"Apa ini? Kenapa dia tidak mempercayai bahwa posisiku dulu di Colors adalah Visual? Atau dia sengaja memakai trik tarik ulur lagi karena malu mengakui wajahku yang tampan?" pikir Ethan ketika Carolina mengubah topik pembicaraan.
Senyum di bibir Ethan muncul ketika memikirkan hal itu.
Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di hotel A. Setelah memakirkan mobilnya di tempat parkir, Ethan keluar dari mobilnya dan melihat jam yang berada di tangannya, 12:20.
"Ayo cepat! Kita sudah telat!" ucap Ethan karena Carolina belum keluar juga dari mobil.
"Iya, iya!" jawab Carolina yang keluar dari mobil Ethan.
***
"Yakin di sini ruangannya?" tanya Carolina ketika mereka sudah berada di depan sebuah ruangan. Pintu itu masih tertutup tapi adalah tulisan 10 di atasnya.
"Iya, bener kok. Agung kasi tau kalau pertemuannya di lantai 5 dan nomor ruangannya 10," ucap Ethan yang sudah menanyakan ruangan pertemuannya sebelum mereka datang ke hotel.
"Ya udah, ayo masuk!" ucap Carolina lagi. Ethan mengangguk dan mengetuk pintu itu sebelum akhirnya membuka pintunya.
Ethan dan Carolina bisa melihat sudah ada 2 orang yang berusia paruh baya sedang duduk di kursi yang berada di situ.
Ruangan pertemuan itu tidak terlalu besar dengan sebuah layar lcd yang berada di depannya, terdapat 1 meja yang berada di tengah-tengah dan terdapat 8 kursi, masing-masing 4 di kiri dan kanan meja tersebut.
"Maaf aku telat," ucap Ethan dengan bahasa Inggris menghampiri kedua pria itu yang saat ini sepertinya sedang makan.
"Ah tidak apa, halo, tuan Nam," balas salah satu dari mereka memakai bahasa Inggris, mengulurkan tangannya. Ethan menerima uluran tangan itu dan memegangnya untuk bersalaman.
"Halo, tuan…?" tanya Ethan ketika memegang tangannya.
"Kamu bisa memanggilku tuan Su," jawab pria paruh baya itu. Ethan kemudian mengulurkan tangannya kepada pria yang satunya yang tetap duduk sambil memakan makanannya.
"Halo," ucap Ethan mengulurkan tangannya, tapi pria itu sama sekali tidak menatapnya dan sibuk untuk makan. Ethan akhirnya menarik tangannya sambil tersenyum malu.
"Ah ini…?" tanya Su sambil menunjuk Carolina.
"Ini adalah Carolina, aku membawanya sebagai juru bicaraku, karena aku tidak terlalu bisa menggunakan bahasa mandarin," jawab Ethan dengan jujur memperkenalkan Carolina.
"Halo," sapa Carolina menggunakan bahasa mandarin.
Su hanya mengangguk, "Maafkan kami yang makan lebih dulu, kami sebenarnya ingin menunggu lagi tapi ini sudah jam makan," ucapnya lagi dengan tidak enak.
Carolina melihat makanan yang berada di depan kedua pria itu.
"Rendangggg!" jerit Carolina dalam hati ketika melihatnya.
"Ah, tidak apa-apa, maafkan kami yang terlambat," ucap Ethan kemudian duduk bersebrangan dengan Su dan Carolina duduk disampingnya, berseberangan dengan pria yang tadi.
"Bagaimana kalau tuan Nam juga mulai meminta makanannya?" tanya Su memanggil pelayan yang berdiri di pojok ruangan untuk mengatakan membawa menu makanannya.
Dahi Carolina sedikit berkerut ketika melihat pelayan itu yang langsung pergi.
"Apa kita gak bisa memesan menunya?" bisik Carolina kepada Ethan.
"Aku juga gak tahu, mungkin mereka sudah memilihnya terlebih dahulu," balas Ethan lagi
Carolina tidak puas ketika mendengarnya, memang mereka terlambat datang dan sikap pria yang satunya bisa ditolerir! Tapi mereka tidak ada hak untuk memesankan menu makanannya!
"Oh ya, kenalkan ini tuan Mo," ucap Su memperkenalkan pria yang disebelahnya.
"Mereka adalah tuan Nam dan juru bahasanya dari NamTech," Su kemudian memperkenalkan Ethan menggunakan bahasa Mandarin kepada Mo.
"Oh begitu, kenapa mereka terlambat? Apakah mereka sengaja karena meremehkan kita?" balas Mo sambil memakan makanannya.
Carolina yang mendengar hal itu langsung mengatakannya pada Ethan.
"Maafkan kami, tadi kami datang ke rumah sakit terlebih dahulu karena ada pegawai yang masuk rumah sakit, jadi kami terlambat," balas Ethan yang tiba-tiba tanpa sadar menggunakan bahasa Indonesia karena Carolina berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
"Maafkan kami, tadi jalanannya macet," ucap Carolina dengan bahasa mandarin.
"Kenapa juga dia harus terlalu jujur dan menjelaskannya secara rinci?" pikir Carolina yang heran dengan Ethan.
"Oh begitu," jawab Su dengan bahasa Inggris ketika mendengarnya.
"Sepertinya kamu memang bisa bahasa Mandarin," ucap Mo tiba-tiba membuat Carolina terkejut karena tiba-tiba Mo berbicara menggunakan dialek lain.
Melihat Carolina yang terkejut, Mo tersenyum dan berbisik kepada Su, "Sepertinya wanita itu tidak memahami dialek bahasa kita. Kita bisa berkomunikasi," Su mengangguk ketika mendengarnya.
