Dariel POV
Meninggalkan Ara?. Rasanya aneh mendengar Ara meminta aku untuk meninggalkannya bahkan sejujurnya meskipun kita sedang bertengkar hebat seperti ini belum pernah aku memikirkan jalan itu. Ah..atau Ara meminta itu agar dia bisa bersama Dirga?oke. Mungkin itu jawabannya. Aku melihat awan-awan yang menjadi pemandanganku sekarang. Aku memikirkan jalan yang akan aku ambil setelah aku pulang nanti walaupun sejak kemarin pikiranku tak menentu dengan permintaan Ara. Apa itu artinya bercerai?aku masih menerka-nerka ucapan Ara. Aku tak tahu mau kalo dia berpikiran sampai sana tapi kalau itu jalan terbaik kenapa engga?toh dia yang bilang tak akan menghalangi aku untuk bertemu dengan anak-anak. Aku tak pernah menyangka bisa begini. Kenapa Ara tega berselingkuh lagi dengan Dirga?dirumahku sendiri, dirumah mantan kekasihnya bahkan mereka diam-diam bertemu. Aku tak sakit hati bagaimana?. Aku padahal sudah menerima kekurangan Ara tapi kenapa dia membalasku dengan hal seperti ini?Kenapa?. Dirga memang punya apa?hanya karena dari awal dia kaya?teman ibunya?punya banyak waktu untuk Ara?aku bahkan rela kerja dirumah agar Ara merasa ditemani tapi kalau dia masih protes soal waktu. Aku tak terima. Kalo kaya jelas sih, aku bisa sampai sekarangpun berkat kedua orangtuanya. Oh iya aku jadi lupa. Jika aku bercerai nanti bagaimana dengan karirku?apakah aku harus keluar dari Adelard?aku benar-benar harus memikirkan langkahku dengan matang. Aku kan masih punya rumah yang harus aku biaya serta 2 mobil , 1 motor yang aku harus rawat. Hffhh.. sepertinya aku akan hidup melarat lagi. Oke tak apa yang jelas anak-anakku pasti terjamin. Aku menunduk kali ini. Apa iya semua ini akan berakhir?.
***
Flashback acara lamaran Jay.
Kay baru saja keluar mencuci tangannya namun saat dia akan kembali lagi matanya terkejut melihat kakaknya menangis sambil memegangi lengan Dirga. Entah apa yang dikatakan yang jelas sepertinya itu sesuatu yang seurius. Kay segera mengambil langkah namun kakinya terhenti saat melihat Dariel dan dan Ara pun pergi. Dapat Kay liat tatapan penuh amarah Dariel pada Dirga tapi dia tak melakukan apapun, yang Kay lihat Dariel pun pergi begitu saja. Ini pasti ada yang tak beres. Tak mungkin kakaknya menangis seperti itu. Kay berjalan lagi menemui Kiran.
"Pegel ga sayang tangannya?"
"Engga, Ravin lagi tidur kok."
"Justru karena tidur biasanya jadi berat mana liat dari semuanya Ravin yang paling embul. Sini sama aku aja." Kay mencoba mengambil alih Ravin tanpa membangunkannya. Mata Kay kini beralih kepada wajah Ara yang tampak sedih. Dia tak biasanya diam seperti itu. Dia biasanya akan meledek Jay atau meledek dirinya. Kecurigaan Kay semakin tak terbantahkan. Malam itu memang Kay tak langsung mengambil tindakan tapi saat pulang tiba di berencana untuk mengikuti Dirga.
"Mau kemana?" Tanya Kiran yang hafal betul kalau ini bukan jalan pulang.
"Ada urusan sayang, ikut bentar ya."
"Urusan apa?ini udah malem."
"Sama orang didalem mobil itu tuh."
"Siapa?"
"Si bajingan Dirga."
"Ish...kok ngomongnya gitu?"
"Waktu aku habis cuci tangan aku lihat kakak nangis-nangis didepan cowok itu. Ini pasti ada sesuatu belum lagi kak Dariel Mandang Dirga ga biasa. Mereka pasti lagi berantem. Aku harus cari tahu."
"Emang ada hubungan apa sih?"
"Oh kamu belum tahu ya sayang. Dulu kakak pernah selingkuh sama Dirga tapi Kak Dariel maafin."
"Hah? seurius?"
