"Omnya mana tante?."

"Tuh lagi nungguin sama Rafi.."

"Ya udah Bas sapa dulu deh bentar.." Baskara tanpa pikir panjang ikut berjalan bersama Marsha dan Kiran setelah mereka mendapatkan obatnya.

"Siang om.." Baskara kembali bersikap ramah dengan menyalami Arbi.

"Eh baskara…"

"Tadi ga sengaja ketemu om, denger-denger om sakit, cepet sembuh ya om."

"Makasih bas, kamu sama siapa kesini?."

"Sama temen om, dia juga sakit jadi Bas sekalian temenin."

"Wah setia kawan juga.."

"Ya udah Bas nemuin temen lagi ya, sehat-sehat semuanya."

"Makasih bas…" Ucap Kiran lalu kembali fokus dengan ayahnya. Dengan dibantu Rafi ayahnya pun berjalan menuju mobil.

"Bas tuh anak baik , temen sakit aja dia temenin apalagi kalo keluarganya atau istrinya." Ucap Arbi membuka pembicaraan dalam mobil. Kiran sudah tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Istrinya Jay kecelakaan jadi Mas Kay bantuin keluarganya jagain."

"Keyla mana?."

"Dia lagi main sama sepupu-sepupunya."

"Main atau ga boleh sama suami kamu itu?."

"Yah..ayah tuh lagi sakit, udah ga usah bahas ini."

"Apa harus ayah sakit dulu baru kamu bisa kerumah Ran?."

"Yah…kemarin-kemarin aku tuh lagi selesain satu-satu masalah aku sama Mas Kay, sama kerjaan aku, jangan beranggapan aku ngehindarin ayah atau keluarga aku. Aku juga pingin yah nemuin ayah, Rafi atau bunda. Udah ya yah aku ga akan nanggapin kalo ayah ngomongin soal ini."

"Coba kalau dulu kamu ketemunya duluan sama Bas dibanding anak itu.." Ucapan Arbi benar-benar disambut diam oleh Kiran.

**

Suara tangisan terdengar dikamar dan Kay terus meredakannya. Sudah dari beberapa menit yang lalu Keyla menangis menanyakan dimana Kiran belum lagi sejak pagi tadi Kiran tak sempat berpamitan. Tak biasanya Keyla seperti ini.

"Ayah beliin ice cream ya?.."

"Ga…mau….buna….buna…." Keyla menangis.

"Bundanya lagi nemenin opa dulu bentar sayang, besok ayah jemput."

"Keyla ikut….." Anak itu tetap ingin bertemu dengan ibunya.

"Telepon Bundanya oke, ayah telepon bunda aja ya…" Kay mencari handponenya dan segera melakukan video call dengan sang istri.

"Udah berhenti nangisnya, tungguin…" Kay menghapus sisa-sisa air mata Keyla yang kini tampak cegukan.

- Iya Mas….

- Bu…buna…..

Keyla langsung memanggilnya.

- Loh kenapa Keyla?.

- Nanyain kamu terus.

- Kenapa sayang tumben nangis? dulu-dulu ditinggal bunda ga papa kok.

- Key…Keyla ikut buna…"

- Dia habis tidur terus kebangun gara-gara triplets berisik jadi gini nih rewel.

- Kirain ayahnya nakal.

- Enggalah, ayah gimana sayang? Tadi aku mau nelpon tapi ga jadi, Keyla dirumah sakit ga mau diem.

- Cuman demam biasa aja sama darah tinggi.

- Ga ada penyakit apapun?.

- Ga ada…

- Buna pu..pulang….

- Pulang?, besok ya kita ketemu.

- Keyla i..ik..ikut…

Keyla menangis lagi.

- Udah Jangan nangis lagi dong, kita video call sama bunda sampe Keyla tidur ya..

Kay membujuk anaknya.

- Bun…buna.

- Besok pagi-pagi ayah jemput bunda, sekarang Keyla tidur jadi cepet paginya.

Kay terus mencoba meredakan tangisan anaknya.

- Oke-oke bunda pulang sekarang sayang.

- Pulang? Kamu katanya mau nginep dirumah ayah.

- Ga papa daripada Keyla semaleman nangis nanti dia yang sakit.

- Ya udah aku jemput.

- Aku minta anter Rafi aja.

- Ga usah, aku jemput sekarang, kamu diem disana sampe aku didepan.

- Iya Mas.

- Udah jangan nangis, bunda pulang sayang. Ayah pake baju dulu Keyla ngobrol nih sama bunda.

- Keyla ikut..

- Udah malem, Keyla disini aja ya sama Apa…

- Keyla i..ikut….yah...

- Mas, ajak aja jadi nangis lagi.

- Duh ampun ga biasanya deh Keyla begini. Iya-iya Ayah cari jaketnya dulu." Kay membiarkan Keyla mengobrol dengan ibunya di telepon sementara dirinya mempersiapkan diri. Dia berganti baju secepat mungkin kemudian memakaikan jaket pada anaknya.

- Aku tunggu didepan nanti ya, aku telepon kalau udah sampe. Bye…

Kay mengakhiri pembicaraannya.

"Ayo kita jemput bunda."

"Ge...gendong…" Keyla merentangkan tangannya.

"Baiklah tuan putri." Kay senyum-senyum dan mengikuti keinginan Keyla.

"Mau kemana bang?." Tanya Jesica saat melihat Kay turun dari tangga.

"Jemput Ran mom."

"Katanya nginep."

"Iya, gara-gara bocah ini nangis terus jadi harus pulang."

"Makannya kalau mau pergi itu bilang sama anak jadi ga rewel."

"Iya mom, tadi Ran buru-buru karena mau nganter ayah Arbi ke dokter."

"Sakit apa dia?." Jesica sinis.

"Demam sama darting aja mom…"

"Ya udah hati-hati, Keyla tidur sama mommy aja.."

"Ga mau mom, pingin ikut…"

"Persis kaya Jay dulu nih…" Jesica mencubit gemas pipi Keyla yang masih basah.

"Iya, ini sih anak papa Jay kayanya Ama."

"Yayah Kay!!."

"Iya-iya udah jangan nangis lagi nanti ayah tinggalin. Mommy belum tidur?."

"Tadi habis teleponan dulu sama Jay."

"Jay kenapa? Butuh bantuan?."

"Engga, dia bilang lusa Tiara mau pulang."

"Ya udah nanti aku bantuin, mommy jangan cape-cape ya. Biar aku yang urusin Jay, udah jemput Ran nanti aku ke RS bentar."

"Ga usah kamu pulang aja bukannya tadi udah mulai ngantor?."

"Udah ga papa, nanti aku tanya Tiara pulang Jay pingin gimana. Kita bikin perayaan biar Tiara seneng siapa tahu bisa inget."

"Oh iya Zidan sama siapa?daddy?."

"Tadi sama kak Dariel, dia udah kaya anaknya aja pingin sama kak Dariel terus."

"Tidur dikamarnya?."

"Iya mom.."

"Kasian kakak.."

"Mau nambah lagi kali satu.."

"Hish, udah sana keburu malem."

"Iya mom…aku pergi ya.." Kay dengan manis mencium tangan dan pipi ibunya.

***To be continue

Untuk cerita Dariel dan Ara masih berlanjut

untuk cerita disebelah, ada kendala di editor sananya jadi maaf sepertinya author ga bisa melanjutkan disana padahal cerita lengkap versi Daddy mommy sudah selesai.

Terima kasih yang sudah mendukung.

Don't forget leave comment and vote ya

Keyatmacreators' thoughts
Siguiente capítulo