webnovel

Berita Tiara

Layaknya orang yang baru saja berlari, Tiara menarik dan menghembuskan lagi nafasnya dengan tergesa-gesa. Matanya terbuka lebar namun dia tak bisa menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Pendengarannya belum dirasa terlalu jelas karena dia hanya bisa memandangi pria yang sepertinya berbicara sesuatu. Lama kelamaan suara itu semakin jelas dan orang-orang berpakaian serba putih langsung datang dan menghampiri Tiara. Mereka melakukan segala pemeriksaan yang diperlukan mulai dari matanya sampai detak jantungnya. Dokter itu bertanya tapi entah kenapa mulutnya masih berat untuk mengucap. Dia seperti lupa caranya berbicara. Tidak hanya itu, Tiara mencoba menggerakan kaki dan tangannya namun dia benar-benar tak berdaya. Itu tak bisa bergerak meskipun Tiara mencoba sekuat tenaganya. Rasanya dia ingin berbicara bahwa dia haus, dia sangat haus dan butuh minum.

"Tiara...Tiara.." Suara pria yang ada di depannya kini terdengar jelas dan Tiara hanya bisa memainkan bola matanya. Wanita itu hanya memandanginya saja. Dalam hatinya dia bertanya siapa pria itu. Siapa Tiara? dan kenapa dia berada di tempat ini. Dokter dan yang dibantu perawatnya mulai bertanya lagi dan mencoba membuat Tiara merespon pertanyaan mereka. Tangannya kini mulai bisa dia gerakkan baik yang kanan maupun yang kiri.

"Gimana dok?, gimana istri saya? gimana ?."

"Tenang pak, istri bapak kan baru bangun dari koma, butuh proses untuk merespon semua tindakan kita apalagi kepalanya mengalami cidera. Kondisinya saat ini tak bisa saya katakan membaik sepenuhnya tetapi memang mengalami perkembangan. Kita pasti melakukan yang terbaik pak untuk terus melakukan pengobatan pada ibu Tiara. Jadi bapak sabar dan terus mendukung pemulihannya."

"Apa cedera itu ada kaitannya dengan responnya Tiara?, dia keliatannya belum bisa ngomong." Tanya Fahri.

"Bisa jadi pak tapi kita tunggu dulu, mungkin Tiara masih melewati beberapa fase pasca siuman. Coba bapak dan keluarga mengajak pasien berbicara. Secara pemeriksan tadi respon tangannya sudah ada, kaki kanannya mungkin masih cedera akibat kecelakaan namun jari-jari kakinya saya lihat bisa digerakkan." Jawaban dokter membuat Fahri sedikit lega. Sang dokter menjelaskan lagi beberapa hal pada yang lain sementara Jay memperhatikan suster yang merawat Tiara. Beberapa alat yang menempel kini beberapa ada yang dilepas.

"Apa itu ga papa?, jangan dilepas nanti istri saya sakit."

"Ga papa pak, ibu Tiara sudah tak memerlukan ini lagi."

"Yakin?."

"Iya pak, dokter tadi yang langsung bicara." Suster dengan ramah dan tersenyum. Jay menurut.

"Tiara...kamu pasti sembuh." Jay sambil mengusap pelan rambut Tiara.

"Siapa?." Ucap Tiara kali ini dengan serak. Jay kaget dengan pertanyaannya.

"Siapa?, aku Jay Tiara, aku suami kamu." Jay dengan suara keras membuat Jesica dan Dena menoleh kearahnya.

"Jay?." Tiara mengulanginya lagi. Dia seperti asing dengan nama itu.

"Kenapa?."

"Mom..dia lupa aku mom, dia tanya aku siapa mom.." Jay terlihat panik lagi.

"Tiara, kamu inget Mama?." Tanya Dena membuat Tiara memiringkan sedikit kepalanya yang mulai bisa digerakkan. Matanya menyipit seolah memfokuskan pengelihatannya.

"Mom..dia lupa mom, gimana? gimana mom?."

"Bentar, bentar.." Jesica segera memanggil lagi dokter yang masih berbincang dengan suaminya dan Fahri. Dokter sepertinya sudah tak aneh dengan kejadian itu. Dia menjelaskan lagi bagaimana cidera yang ada dikepala Tiara. Hal itu yang mungkin penyebab utama Tiara lupa sekarang.

***

"Apa kata mommy?."

"Tiara udah siuman.."

"Hah?!! Alhamdulillah. Zidan...mama udah bangun."

"Tapi..Tiara amnesia."

"Amnesia?."

"Iya, kata mommy mungkin efek cedera kepalanya."

"Terus Jay gimana?."

"Ya seperti biasa dia panik.."

"Kita perlu kerumah sakit?."