"Iya. Orang Jay sampe babak belur gara-gara berantem sama Dirga belain kakak sama mommy. Dirga tuh emang kurang ajar makannya aku ga pernah panggil dia kakak. Ga pantes aku panggil gitu."
"Udahalah Kay tenang dulu. Kenapa ga coba tanya kakak kamu?"
"Aku harus tanya langsung cowok sinting itu." Kini Kay menambah kecepatannya dan dalam hitungan detik dia menyalib mobil Dirga sampai mobilnya terpaksa harus diberhentikan dipinggir jalan. Tampak Dirga langsung keluar mobil dengan kesal. Dia bahkan mengendor pintu jendela mobil dengan kasar.
"Kamu disini aja sayang." Kay melepaskan safety belt nya lalu keluar.
"Kenapa?mau marah?" Kay langsung berbicara membuat Dirga yang sempat kesal tadi kaget.
"K.....Kay?"
"Iya ini gw." Kay langsung mendekati Dirga.
"Ada urusan apa lu sama kakak?" Tanya Kay dengan nada langsung ngegas.
"Ga ada apa-apa."
"Jangan bohong ya lu, gw liat kakak nangis. Bikin onar apalagi lu?"
"Gw ga bikin onar."
"Masih belum ngaku juga?gw bilang Tante Lala ya.."
"Apa lu bawa-bawa orang tua gw segala?"
"Kenapa lu?takut?" Kay kini semakin mendekat. Tangannya kini meraih kemeja Dirga. Memutarnya disana dengan satu tangan.
"Heh meskipun gw ga tahu ada apa yang jelas gw tahu pasti lu udah bikin kakak nangis. Lu harus tahu ya kalo sampe kebukti lu biang keroknya gw kejer lu dan ga kasih ampun."
"G..gw ga ngapa-ngapain."
"Ga kapok-kapok ya lu banci."
"Ga usah ngatain gw.." Dirga meronta namun Kay menahannya. Kekuatannya memang cukup besar.
"Lu tuh emang banci, beraninya sama perempuan. Anj**g lu." Kay melepaskan kemeja Dirga dengan dorongan. Dia kemudian membalikkan badannya dan berjalan pergi. Siapa sangka Dirga mengejarnya dan siap memukul namun dalam satu elakan Kay justru membalikkan keadaan dan memukul perutnya dengan keras dia tak mau meninggalkan bekas di wajah Dirga. Kiran yang melihat kejadian itu terkejut. Kini terlihat dimatanya Dirga yang terdorong ke belakang dan membungkuk sambil memegangi perutnya. Dirga salah melawan Kay yang jelas-jelas jam terbang berantemnya sudah tinggi.
"Lu marah dan lawan gw berarti lu bener ada apa-apa. Heh baji***n ga akan pernah gw biarin setetes pun air mata kakak jatuh. Lu bikin kakak gw nangis, gw bikin lu menderita tunggu tanggal mainnya." Kay membuang ludahnya sendiri lalu masuk kedalam mobil. Dia menutup pintunya dengan cukup keras lalu pergi begitu saja meninggalkan Dirga dijalan yang sepi.
"Benerkan?kayanya ada apa-apa. Masa si Dirga itu nyolot."
"Tenang dulu dong Kay."
"Ya...aku ga sukalah. Kakak aku nangis bahkan setelahnya dia ga ngomong-ngomong. Kakak ga mungkin selingkuh lagi sama lelaki modelan begitu."
"Ga coba tanya kakak?"
"Engga. Dia ga mungkin bilang." Kay tanpa sadar mengendarai dengan kecepatan tinggi. Mereka sampai rumah pun dengan cepat. Kini Kay dan Kiran sudah menempati tempat tinggal mereka yang baru. Kay membuka kancing baju batiknya dengan kasar. Dia merasa kesal karena kejadian tadi. Dirga pasti telah bebruat sesuatu dan Kay yakin itu.
"Sini.." Kiran sudah ada didepannya. Membantu Kay untuk membuka baju. Mata Kiran melihat api Dimata suaminya. Jelas Kay tak terima jika anggota keluarganya ada yang tersakiti. Kini dengan sekali tarikan Kiran mencium Kay.
"Kalau mau selesain masalah tuh yang tenang jadi kepikir jalan keluarnya." Kiran dengan nada lembut lalu kembali membuka kancing batik suaminya.
"Maaf sayang..." Kay tersadar sudah mengacuhkan Kiran.
***To Be Continue