"Wah! Sepertinya mereka memang memiliki rencana lain. Ini akan menjadi menarik," pikir Carolina ketika melihat mereka sepertinya sengaja berbicara dengan bahasa lain.
"Maafkan aku, tapi bisakah kamu mengulanginya lagi?" tanya Carolina berpura-pura untuk mengetes apakah firasatnya benar atau tidak.
"Aku tadi mengatakan, kamu terlihat sangat cantik," ucap Mo lagi, mengubah kata-katanya tadi.
"Makasih, kamu juga terlihat menawan," ucap Carolina membalas pujiannya dan mengambil botol minuman yang berada di meja, membukanya, dan meminumnya.
"Ini akan menjadi menarik," pikir Carolina lagi.
"Ada apa? Apa yang mereka katakan?" tanya Ethan dengan bingung. Kali ini dia berbicara dengan bahasa Inggris.
"Tuan Mo baru saja mengatakan bahwa aku cantik," balas Carolina, yang memutuskan kali ini untuk menggunakan bahasa Inggris. Dia tidak ingin memberitahukan Ethan terlebih dahulu.
Siapa yang bakal tahu bahwa pria itu akan bekerja sama dengan rencananya.
"Ya, dia memang cantik," balas Ethan sambil tersenyum melihat ke arah Carolina. Carolina sedikit terkejut ketika mendengar hal itu dan membuat ekspresinya terlihat malu-malu.
Tak lama kemudian, pintu itu kembali terbuka dan seorang pelayan masuk dengan membawakan troli makanan. Pelayan itu kemudian menata makanan yang dia bawa di depan Carolina dan Ethan.
"Apa ini?" tanya Ethan yang tidak pernah melihat makanan itu. Di dalam satu piring besar terdapat kubis, kentang, wortel, toge, tahu, kerupuk dan telur rebus, ada juga piring kecil yang menyediakan saos kacang.
"Ini kayaknya gado-gado, deh," ucap Carolina.
"Apa ini saos kacang?" tanya Ethan sambil mengaduk-aduk saos itu. Carolina mengangguk.
Wajah Ethan seketika berubah ketika mendengarnya.
"Kenapa? tanya Carolina yang melihat wajah Ethan.
"Aku alergi kacang tanah," jawab Ethan.
Carolina kini menatap Ethan dengan tatapan kasihan. Makanan dengan saus kacang adalah makanan terenak dan favorit Carolina, sayang sekali pria itu tidak bisa memakannya.
"Ada apa? tanya Su ketika Ethan dan Carolina berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
"Aku memiliki alergi terhadap kacang tanah," jawab Ethan.
"Maafkan kami, kami tidak tahu tuan Nam memiliki alergi seperti itu. Kami hanya penasaran bagaimana rasanya gado-gado yang terkenal sebagai salad Indonesia," jawab Su dengan tatapan rasa bersalah.
"Ah tidak masalah, kuharap kalian menikmati makanannya," jawab Ethan sambil tersenyum.
"Bagaimana kalau kita tukeran saja? Apa ada sayur yang tidak bisa kamu makan?" tanya Carolina yang memberikan telur rebus miliknya.
Setelah mengetahui bahwa pria itu tidak bisa memakan makanannya, entah kenapa Carolina tiba-tiba menjadi kasihan dan ingin memberi makan kepada pria itu. Dia memutuskan untuk memberinya telur dan sayur yang bisa dimakan oleh pria itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ethan.
"Sudah lo makan aja! Itu sayurannya lo bisa makan sendiri gitu gak? Kalo gak kasi gue sini, terus lo ambil yang bisa lo makan!" ucap Carolina menawarkan.
Ethan awalnya terlihat ragu-ragu, tapi akhirnya dia menyingkirkan seluruh wortel dan toge di piringnya ke piring Carolina. Carolina yang melihat itu memutuskan untuk membagikan kentang dan kubis miliknya ke piring Ethan sebelum akhirnya mencampurkan seluruh saos kacang itu di piringnya.
"Hmmm," gumam Carolina setelah memasukkan gado-gado itu ke dalam mulutnya. Saos kacangnya terasa berbeda dari yang biasanya dia makan di kantin kampusnya.
Memang makanan hotel mewah itu rasanya berbeda!
"Apakah seenak itu?" tanya Ethan ketika melihat Carolina yang menikmati makanannya, tanpa sadar sebuah senyuman terukir di wajah Ethan.
Carolina mengangguk, "Iya! Sayang banget lo gak bisa makan saos kacangnya! Ini saosnya enak banget!"
"Yaudah kamu bisa mengambil ini," ucap Ethan menyodorkan piring kecil yang berisi saos kacang miliknya.
"Mana! Mana!" Carolina tiba-tiba bersemangat, setelah mendapatkan piring itu, dia langsung menuangkan saos kacang itu di piringnya.
Lagi-lagi Ethan tersenyum ketika melihat tingkah Carolina.
Tiba-tiba saja wanita itu terlihat menggemaskan.
Terima kasih berkat dukungan pembaca sekalian sehingga novel ini dapat banner depan tadi '-'/
Buat pembaca baru yang mungkin marathon sehingga bisa sampai di bab ini *uhuk, mudah"an kalian terus suka ya sama ceritanya.
Dan berkat itu, batu kuasa yang terkumpul bentar lagi capai target *uhuk.
Jangan lupa untuk kasi komentar, ulasan dan hadiah, ya!
Tetap terus dukung author,
Salam,