"Mommy bilang nanti aja, dia cuman nanyain Zidan. Mommy takut Zidan rewel."

"Zidan sih anteng-anteng aja, dia Sholeh justru anak mommy yang rewel." Kay mengusap pelan rambut Zidan. Kris yang disindir Kay pun datang lagi dengan ayam di piringnya.

"Keyla mau.." Anaknya tergoda aroma ayam dari piring Kris.

"Mas ambilin buat Keyla."

"Kris kan baru sampe bang.."

"Ya udah Mas Kris makan aja, biar kakak yang ambil." Kiran berdiri dan pergi menuju dapur.

"Gila ayamnya sampe dua segala."

"Ayamkan enak."

"Tadi mommy telepon."

"Kok ga kasih Kris?."

"Mas kan di dapur."

"Kris pingin ngomong sama mommy."

"Udah-udah makan dulu aja nanti kita telepon."

"Yah...Keyla mau.."

"Iya sayang, bunda lagi ambil buat Keyla. Mas suapin dulu Keyla dikit."

"Iya.." Kris menurut dan menyuapi Keyla.

"Zidan mau? mau makan?."

"Pa..pa..ba..."

"Mau apa?." Kay terus mengajak ngobrol Zidan yang kesepian ditinggal kedua orang tuanya.

"Cobain makan sendiri ya.."

"Suapin Buna.."

"Kan bisa biasanya."

"Panas.."

"Udah kasian sayang, dia lapar tadi udah minta sama Kris." Kay tak tega melihat wajah memelas anaknya.

"Sini Zidan bunda suapin juga." Kiran ternyata memikirkan perut si kecil juga tapi jelas Zidan harus diberi bagian terlembut.

"Kayanya gini kalo Keyla punya adik." Kay senyum-senyum.

"Keyla masih keliatan cuek Mas.."

"Dia belum biasa aja.."

"Keyla, Bunda sama ayah tidur sama Zidan ya, Keyla sendiri."

"Engga boleh."

"Kenapa ga boleh?."

"Pokoknya ga boleh."

"Kita tidur berempat aja ya, kasian Zidan masa ditinggal sendiri. Dia masih kecil."

"Keyla anak Yayah Kay, Zidan anak papa Jay."

"Iya tapikan papa Jay lagi ga ada. Keyla sama Ayah, Zidan sama bunda, bentar aja sayang.."

"Bunda, Yayah sama Keyla."

"Iya tetep sama Keyla kok bunda.." Kiran menyuapi Keyla lagi agar dia diam tak berbicara.

"Bang...Daddy sama mommy pulangkan?."

"Ya Allah nih anak juga bawel banget. Abang kan udah bilang nanti pulang."

"Kris kesana aja bang, bawa Kris ke rumah sakit."

"Nanti aja Mas, kita aja disuruh nunggu apalagi Mas Kris."

"Abang galak, Kris telepon kakak."

"Baguslah, telepon kakak suruh kesini." Kay heran dengan tingkah Kris yang terus merengek dan benar saja Kris menghentikan aksi makannya dan menelpon Ara.

- Halo..

- Kakak kesini.

- Kesini kemana?.

- Kerumah, anterin aku ke rumah sakit.

- Mas Kris kenapa? sakit?.

- Kris pingin ketemu mommy, Abang Kay jahat ga mau nganter.

- Kenapa Abang ga mau nganter?.

- Ga tahu, malesin, pokoknya kakak kesini.

Kris menatap Kay.

- Mana coba kasih Handphonenya sama Abang.

"Nih kakak mau ngomong." Kris menyodorkan Handphonenya. Dengan satu tangannya Kay mengambil handphone itu.

- Halo Kay.

- Itu kenapa Kris?.

- Daritadi dia pingin ketemu mommy.

- Ya udah anterin Kay.

- Kak, kata Mommy jangan dulu kesana. Lagian nanti juga mommy pulang aku yang gantiin mereka.

- Ya udah kesana aja tunggu didepan apa salahnya? nanti biar Kris pulang lagi sama mommy.

- Aku lagi ngurusin Zidan kak.

- Oh..bilang dong, ya udah nanti kak Dariel kesana.

- Kakak kemana sih?.

- Davin lagi flu, kakak ga bisa kemana-mana.

- Udah tahu soal Tiara?.

- Udah, tadi Daddy telepon, lusa deh kakak ke rumah sakit.

- Iya kak.

- Itu awas Kris loh Kay.

- Iya-iya kak.

Kay menutup teleponnya.

"Kok dimatiin, kan Kris belum selesai."

"Udah selesai. Nanti kak Dariel kesini anterin Mas ke Rumah sakit.."

"Yee..." Kris senang dan melahap lagi makananya.

"Dasar anak mommy." Kay meledek adiknya.

***To be continue

Siguiente capítulo